Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 15, 2011

The Closing Of The Muslim Mind - Chapter 5

Buku Terjemahan : The Closing Muslim Mind

Bab 5 KEMENANGAN MENYAYANGKAN AL-GHAZALI DAN DEHELENISASI ISLAM

diterjemahkan oleh mamadkafirun, diperiksa ali5196

Pengaruh al-Ghazali di dunia Arab dan Muslim luar biasa. Dampak keseluruhan pemikirannya yang berakibat besar telah menuai banyak komentar. Signifikansi utamanya mungkin bahwa, dalam kata-kata profesor filsafat Pakistan, M. Abdul Hye, ia "membuat teologi Asy'ariyah sangat populer sehingga secara praktis menjadi teologi masyarakat Muslim secara umum dan terus tetap demikian sampai saat ini." Karena Ghazali, pamor Asy'ariyah secara efektif mengakhiri upaya asimilasi pemikiran Yunani ke dalam Islam Sunni. The Incoherence of the Philosophers, menurut pemikir kontemporer Seyyed Hossein Nasr, "membunuh pemikiran filsafat rasionalistik dan pada kenyataannya mengakhiri jenjang filsafat di bagian Arab dunia Islam." Seperti dikatakan Fazlur Rahman, "Setelah gagal memenuhi persyaratan ortodoks, [filsafat] tidak lagi bisa bertahan."

Melalui ajaran bahwa ketidakpastian tidak bisa diketahui oleh akal, al-Ghazali mengakibatkan bahaya yang tak terhitung pada kelangsungan Islam Sunni. Mimpi khalifah al-Ma'mun akan (ajaran) Aristoteles ("kebaikan adalah apa yang menurut pikiran sehat adalah baik") berubah menjadi mimpi buruk. Manusia tidak bisa tahu mana yang baik, mana yang buruk, dan seluruh hidup dan pikirannya harus tunduk pada ketaatan buta. Sementara Al-Ghazali tentunya telah memasukkan beberapa pemikiran filsafat ke dalam teologi, ia menggunakan pemikiran tersebut untuk mengacaukan filsafat sebagai sebuah penelitian ilmiah yang berdiri sendiri. Dalam The Encyclopaedia of Islam, GB MacDonald mengatakan: "Al-Ghazali mengajarkan bahwa akal seharusnya hanya digunakan untuk menghancurkan kepercayaan atas akal." Duncan Macdonald menyimpulkan, "Ajarannya sama sekali tidak meninggalkan dasar intelektual bagi kehidupan [...] Kami diharuskan manut pada wahyu yang diberikan langsung oleh Tuhan ... melalui para nabi. " Kalau begitu apa bagi mereka, gunanya akal? Macdonald menjawab: ''Bagi mereka, akal hanya berguna untuk menunjukkan bahwa akal tidak ada gunanya. Mereka mematahkan hubungan agama dengan akal. Mereka menggunakan akal untuk mematahkan filsafat tentang dunia dan kehidupan, dan, kemudian, setelah berhasil menggusur filsafat, mereka kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan pada pengalaman religius mereka sendiri."

Hampir seratus tahun setelah The Incoherence of the Philosophers, Averroes (1126-1198) mencoba untuk memulai serangan balasan terhadap penghinaan al-Ghazali terhadap filsafat dengan buku terkenalnya The Incoherence of the Incoherence(1180), yang garis-demi-garis menyanggah buku al-Ghazali. Setelah semua kerusakan yang telah dilakukan oleh kaum Asy'ariyah dan al-Ghazali, Averroes berusaha untuk mengembalikan keseimbangan antara akal dan wahyu dari jenis yang telah dianut oleh al-Kindi. Al Kindi juga bersikeras, seperti Mu'tazilah, bahwa studi filsafat diperintahkan sebagai kewajiban dalam hukum ilahi. Dalam The Book of the Decisive Treatise , Averroes menyatakan bahwa sejak "Tujuan mereka [nenek moyang] dalam buku-buku mereka adalah juga tujuan yang ingin diterapkan Hukum (Islam) kita. . . siapa pun yang melarang refleksi atas mereka/buku2 ini ... pasti akan melarang orang menuju pintu yang disediakan Hukum untuk mengenal Tuhan." Averroes juga benar mendiagnosa subjektivisme etika yang melekat dalam Ash'arisme yang dikatakannya, mirip dengan yang ada pada ajaran sofisme Yunani (Dlm Asharisme, penguasa ilahi sewenang-wenang menetapkan aturan dan dalam Sofisme, manusia menetapkan aturan). "Semua ini adalah pandangan seperti yang dimiliki Protagoras!" serunya.

Tapi malangnya, ini semua sudah terlambat. Buku-buku Averroeslah yang dibakar, bukan Al-Ghazali. Pada 1195, di alun-alun kota Kordoba, 108 buku Averroes dibakar Averroes dan ajaran filsafat dilarang. Sebagai salah satu penafsir terbesar Aristoteles, Averroes memiliki dampak yang jauh lebih besar pada abad pertengahan Eropa dari pada dunianya sendiri. Pada kenyataannya, sebagian besar karya-karyanya selamat karena disimpan di Eropa. Seperti catatan Pastor Joseph Kenny, "Kebanyakan komentar-komentar pentingnya tentang Aristoteles dalam bahasa Arab hilang karena telah dibakar oleh musuh-musuhnya (Muslim Sunni), tetapi disimpan dalam terjemahan Latin atau Ibrani karena tertariknya Eropa dan Yahudi pada pemikirannya sejak abad 13. "

De-Helenisasi Islam

"Ilmu-ilmu penggangu" ini tidak lagi mengganggu Islam. Ilmu-ilmu itu dimusnahkan. Akibatnya, catatan Profesor Joel Kraemer dari Universitas Chicago, "asimilasi warisan Yunani di Timur Tengah bisa disebut sebagai 'kemandulan yang tragis'.'' Profesor Arab dan Timur Dekat, GE von Grunebaum menyatakan, "Pentingnya kontribusi meluas Yunani bagi budaya Islam tidak membawa perubahan mendasar dalam vitalitas atau konsep manusia dalam Islam. Jejak pemikiran Yunani hanya nampak dalam aliran Syiah (Isma'iliyya) yang paling terbuka terhadap pengaruh unsur Yunani demi kepentingan sistemnya sendiri secara teologis-filosofis." Tapi, ia menyimpulkan, "Struktur fundamental pemikiran Islam sama sekali tidak terpengaruh oleh pemikiran Yunani/Helenistik."

Berikut adalah dua penilaian kritis atas keberhasilan al-Ghazali oleh Muslim abad 20. "Sementara perdebatan sengit antara mereka yang percaya akan kebebasan (kaum Qadarit) dan predestinasi (Jabaria) umumnya dimenangkan oleh kaum Qadarit,'' kata Pervez Hoodbhoy, "Hegemoni bertahap dari doktrin fatalistik Asy'ariyah melemahkan masyarakat Islam dan menyebabkan lenyapnya semangat ilmiah. Dogma Asy'ariyah dng keras menolak hubungan antara sebab dan akibat-dan karena itu menolak pemikiran rasional. "

Fazlur Rahman berpendapat bahwa walau konflik dini antara Asy'arisme dan Mutazalit tidak mengakibatkan kerusakan fatal, "Asy'arisme sama sekali merubah keyakinan umat Islam. Sejak saat itu, mereka tidak bisa bertindak dalam realitas; tindakan manusia hanya menjadi metafora belaka tanpa makna nyata. Al-Ashari malah mengatakan bahwa bahkan orang bangun saja tidak bisa berbicara dalam realita. ... Asy'arisme tidak tergoyahkan hingga abad 20 dan mengakar dibenteng-benteng Islam konservatif." Efek mematikan, kata Rahman, termasuk hilangnya inisiatif, aktivitas dan imajinasi Muslim - suatu hal tragis, seperti yang akan kita lihat nanti saat kita meneliti keadaan dunia Arab saat ini.

[...]

Kerusakan yang diakibatkan Ghazali bisa dilihat segera setelah kemenangannya. Kerusakan selanjutnya tampak jelas pada awal abad ke 13. Ibn-as-Shalah (w. 1251), kepala Dar al-Hadits al-Asyrafiya di Damaskus, salah satu lembaga yang paling bergengsi untuk studi hadis dlm dunia Islam, ditanya apakah diperbolehkan untuk belajar atau mengajar filsafat dan logika. Dia menjawab dengan fatwa dimana ia menggambarkan filsafat sebagai "dasar kebodohan, penyebab semua kebingungan, semua kesalahan dan semua ajaran sesat. Orang macam itu buta atas keindahan hukum agama yang didukung oleh bukti-bukti brilian. . . . Mengenai logika, itu adalah cara mengakses filsafat. Nah, akses ke sesuatu yang buruk juga buruk. . . . Semua orang yang memberikan bukti bagi pengajaran filsafat harus dihadapkan pada alternatif berikut: eksekusi oleh pedang, atau masuk Islam, sehingga wilayah kita dapat dilindungi dan jejak orang-orang itu dan ilmu mereka dapat dimusnahkan."

Kerusakan dilanjutkan oleh Ibnu Taymiyyah (1263-1328), yang sangat mempengaruhi Ibn Abd Al-Wahhab, pendiri Wahhabisme, bentuk Islam Hanbali yang ketat yang dipraktekkan di Arab Saudi yang pemikirannya telah dibangkitkan kembali oleh para Islamis hari ini. Ibnu Taimiyah mengatakan tugas manusia adalah hanya untuk taat. Tunduk, pasrah, berserah. Akal tidak memainkan peranan. [...] Ibnu Taymiyyah telah melakukan pada teologi apa yang dilakukan al-Ghazali terhadap filsafat: Taymiyyah mengucilkan teologi. Dia mengutip pendahulu2 yang telah mengabdikan hidup mereka pada ilmu-ilmu ini, namun kemudian menolaknya, seperti Al-Shahrastani, yang "mengaku bahwa membicarakan teologi adalah sebuah kebodohan." Dia menyukai pandangan Abu Yusuf yang mengatakan bahwa ''barangsiapa yang mencari pengetahuan dengan bantuan teologi skolastik (kalam) akan berubah menjadi seorang ateis," dan Imam Syafi'i yang menyatakan bahwa "para teolog harus dipukul dengan sepatu dan cabang pohon palem dan diarak keliling kota sehingga orang dapat mengetahui konsekuensi dari studi teologi ini. "

Penyempitan ilmu pengetahuan tampak jelas dalam pernyataan ahli hukum Abu Ishaq al-Shatibi itu (w. 1388) bahwa ... hal yang layak untuk diketahui hanyalah apakah suatu tindakan tertentu adalah sesuai dengan syariat: wajib, sunnah, halal, mustahab atau haram. Sisanya adalah tidak relevan.

Pada abad 17, penulis Turki, Chelebi Katib (wafat 1657) mengeluhkan mengakarnya kerusakan: "Banyak orang-orang bodoh bersikeras spt batu, membeku dalam peniruan buta selama berabad-abad. Tanpa musyawarah, mereka menolak dan membantah ilmu2 baru. Mereka petantang-petenteng dengan status terpelajar mereka, padahal mereka begitu terbelakang, meremehkan apa yang mereka sebut 'ilmu filosofis' dan berpengetahuan NOL tentang alam semesta. Apakah mereka tidak 'merenungkan kerajaan surga dan bumi? (Al Qur'an, VII, 184) Ternyata, ayat ini sama sekali tidak meninggalkan kesan pada mereka, mereka berpikir 'merenungkan kerajaan surga dan bumi' berarti menatapinya seperti sapi."

Baru-baru ini, George Tarabishi, intelektual liberal terkemuka Suriah yang tinggal di Perancis, berbicara langsung kepada tudingan dari Fazlur Rahman mengenai bunuh diri intelektual Muslim yang dimulai dari buku ini. Dalam sebuah wawancara pada bulan Januari 2008 dengan harian Arab London, Al-Sharq Al-Awsat, ia berkata: "Filsafat adalah produk dari pikiran. [Tapi] apa yang berlaku hari ini dalam budaya Arab adalah mentalitas [Arab] [bukan berpikir kritis]. Jadi, sekarang tidak mungkin bagi filsafat Arab untuk eksis. ... coba, beri saya satu saja nama seorang filsuf Arab. Ini menyedihkan, karena kita tahu bahwa apa yang menciptakan modernitas Barat adalah pertama-tama dan yang paling utama adalah filsafat. Oleh karena itu, tidak herankah kalau kegagalan modernisme Arab bisa disalahkan pada tidak adanya filsuf Arab? "

Apa, kalau begitu, prestasi filsafat Islam Ibnu Rusyd (Averroes), Ibn al-Haytham, Ibnu Sina (Avicenna), al-Razi, al-Kindi, al-Khawarizmi dan al-Farabi? Ibrahim Al-Buleihi, pemikir reformis dan anggota Dewan Syura Saudi, mengatakan, "Prestasi mereka bukan prestasi kita dan orang-orang luar biasa itu bukan produk budaya Arab, tapi budaya Yunani. Mereka berada di luar arus utama budaya kita dan kita memperlakukan mereka seolah-olah mereka unsur-unsur asing. Oleh karena itu kita tidak pantas membanggakan mereka (sebagai filsof Muslim) karena kita menolak mereka dan melawan ide-ide mereka. Sebaliknya, Eropa belajar dari mereka sebuah ilmu pengetahuan yang memang sebenarnya milik Eropa sendiri karena mereka (ajaran Averroes cs) merupakan kepanjangan dari budaya Yunani, yang notabene merupakan sumber dari seluruh peradaban Barat.

Bahkan, penolakan atas filsafat berlanjut hingga hari ini. Ulama Bassam Tibi berpendapat bahwa "karena disiplin² rasional belum dilembagakan dalam Islam klasik, penerimaan budaya Yunani tidak memiliki dampak yang begitu berarti terhadap peradaban Islam." Pada kenyataannya, fundamentalis Islam tidak hanya mengkritik modernitas budaya kontemporer, tetapi bahkan rasionalisme Islam Averroes dan Ibnu Sina, sarjana² yang melambangkan peradaban Islam yg tinggi."

Kontemporer reformis Mesir, Tarek Heggy, merangkum konflik ini dan akibatnya: "Dunia Islam telah menjadi ajang pertempuran ide antara Abu Hamid Al-Ghazali---seorang tradisionalis ketat yang tidak percaya bahwa pikiran manusia mampu menangkap kebenaran yang ditahbiskan oleh Tuhan----dan Ibnu Rusyd (Averroes), yang memperjuangkan keutamaan akal. Para pendukung kedua kubu mengobarkan pertempuran sengit .... Tapi meskipun dia [Averroes] membela penuh semangat [rasionalitas], hasil dari pertempuran itu jelas mendukung Al-Ghazali, dan sebagian besar ahli hukum Islam mengadopsi ide-idenya, menafsirkan ajaran hukum Islam dengan membandingkan kepada kekuasaan adat dan sama sekali memandang rendah penalaran deduktif. Hukum Islam didominasi oleh Mutakallimun, atau teolog dialektis, yang menegaskan keunggulan tradisi (naql), seperti yang dianjurkan oleh Al-Ghazali, yang melampaui akal ('aql), seperti yang dianjurkan oleh Ibnu Rusyd."

Pengaruh al-Ghazali begitu penting sampai seorang pemikir modern piawai dari Pakistan, Fazlur Rahman (foto bawah), bisa mengatakan bahwa "tanpa karyanya ... rasionalisme filosofis bisa saja melenyapkan etos Islam." Kita hanya bisa membayangkan betapa berbedanya dunia yang dihasilkannya.

http://en.wikipedia.org/wiki/Fazlur_Rahman_Malik
http://hangingodes.wordpress.com/2006/1 ... ns-ordeal/

Tambahan tentang Fazlur Rahman: kisah2-muhamad-yg-belum-diceritakan-sebelumnya-t9894/
Profesor Fazlur Rahman adalah salah seorang cendekiawan muslim terkenal dari Pakistan yang berkeras bahwa Muhammad tidak bertemu muka dg Jibril dan bahwa isi2 quran adalah hasil dari pengalaman mistik internalnya, dihasilkan dari hatinya (atau pikirannya?) dg ilham tuhan (4.163) “dalam keadaan menerima penglihatan atau quasi-dream (setengah mimpi).” Muhamad sendiri, lanjut Rahman, telah menjelaskan keadaan waktu dia menerima wahyu2nya dg berkata, “kemudian aku bangun,” menjelaskan bahwa Muhamad menerima wahyu pertama dan yg selanjutnya dalam mimpinya. Rahman menyatakan, “Ide mengenai datangnya malaikat dan wahyu ini menjadi begitu tertanam dalam pikiran Muslim umumnya hingga gambaran selain itu menjadi haram bagi mereka.” Katanya, “sebuah agama tidak hanya dapat menggantungkan diri pada dogma spiritualitas saja dan (bahwa) keterangan yg masuk akal masih diperlukan ... ” (Islam, hal 13).





Daftar Isi

KATA PENDAHULUAN 

CHAPTER 1 -   CHAPTER 2 -   CHAPTER 3 CHAPTER 4  - CHAPTER 5  - CHAPTER 6 - CHAPTER 7 CHAPTER 8 CHAPTER 9 

Diterjemahkan oleh Relawan Translator FFI Indonesia dan dikutip dari FFI Indonesia

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money