Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 13, 2011

The Closing Of The Muslim Mind - Daftar Isi

The Closing Of The Muslim Mind

The Closing Of The Muslim Mind/Mengapa Otak Muslim Mandek


How Intellectual Suicide Created the Modern Islamist Crisis/

Bagaimana Bunuh Diri secara Intelektual Menciptakan Krisisi Islamis Modern

ROBERT R. REILLY - WILMINGTON, DELAWARE
Copyright © 2010 by Robert R. Reilly

Bagi para lelaki dan wanita berani didunia Muslim yang demi keselamatan mereka harus merahasiakan nama mereka, dan yang sedang berjuang bagi dibukanya kembali otak Muslim.

Daftar Isi

KATA PENDAHULUAN by Roger Scruton INTRODUCTION - Intellectual Suicide

CHAPTER 1 - The Opening: Islam Discovers Hellenic Thought/Islam Menemukan Pemikiran Yunani

CHAPTER 2 - The Overthrow of the Mu‘tazilites:/Dijatuhkannya kaum Mu'tazilah The Closing Commences/Dimulainya Kemandeqan

CHAPTER 3 The Metaphysics of the Will/Metafisika Kemauan Manusia

CHAPTER 4 The Triumph of Ash‘arism/Kemenangan Ash'arisme

CHAPTER 5 The Unfortunate Victory of al-Ghazali/Kemenangan al Ghazali yang Disayangkan and the Dehellenization of Islam/dan Dehellenisasi (Pemberangusan pemikiran Yunani) Islam

CHAPTER 6 Decline and Consequences/Kemunduran dan Konsekwensi

CHAPTER 7 The Wreckage: Muslim Testimonials/Puing² Kehancuran: Kesaksian Muslim

CHAPTER 8 The Sources of Islamism/Sumber2 Islamisme

CHAPTER 9 The Crisis/Krisis

KATA PENDAHULUAN 

oleh Roger Scruton

Akar peradaban Barat terletak dalam agama Israel, budaya Yunani dan hukum Romawi dan hasilnya, sebuah sintesis yang berkembang dan mati dengan berbagai ribu cara selama dua millennia yang menyusul setelah kematian Kristus. Entah ekspansi kedalam wilayah2 baru atau pengunduran diri kedalam kota2, peradaban Barat secara kontinual bereksperimen dengan institusi2 baru, hukum2 baru, orde2 politik baru, kepercayaan sains baru dan praktek2 baru dalam seni (budaya). Tradisi eksperiman ini kemudian menghasilkan the Enlightenment (Jaman Pencerahan), demokrasi dan bentuk2 orde sosial dimana kebebasan berpendapat dan beragama dijamin negara.

Mengapa hal yang sama tidak terjadi dalam dunia Islam?

Dalam buku ini, Robert Reilly mencoba menjawabnya. Peradaban Islam mengalami krisis moral dan intelektual di abad 9-11, saat mereka meninggalkan filosofi dan mengangkat dogma. Ada sejumlah faktor yang mengakibatkan kemandeqan ini, tapi yang paling penting, menurut Reilly, adalah meningkatnya sekte Ash‘arit di abad 9 dan kekalahan sekte musuh, kaum Mu’tazilah. Kaum Ash‘arit diwakili oleh Imam al-Ghazali (d. 1111), filsuf dan teolog brilyan yang berjiwa luka dan menemukan obatnya dalam kesatuan mistik dengan Allahnya.

Akal manusia (Human reason) mengajarkan kami untuk mempertanyakan dan menemukan segala sesuatu shg menciptakan undang2 baru bagi perbaikan
pemerintahan. Tapi bagi al-Ghazali, akal/pemikiran adalah musuh Islam, yang menuntut submisi absolut tanpa pertanyaan kepada kemauan Allah.Dalam tulisannya yang sangat terkenal, The Incoherence of the Philosophers, al-Ghazali menjelaskan bahwa akal manusia, spt diabadikan dalam tulisan Plato, Aristotle dkk, tidak mengarah kemana2 kecuali kegelapan dan kontradiksi, dan satu2nya cahaya yang bersinar dalam akal manusia adalah wahyu Illahi.

Walau argumen al-Ghazali dibantah habis dan telak oleh Averroes (Ibn Rushdi) dalam bukunya, The Incoherence of the Incoherence, Islam tetap memeluk doktrin Ash‘arit yang menuntut submisi total. Averroes dibuang dari Andalusia ke pengasingan dan suaranya yang menjunjung tinggi logika ini tidak lagi terdengar dalam istana para pangeran Muslim Sunni.

Serangan terhdp filosofi juga terjadi berbarengan dengan serangan yang tidak kalah telak terhadap hukum dan yurisprudensi (fiqih). Juris2 Islam dini mencoba merekonsiliasi Qur’an dan tradisi dengan tuntutan hukum sehari2 dan mengembangkan sebuah sistim hukum yang bisa diaplikasi pada keadaan sosial dan komersial yang terus berkembang. Tafsir hukum ini tergantung pada upaya ijtihad para juris/hakim, yang mampu mengadaptasi fatwa2 aneh dalam Quran keapada realita komunitas2 Muslim. TAPIIII di abad 10-11, tertutuplah “pintu gerbang ijtihad”--- demikian deklarasi al-Ghazali. Nah, sejak itu Islam Sunni megnadopsi posisi resmi bahwa TIDAK AKAN ADA PENAFSIRAN BARU ATAS ATURAN YANG SUDAH ADA, dan apa yang dianggap pantas bagi Kairo atau Iraq di-abad 12 juga harus dianggap pantas bagi abad 21 ini. Oleh karena itu kita tidak perlu heran bahwa syariah islam tidak bisa direkonsiliasi dengan fakta kehidupan abad 21 ini. Malah hakim2 terkemuka al-Azhar, universitas Islam taraf dunia di Kairo, masih bisa mengeluarkan fatwa2 konyol seperti: wanita dan lelaki tidak semuhrim diijinkan berada dalam satu ruangan sesudah sang pria mengisap susu/buah dada si wanita, agar menjadikannya se-muhrim dengan wanita tsb. mesir-dua-fatwa-ttg-menyusui-lelaki-dewasa-t13874/

[ali5196: Aneh bahwa menyusui lelaki dewasa merupakan hal normal di jaman Mamad abad 7! Pantas si Mamad rada gelo!
Lihat juga fatwa thn 2007 bahwa bumi ini datar fatwa-ibn-baz-bahwa-bumi-berbentuk-datar-t14072/
Kumpulan fatwa konyol: perihal-fatwa-t14480/]

[...] Komunitas2 Muslim, menurut Reilly, jarang mengadaptasi diri kepada bentuk2 politik modern atau sains modern atau tuntutan migrasi global. Oleh karena itu, kebencian para teroris Islam, tidak dapat disalahkan pada sukses Barat tapi pada kegagalan Muslim. Kegagalan ini bukan melulu akibat Islam, tapi akibat bunuh dirinya Muslim secara budaya dan intelektual, 8 abad yang lalu.

[...]



Daftar Isi

KATA PENDAHULUAN 

CHAPTER 1 -   CHAPTER 2 -   CHAPTER 3 CHAPTER 4  - CHAPTER 5  - CHAPTER 6 - CHAPTER 7 CHAPTER 8 CHAPTER 9 

Diterjemahkan oleh Relawan Translator FFI Indonesia dan dikutip dari FFI Indonesia

1 comments:

Babar Khan said...

gorgeous post with amazing pictures and nice information and thank you very much for posting

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money