Apakah Quran Wahyu Ilahi
Oleh : Jay Smithditerjemahkan oleh Badranaya , Netter FFI Indonesia.
C. Kritik Internal Dalam Tubuh Qur'an Sendiri
C.2. Kisah-kisah Qur'an Yang Bersumber Dari Talmud
Mungkin kebingungan terbesar bagi orang Kristen yang membaca Al Qur'an adalah banyaknya cerita Alkitab yang nampaknya sama dengan kisah dalam Alkitab namun hanya memiliki sedikit kesamaannya. Kisah-kisah Al-Qur'an mencakup banyak distorsi, perubahan, dan beberapa tambahan cerita-cerita aneh dari kisah-kisah yang akrab ketahui dan pelajari dari Alkitab. Jadi, dari mana cerita-cerita ini datang, jika bukan dari kitab-kitab sebelumnya?Untungnya, kita memiliki banyak literatur apokrifa Yahudi (kebanyakan dari Talmud), berasal dari abad kedua masehi yang dapat kita bandingkan dengan kisah-kisah dalam Qur’an. Seketika melakukannya, kita akan temua begitu banyak persamaan luar biasa antara dongeng atau cerita rakyat, dan kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Qur'an (catatan: materi Talmud diambil dari Feinburg 1993:1162-1163).
Kisah-kisah Talmud dikumpulkan pada abad kedua masehi dari hukum lisan (Mishnah) dan tradisi hukum-hukum (Gemara). Hukum-hukum dan tradisi ini diciptakan sebagai upaya adaptasi hukum Musa (Taurat) dengan zaman yang senantiasa berubah. Talmud juga memasukan interpretasi dan diskusi tentang hukum-hukum (misalnya Halakhah dan Haggadah dll). Banyak orang Yahudi tidak menganggap tulisan-tulisan Talmud otoritatif, namun mereka tetap membacanya sebagai alat Bantu pengetahuan pada jaman kisah-kisah itu ditulis.
Jadi bagaimana tulisan-tulisan Talmud Yahudi non-otoritatif ini bisa sampai dimasukkan dalam Al Qur'an? Antara abad ketujuh dan kesembilan komunitas Yahudi banyak ditemukan di Semenanjung Arab (dikenal sebagai Hijaz). Mereka adalah bagian dari diaspora Palestina yang melarikan diri setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M.
Sejumlah besar orang Yahudi ini dipandu oleh tulisan-tulisan Talmud yang telah diturunkan secara lisan dari ayah ke anak selama beberapa generasi. Setiap generasi menghiasi kisah-kisah tersebut, atau pada jaman tertentu mereka memasukan cerita rakyat setempat ke dalam kisah-kisah itu, sehingga sulit untuk mengetahui apa sebenarnya isi cerita asli tersebut sebelumnya. Bahkan ada orang di antara orang Yahudi yang percaya bahwa tulisan-tulisan Talmud telah ditambahkan ke " dua prasasti batu “ (yaitu loh batu yang berisi Sepuluh Perintah Yahweh dan Taurat yang disimpan dalam Tabut Perjanjian), dan diyakini replika dari surgawi buku (Feinburg 1993:1163).
Beberapa sarjana percaya bahwa ketika para Pengumpul teks Qur'an di kemudian hari muncul di abad kedelapan dan kesembilan, mereka hanya menambahkan literatur ini ke dalam bahan-bahan Al Qur’an yang baru lahir. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa sejumlah tradisi-tradisi dari Yudaisme secara tidak sengaja diterima oleh redaktur, dan dimasukkan ke dalam tulisan-tulisan ‘suci ' Islam. Ada beberapa cerita yang memiliki akar dalam literatur apokrif Yahudi abad kedua. Kita akan melihat hanya tiga sini, dan kemudian menyebutkan yang lain di akhir bagian ini:
C.2.a. Kisah Qabil & Habil / Kain & Habel
Kisah Kain dan Habel atau Qabil dan Habil ditemukan dalam Surah 5:30-32, yang awalnya sama seperti kisah dalam Alkitab dimana Kain membunuh Qabil, sekalipun tidak disebutkan secara eksplisti di dalam quran. Namun dalam ayat 31, setelah Kain (Qabil) membunuh Habel (Habil), ceritanya berubah, dan dan tidak lagi mengikuti penjelasan Bibel. Dari mana datangnya kisah Quran ini berasal ? Apakah ini sebuah catatan sejarah yang tidak diketahui oleh penulis Alkitab?Memang ada, sebab sumber untuk kisah terlacak sampai setelah Perjanjian Lama telah dikanonisasi, dan setelah Perjanjian Baru ditulis. Bahkan ada tiga sumber dari mana kisah ini bisa diambil: Targum Jonathan ben-Uzia-, The Targum Yerusalem, dan sebuah buku berjudul The Pirke-Rabi Eleazar (Shorrosh 1988:144). Ketiga dokumen tulisan-tulisan Yahudi berasal dari Talmud, yang berasal dari tradisi lisan antara 150-200 Masehi. Kisah-kisah ini ditulis sebagai komentar kitab-kitab Torah, namun yang diketahui mengandung tidak lebih dari mitos dan dongeng Ibrani.
Ketika kita membaca kisah ini dari Al-Qur'an , kita menemukan paralel yang mencolok dengan tiga sumber Talmud :
Qur'an- Surah 5:31Targum Jonathan-ben-Uzziah
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya 410. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.
"Adam dan Hawa, duduk mayat, menangis tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena mereka belum memiliki pengetahuan tentang penguburan. Lalu seekor gagak muncul, mengambil mayat temannya, dan setelah menggaruk tanah, kemudian menguburkannya di depan mata mereka. Adam berkata, 'Mari kita ikuti contoh burung gagak,' sehingga ia mengambil tubuh Habel, dan dikuburkanlah segera. "Terlepas dari kontras siapa yang menguburkan siapa, dua cerita di atas luar biasa mirip. Kita hanya bisa menyimpulkan bahwa di sinilah Muhammad, atau sebuah para kompiler kemudian, memperoleh ceritanya. Jadi kita menemukan bahwa fabel dan mitos Yahudi diulang sebagai fakta sejarah dalam Al Qur’an.
Namun ini belum semuanya, karena ketika kita melanjutkan membaca kita Surah 5, dalam ayat berikut ini 32 , kita menemukan bukti lebih lanjut dari plagiarisme Qur’an atas literatur Yahudi apokrif, kali ini Mishnah Sanhedrin Yahudi 4:05
Qur'an- Surah 5:32Mishnah Sanhedrin 4:5
"Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan menusia semuannya."
"Kami menemukan hal ini dalam kasus Kain yang membunuh saudaranya, suara tangis darah adikmu itu terdengar" [yang terakhir ini adalah kutipan dari Alkitab, Kejadian 4:10], Namun sebenarnya tertulis bukanlah darah (kata benda tunggal), melainkan darah-darah (kata benda jamak).
"Engkau diciptakan tunggal untuk menunjukkan bahwa dia yang membunuh seorang manusia, harus diperhitungkan bahwa dia telah dibunuh di seluruh umat manusia. Tetapi ia yang telah memelihara kehidupan seorang manusia, akan diperhitungkan telah memelihara seluruh umat manusia."
Bisakah kita lihat ketiadaan hubungan jelas antara ayat 31 dengan ayat 32? Apakah hubungan antara pembunuhan Habel oleh Kain dengan pembunuhan seluruh umat manusia? Jika kita beralih ke Talmud Yahudi lagi, kali ini ke Sanhendrin Mishnah, bab 4, ayat 5, kita akan menemukan di mana penulis mendapatkan materi untuk Qur’an, dan mengapa ia memasukkannya.
Dalam kisah ini kita membaca komentar seorang Rabbi, di mana ia menafsirkan kata 'darah' berarti, "darahnya sendiri dan darah keturunannya." Ingat, ini hanyalah komentar seorang Rabbi. Ini adalah interpretasinya sendiri, dan yang sangat spekulatif.
Oleh karena itu, agak menarik bahwa ia kemudian melanjutkan dengan mengomentari kata jamak untuk darah. " Namun komentar Rabbi ini diulang hampir kata demi kata dalam Qur'an, dalam QS 5: 32 ! Bagaimana mungkin komentar seorang Rabbi pada teks Alkitab, hasil perenungan manusia biasa, menjadi ayat Al-Qur'an dan dikait-kaitkan sebagai kata-kata Allah?
Satu-satunya kesimpulan adalah bahwa para kompiler kemudian mengetahui nasihat ini dari tulisan ini Rabbi, karena tidak ada hubungan antara cerita tentang pembunuhan Habil oleh Kain dalam Qur'an (QS 31), dan ayat berikutnya tentang seluruh ras (QS 32 ).
Hanya ketika kita membaca Mishnah Sanhedrin 4:05 kita dapat menemukan hubungan antara dua cerita itu: eksposisi dari seorang Rabbi dari sebuah ayat Alkitab dan penjelasan kata intinya. Alasan mengapa koneksi ini kurang dalam Al Qur'an sekarang cukup mudah dimengerti. Penulis Surah 5 tidak tahu konteks di mana Rabi berbicara, dan karenanya tidak sadar bahwa ini hanyalah komentar pada teks Alkitab dan bukan dari Alkitab itu sendiri. Dia hanya menambahkan mereka ke Al-Qur'an, mengulangi apa yang dia dengar tanpa memahami implikasinya.
C.2.b. Kisah Ibrahim / Abraham
Dalam Surah 21:51-71, kita menemukan kisah Ibrahim atau Abraham. Dalam penjelasan Al-Quran Ibrahim menantang kaumnya dan ayahnya karena berhala-berhala yang mereka sembah. Setelah Abraham dan kaumnya ini berdebat, mereka berangkat dan Abraham menghancurkan patung-patung kecil tapi menyisakan patung yang paling besar masih utuh. Ketika orang-orang melihat ini mereka memanggil Abraham dan menanyakan apakah ia bertanggung jawab akan hal itu. Abraham menjawab pastilah itu patung-patung yang lebih besar menghancurk patung-patung yang lebih kecil.Dia menantang mereka untuk bertanya sendiri kepada patung-patung yang besar itu untuk mencari jawabnya. Mereka menjawab, "Engkau tahu benar bahwa ini patung-patung tidak berbicara!" (QS 65). Dia memberikan jawaban mengejek, dan mereka kemudian melemparkan dia ke dalam api. Tapi dalam ayat 69 atas perintah Allah api untuk menjadi dingin, sehingga Abraham aman, dan dia secara ajaib berjalan keluar tanpa cedera.
Tidak ada paralel kisah ini dalam Alkitab. Namun ada kisah serupa dalam sebuah buku abad kedua, yakni cerita rakyat Yahudi yang disebut Midrash Rabbah. Dalam kitab itu dikisahkan tentang Abraham yang menghancurkan semua patung kecuali patung yang terbesar. Ayahnya dan yang lain menantangnya, dan dengan jenaka Abraham menjawab bahwa ia telah memberikan sebuah lembu besa untuk dimakan bersama-sama oleh semua berhala. Namun berhala yang kecil, tanpa rasa hormat pada berhala yang besar, langsung memakan habis lembu itu. Hal ini membuat berhala yang lebih besar marah dan menghancurkan berhala yang kecil. (bagian jenaka ini dihapus dari pencatatan di Qur’an). Ayahnya yang sedang marah itu tidak mempercayai kisah Abraham, kemudian ia membawa seorang pria yang bernama Nimrod, dan kemudian ia melemparkan Abraham ke dalam api. Namun Allah membuat api itu dingin dan selamatlah Abraham.
Kesamaan antara kedua cerita ini jelas sekali. Sebuah dongeng Yahudi abad kedua, cerita rakyat, dan mitos diulang dalam "kitab suci" Al-Qur'an. Jelas sekali bahwa kompiler kisah ini pernah mendengar potongan-potongan kisah Alkitab dari komunitas Yahudi dan dengan asumsi mereka datang dari sumber, yang sama tanpa disadari menulis cerita rakyat Yahudi ke dalam Al-Qur'an.
Beberapa Muslim mengklaim bahwa mitos ini, dan bukan kisah dalam Alkitab, dalam kenyataannya merupakan Firman Allah yang benar. Mereka mempertahankan bahwa Yahudi menghapuskan kisah-kisah tersebut sehingga tidak sesuai dengan kisah dalam Al-Quran, tanpa mencoba untuk menjelaskan bagaimana orang-orang Yahudi bisa mencoreng kisah-kisah ini, sebab Al Qur'an itu sendiri tidak muncul sampai berabad-abad kemudian. Namun demikian tetap saja kita harus bertanya dari mana cerita rakyat ini berasal?
Alkitab sendiri memberikan kita jawabannya. Dalam Kejadian 15:07, Tuhan memberitahu Abraham bahwa Ia yang membawa Abraham keluar dari Ur-Kasdim. Ur adalah tempat, juga disebutkan dalam Kejadian 11:31. Kami memiliki bukti bahwa seorang penulis Yahudi bernama Jonathan Ben Uziel mengira kata Ibrani "Ur" untuk kata Ibrani yang berarti "api." Jadi dalam komentarnya tentang ayat ini ia menulis, "Akulah TUHAN yang membawa engkau keluar dari api Kasdim."
Akibatnya, karena kesalahpahaman ini, dan karena salah membaca ayat Alkitab, sebuah cerita rakyat menjadi populer di jaman itu (abad 2 M), yang menyatakan bahwa Tuhan telah membawa Abraham keluar dari api.
Dengan informasi ini di tangan, kita bisa, karena itu, membedakan dari mana dongeng Yahudi berasal: dari kesalahpahaman membaca sebuah ayat Alkitab oleh seorang penutur kisah yang keliru. Namun, entah bagaimana pemahaman sesat bisa sampai dijadikan ayat dalam Al Qur'an.
Dari contoh-contoh di atas, hal ini jelas bahwa penyusun Al-Qur'an hanya mengulangi apa yang dia dengar, dan tidak mampu membedakan antara yang ia dengar dengan kisah sebenarnya dalam Alkitab. Ia hanya memperkenalkan mereka bersamaan dalam Al-Qur'an