Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 13, 2011

Penaklukan Mekah - Januari 630M

Penaklukan Mekah - Januari 630 M

Penaklukan Mekah - Januari 630M

Dari Faithfreedompedia

Teror 72 : Penaklukan Atas Mekah oleh Muhamad — Januari, 630M

Gencatan senjata dlm Islam memiliki preseden penting yg kebetulan disebut Yasser Arafat di Johannesburg setelah menandatangani Perjanjian Perdamaian Oslo dgn Israel. Beberapa minggu setelah Perjanjian Oslo ditandatangani, Arafat pergi ke Johannesburg dan di sebuah mesjid ia membuatpidato dimana ia MEMINTA MAAF, "Apakah anda merasa saya menandatangani dgn Yahudi sesuatu yg menentang aturan Islam?" DIlanjutkannya, "Bukan. SAYA MELAKUKAN SESUATU YG PERSIS DILAKUKAN NABI MUHAMAD saw." Apapun yg dilakukan nabi menjadi preseden. Arafat mengatakan, "Ingatkah anda ceritaHUDABIYAH." Nabi membuat perjanjian dgn Bani Quraish selama 10 tahun. Tapi lalu ia melatih 10.000 tentara dan dalam 2 tahun berbaris menuju kota Quraish, Mekah. Jadi, dlm yurisdiksi Islam, kau hanya diijinkan berdamai selama maximum 10 tahun. Kedua, begitu kau mampu, kau harus memulihkan jihad [baca: membatalkan perjanjian "damai"].

http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?p=65905
Setelah kekalahan di Mu’tah, Muhammad diam di Medinah selama 2 bulan tanpa melakukan perampokan atau penyerangan yang besar, kecuali beberapa yang disebutkan di Bagian 15. Setelah itu dia menerima berita bahwa seseorang yang berasal dari B. Bakr, yakni suku Quraish, telah membunuh seorang dari B. Khuzaa’h di tempat pengambilan air di Mekah. Suku Khuzaa’h adalah sekutu Muhammad dan dilaporkan bahwa orang yang dibunuh adalah orang Muslim. Penyerangan atas orang Khuzaa’h ini adalah pembalasan dendam atas pertentangan berdarah kedua suku yang bermusuhan itu. Lingkaran saling berbalasan dendam berdarah ini sudah dimulai lama sebelum Muhammad lahir. Akan tetapi dengan adanya perjanjian Hudaibiyah/Hudaybiyah, diharapkan bahwa akhirnya akan terjadi perdamaian di pihak2 yang bermusuhan.

Beberapa orang Quraish juga terlibat dalam perkelahian ini. Muhammad menganggap pertengkaran kecil ini sebagai pelanggaran terhadap perjanjian Hudaybiyah diantara pihak Quraish dan Muhammad. Wakil Khuzza’h yang bernama Amr b. Salim al-Khuzai pergi ke Medinah untuk melaporkan Muhammad akan peristiwa ini dan minta tolong kepadanya. Muhammad tidak tertarik sama sekali untuk menjaga perdamaian. Dia tidak melakukan usaha apapun untuk menengahi pertengkaran ini dengan pihak Quraish. Malah sebaliknya, dia menggunakan pertengkaran sepele ini sebagai alasan bagi kesempatan emas menyerang orang2 Mekah. Pada kenyataannya, setelah perampokan besar2an di Khaybar, Allah telah memberikannya ayat Q 48:27 tentang penaklukannya atas Mesjid Suci – yakni Ka’bah di Mekah. Perkembangan ini membuat Muhammad yakin sekali bahwa inilah kesempatan besar yang dikirim Allah. Setelah mendengar laporang dari wakil B. Khuzaa’h, Muhammad menjanjikan bantuan teguh bagi mereka. Pada saat itu, sebuah awan besar meliputi langit dan Muhammad yang doyan takhayul menganggap ini sebagai tanda bukti janjinya pada B. Khuzaa’h. Sebentar kemudian, kelompok utusan lain yang dipimpin oleh orang Khuzaa’h yang bernama Budayl b. Warqa bertemu Muhammad di Medina. Sekali lagi Muhammad mengucapkan janjinya kepada mereka. Setelah mendengar janji Muhammad lagi, Budayl pergi menuju Mekah.

Pada saat itu, pihak Quraish menyadari kegentingan keadaan dan mereka ingin berbicara dengan Muhammad untuk menjaga perdamaian, mencegah pertumpahan darah dan terus mematuhi perjanjian diantara pihak mereka dan Muhammad. Mereka mengirim Abu Sufyan b Harb untuk berdiskusi dengan Muhammad agar suasana tidak panas lagi. Di perjalanan ke Medinah, Abu Sufyan b Harb bertemu dengan Budyal b. Warqa di Usfan dan Abu Sufyan menanyakan apakah Budyal sudah berdialog dengan Muhammad atau belum. Budyal berbohong pada Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa dia belum bertemu Muhammad. Tapi Abu Sufyan dengan cerdik bisa mengamati dari kotoran unta Budayl yang mengandung biji2 kurma (makanan unta khas Medina) bahwa Budayl sesungguhnya telah bertemu Muhammad. Setelah menebak dengan tepat, sekarang Abu Sufyan gelisah karena dia menduga Muhammad hendak melakukan serangan. Abu Sufyan bertekad mencegah pertumpahan darah lebih besar atas pertengkaran kecil yang telah terjadi.

Sewaktu dia tiba di Medinah, Abu Sufyan pertama-tama mengunjungi anak wanitanya yang bernama Umm Habibah bt. Abu Sufyan. Ketika Umm Habibah kembali dari Ethiopia, dia dijadikan istri Muhammad yang ke-9 setelah suaminya mati di Ethiopia. Ketika Abu Sufyan masuk ke kamar anaknya dan hendak duduk di ranjang Muhammad, Umm Habibah melarangnya untuk duduk di situ. Dia memaki Abu Sufyan dan mengatakan bahwa ayahnya sebagai seorang pagan adalah orang najis (kotor) dan tidak pantas untuk duduk di ranjang Muhammad yang suci. Abu Sufyan sangat gusar akan sikap anaknya yang kurang ajar itu dan dia berkata pada Umm Habibah bahwa setan jahat telah merasukinya sejak dia meninggalkan Abu Sufyan dan memeluk Islam.


Kemudian Abu Sufyan datang menghadap Muhammad dan bicara padanya tentang masalah yang dihadapi, tapi Muhammad diam saja dan tidak menunjukkan ketertarikan untuk membicarakan hal itu. Abu Sufyan lalu mendekati Abu Bakr untuk memintanya bicara dengan Muhammad akan hal itu, tapi Abu Bakr menolak. Lalu dia bertemu Umar b. Khattab, tapi Umar mengancamnya dengan perang. Dalam keadaan putus asa, Abu Sufyan pergi menemui Ali ketika Ali sedang bersama Fatimag, anak wanita Muhammad. Anak lakinya yang masih kecil yakni al-Hasan b. Ali juga ada bersamanya. Abu Sufyan memohon pada Ali demi persaudaraan antara mereka untuk jadi penengah dalam menghindari pertumpahan darah. Ali ternyata juga mengecewakan Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa Muhammad telah menetapkan keputusan, dan tidak ada penengah yang dapat membuat keadaan berubah. Lalu sebagai usaha terakhir, Abu Sufyan berpaling kepada anak Muhammad yakni Fatima dan berkata [243], “Anak Muhammad, tidakkah kau ingin memerintahkan puteramu ini untuk membawa perdamaian, sehingga dia bisa menjadi pemimpin bangsa Arab untuk selamanya?”

Fatimah menjawab, “Demi Tuhan, puteraku belum cukup dewasa untuk membawa kedamaian diantara para masyarakat, dan tidak ada seorang pun yang dapat melawan keinginan Rasul Allah.” [244] Ketika Abu Sufyan menyadari bahwa tidak ada harapan lagi, dia meminta nasehat pada Ali tindakan apa yang harus dilakukan untuk mendamaikan suasana. Ali kembali mematahkan harapan Abu Sufyan dengan mengatakan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah pikiran Rasul Allah. Dengan perasaan kecewa Abu Sufyan datang ke pertemuan di mesjid dan berkata, “Saudara2, aku di sini untuk berdamai dengan kalian semua.” [245] Setelah menawarkan perdamaian pada orang Muslim, Abu Sufyan naik untanya dan pulang ke Mekah.


Ketika Abu Sufyan tiba di Mekah, orang2 Quraish menanyakan padanya hasil usaha perdamaiannya. Mereka mendengar seluruh cerita bagaimana Muhammad bersikap sangat keras dan bermusuhan. Orang2 Mekah menyalahkan Abu Sufyan karena dia dipermainkan oleh Muhammad.

Setelah Abu Sufyan pergi, Muhammad memerintahkan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melakukan suatu penyerangan, tapi merahasiakan tujuan serangan itu. Bahkan Aisha, istri favorit Muhammad, juga tidak tahu tujuan rencana penyerangan itu. Untuk memastikan siapapun tidak tahu rencana dalam pikirannya, Muhammad mengirim sebuah kelompok Jihadi di bawah pimpinan gabungan Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami dan Abu Qatadah al-Harith b. Ribi, ke Batn. Idam, sebelah Utara Medinah untuk menyerang kafilah Mekah yang melewati daerah itu (lihat Teror 70, Bagian. 15). Dia membuat rencana ini agar orang2 berpikir bahwa tujuan penyerangan adalah ke arah utara, padahal sebenarnya Muhammad sedang merencanakan penyerangan mendadak ke Mekah pada saat orang2 Quraish sedang tidak dalam keadaan siap. Ini memang rencana yang benar2 cerdik dan tak dapat disangkal lagi atas kemampuan Muhammad dalam melakukan teror, penjarahan dan penyerangan. Dia benar2 berhati-hati dalam merencanakan penyerangan ke Mekah ini.

243 Tabari, vol. viii, p.164
244 Tabari, vol .viii, p.165
245 Tabari, vol. viii, p.165



Ketika semua sudah siap, Muhammad memanggil orang2nya dan mengatakan kepada mereka untuk melakukan serangan mendadak ke Mekah. Dia juga mengajak suku2 tetangganya untuk bergabung dengannya menyerang Mekah. Ayat2 keras, pidato yang berpengaruh dan ceramah2 agama yang membangkitkan semangat dilakukan untuk mempersiapkan mental para Jihadis dalam penyerangan ke Mekah. Sewaktu persiapan penyerangan ini dilakukan, seorang Muslim bernama Hatib b. Abi Baltaah mengirim sebuah surat kepada Quraish yang isinya memberitahukan mereka terhadap persiapan Muhammad untuk menyerang Mekah. Seorang budak wanita menyembunyikan surat ini di bawah penutup kepalanya di dalam rambutnya dan pergi untuk menyerahkan surat ini kepada kaum Quraish. Muhammad mendengar kabar tentang kegiatan mata2 Hatib dari surga dan menyuruh Ali b. Abi Talib dan seorang Muslim lain untuk menangkap budak wanita ini. Mereka bergerak cepat dan berhasil menangkap wanita itu. Mereka memeriksa pelana kuda, tapi tidak menemukan apa2. Ketika Ali mengancam untuk menelanjanginya, wanita itu mengambil surat dari rambutnya dan menyerahkannya kepada Ali b. Abi Talib. Lalu Ali menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Setelah tahu isi surat ini, Muhammad memanggil Hatib. b. Abi Baltaah dan meminta penjelasan akan tindakannya. Hatib berkata bahwa semua anggota keluarganya masih tinggal di Mekah dan dia ingin memperingatkan mereka agar mereka selamat. Mendengar hal ini Umar menjadi marah dan minta ijin Muhammad untuk memancung kepala Hatib. Tapi Muhammad memaafkan Hatib karena Hatib berperang dengan sengit bagi pihak Muslim di perang Badr. Allah dengan segera menurunkan ayat Q 60:1-4 untuk memaafkan Hatib. b. Abi Baltaah. [246]

Dengan persiapan penuh untuk menyerang Mekah, Muhammad meninggalkan Medinah pada tanggal 1 Januari, 630 M, tapi dia menyembunyikan tujuan pasti keberangkatan ini dari pengikutnya. Beberapa pengikutnya mengira mereka akan menyerang suku Hawazin, beberapa yang lain mengira mereka akan merampok suku Thaqif, beberapa berkata mereka akan menyerang kaum Quraish. Meskipun dia dan pasukannya membawa persenjataan lengkap, dia tidak menunjuk seorang pemimpin militer dan tidak membawa bendera apapun, sehingga tujuan penyerangan ini merupakan teka-teki bagi pengikutnya. Pasukan Muhammad berjumlah sekitar 8.000 sampai 10.000 orang di bawah pimpinan Muhammad yang meninggalkan Medina dengan cepat. Dua orang istrinya yakni Zaynab bt. Jahsh dan Umm Salamah menemaninya dalam perjalanan.

Pada saat itu adalah bulan Ramadan, Muhammad dan para prajuritnya puasa. Ketika mereka tiba di al-Kadid, ketua B. Sulaym yang bernama Uyanah b. Hisn bergabung dengannya. Ketika Muhammad dan pasukannya berangkat pergi, banyak suku2 kecil yang berdiam di daerah sekitar juga bergabung bersama Muhammad. Ketika mereka bertanya padanya tentang tujuan perjalanan itu, Muhammad tidak memberitahu mereka. Dia buka puasa di al-Kadid dan dia mengatakan pada para pengikutnya bahwa mereka boleh melanjutkan puasa atau batal. Lalu dia mendirikan perkemahannya di Marr al-Zahran setelah melakukan perjalanan selama 8 hari. Tentara dari suku2 lain yang berjumlah 1.700 orang juga bergabung dengannya untuk menyerbu Mekah. Sampai saat ini, kaum Quraish belum tahu tentang rencana Muhammad. Di malam hari Muhammad berkemah di Marr al-Zahran, dia memerintahkan setiap Jihadis untuk menyalakan api bagi diri sendiri. Maka 10.000 api menyala untuk menunjukkan kesan pasukan tentara yang luar biasa besarnya. Tak jauh dari sana Abu Sufyan b. Harb bersama Hakim b. Hizam dan Budayl b. Warqa kebetulan juga sedang berada di daerah sekitar untuk mencari tahu tentang gerak-gerik Muhammad.

246 Ibn Ishak, p.545


Ketika Muhammad berhenti di Marr al-Zaharan, al-Abbas b. Abd al-Muttalib menemuinya. Seperti yang telah ditulis di bagian sebelumnya, al-Abbas sebenarnya adalah pengintai bagi Muhammad, dan dia memberitahu Muhammad tentang kegiatan para pasukan Quraish. Sebagai seorang pengusaha sukses dan ahli keuangan, [247] al-Abbas adalah seorang yang cerdas dan pandai dalam berkata-kata. Ketika dia mengetahui tanpa ragu lagi bahwa keponakannya (Muhammad) telah jadi penguasa militer yang kuat, dia bergabung dengannya, tapi merahasiakan hubungan ini dengan kaum Quraish. Muhammad menyambutnya dengan hangat.

Alasan al-Abbas b. Abd al-Muttalib mengunjungi Muhammad adalah untuk menjamin keselamatan orang2 Mekah karena dia takut jika banyak orang Mekah yang dibunuh oleh Jihadi Muslim, maka orang2 Mekah akan hancur sepenuhnya dan ini nantinya akan menghancurkan pula usaha bisnisnya yang berhasil. Dia berkata pada Muhammad bahwa jika dia mendapat jaminan keselamatan itu dari Muhammad, dia akan memberitahu siapapun yang dia temui di jalan agar pesan keselamatan ini terdengar oleh semua orang di Mekah.

Muhammad melanjutkan perjalanan dan tiba di Niq al-Uqh, tempat diantara Mekah dan Medina. Abu Sufyan b. al-Harith b. Abd al-Muttalib (bukan Abu Sufyan b. Harb; Abu Sufyan b. al-Harith adalah saudara sepupu Muhammad dan seorang penyair) dan seorang Quraish ingin bertemu dengan Muhammad. Tadinya Muhammad menolak menemui mereka karena Muhammad menuduh keduanya dahulu menyakiti hatinya ketika Muhammad masih tinggal di Mekah. Ketika kedua orang ini berkata pada Umm Salamah, istri Muhammad, bahwa mereka berdua akan melakukan mogok makan jika Muhammad tidak mau menemui mereka, hati Muhammad yang sekeras batu jadi agak melunak. Mereka berdua menemui Muhammad dan lalu memeluk Islam. Ibn Ishak [248] melapokan bahwa Muhammad dengan geram memukul dada Abu Sufyan b.al-Harith karena dulu dia pun memukul Muhammad. Abu Sufyan b.al-Harith lalu meminta Muhammad agar Allah bersedia menghapus dosanya yang dulu.
Setelah bertemu dengan Muhammad dan mendapat jaminan keselamatan, al-Abbas kembali ke Mekah. Ketika dia tiba di al-Arak dia bertemu Abu Sufyan b.Harb dan Hakim b. Hizam dan seorang Quraish lain yang sedang dalam perjalanan untuk memeriksa keadaan sekitar. Ketika mereka mlihat kobaran api yang dinyalakan oleh para tentara Muhammad, mereka sangat terkejut karena mereka belum pernah melihat jumlah tentara sebanyak itu.

247 Rodinson, p.259
248 Ibn Ishak, p.546



Abu Sufyan bertanya kepada al-Abbas apa yang terjadi, dan al-Abbas memberitahunya bahwa Muhammad bersama 10.000 tentara Muslim akan menyerang Mekah dan jika Abu Sufyan berani datang menghadap Muhammad, maka kepalanya akan dipancung. Karena tidak siap menghadapi serangan Muslim yang dahsyat itu, Abu Sufyan jadi gelisah dan tertekan sehingga dia pun menuruti nasihat al-Abbas. Al-Abbas mempersilakan Abu Sufyan naik keledai bersamanya. Kedua kawan Abu Sufyan yang lain mengikutinya sambil berjalan kaki. Mereka lalu bertemu sekelompok tentara Muslim di daerah perkemahan Umar b. Khattab. Umar segera menyerang Abu Sufyan dengan pedangnya dan mencoba membunuh Abu Sufyan. Karena itu, al-Abbas dengan cepat memacu keledainya untuk melarikan diri dari Umar. Umar mengejar dan mereka semua akhirnya mencapai perkemahan Muhammad. Umar masuk kemah Muhammad untuk minta ijin memancung kepala Abu Sufyan. Al-Abbas mengingatkan Muhammad bahwa dia sendiri telah memberi jaminan keselamatan Abu Sufyan. Karena permohonan al-Abbas, makan Muhammad menyampaikan pesan bahwa dia ingin bertemu dengan Abu Sufyan di pagi hari. Abu Sufyan ditahan dan bermalam dengan gelisah di perkemahan Umar.
Di pagi harinya, Umar membawa Abu Sufyan untuk bertemu Muhammad. Ketika Muhammad menyatakan dirinya adalah utusan Allah, Abu Sufyan mengatakan dia tidak percaya akan hal itu. Al-Abbas dengan cepat memperingatkan Abu Sufyan agar memeluk Islam, kalau tidak kepalanya bisa dipancung Muhammad. Inilah yang dikatakan al-Abbs, “Hati2lah! Katakan pengakuanmu sebelum, demi Allah, dia akan memancung kepalamu.”[249] Karena takut dan ingin menyelamatkan nyawanya, Abu Sufyan tidak punya pilihan dan saat itu juga dia jadi Muslim.

Ada beberapa alasan mengapa Abu Sufyan b. Harb menyerah begitu mudah kepada Muhammad. Sebelumnya, dia telah kehilangan pemimpin tentaranya yang lihai dan dia percayai yakni Khalid b. Walid karena Khalid jadi Muslim dan bergabung dengan Muhammad dalam usaha2 perampokan. Lagipula kaum perampok Jihadis telah menutup jalur perdagangan bagian utara dan selatan bagi kaum Quraish padahal kehidupan mereka tergantung pada kedua jalur perdagangan itu. Keadaan diperburuk karena terjadinya bencana kelaparan besar di Mekah. Dimengerti bahwa bencana kelaparan ini disebabkan oleh Muhammad. Dengan mengambil sumber tulisan ibn Hisham, Hamidullah mengutip, “Ketika Thumamah ibn Uthal, yakni ketua suku Yamamah, atas perintah Muhammad berhenti mengirim suplai gandum, para penulis sejarah mencatat bahwa akibatnya terjadi wabah kelaparan di Mekah.” [250] Karena semua keadaan yang menghimpit ini, Abu Sufyan jadi tidak berdaya dan dia menyerah pada Muhammad untuk menyelamatkan nyawa penduduk Mekah dari ancaman pembantaian oleh tentara haus darah yang sudah siap untuk menyerang Mekah.

Lalu al-Abbas meminta Muhammad untuk memberi Abu Sufyan keringanan karena dia telah memeluk Islam. Muhammad berkata, “Baiklah, siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan aman; siapapun yang masuk tempat perlindungan itu tidak akan dicelakai; dan siapapun yang mengunci dirinya di dalam rumah akan selamat.” [231] Dalam jaminan keamanan ini, tempat perlindungan yang dimaksud adalah Ka’abah. Meskipun begitu, Hadis Sahih Muslim menuliskan bahwa biarpun telah mengucapkan janji itu, Muhammad tetap saja memerintahkan bahwa siapapun yang berada di atas puncak gunung Safa harus dibunuh. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Muslim: Book 019, Number 4396:
Dikisahkan atas kuasa Abdullah b. Rabah yang berkata:

Kami bertemu dengan Mu’awiya b. Abu Sufyan sebagai seorang utusan dan Abu Huraira ada diantara kami. Setiap orang dari kelompok kami menyiapkan makanan bagi kawan2nya secara bergiliran tiap hari. Ketika tiba giliranku, aku berkata, “Abu Huraira, hari ini adalah giliranku. Maka mereka datang ke tempatku. Makanan belum siap disajikan, jadi aku berkata kepada Abu Huraira, “Aku harap kau bersedia menceritakan padaku kisah dari Rasul Allah sampai makanan selesai disajikan.” (Dengan menyetujui permintaanku) Abu Huraira menjawab, “Kami sedang bersama Rasul Allah pada hari penaklukkan Mekah. Dia menunjuk Khalid b. Walid sebagai pemimpin pasukan sayap kanan, Zubari sebagai pemimpin pasukan sayap kiri, dan Abu ‘Ubaida sebagai pemimpin pasukan infanteri (yang sedang melaju) ke daerah dalam lembah. Dia lalu berkata, “Abu Huraira, panggilah kaum Ansar menghadap padaku.” Lalu aku memanggil mereka semua dan mereka datang dengan segera. Dia berkata,”Wahai kalian orang Ansar, kau lihat para bajingan bajingan orang Quraish itu?” Mereka berkata, “Ya.” Dia berkata,”Maka, kalau kau bertemu mereka besok, musnahkan mereka semua.”
Dia menunjukkan hal ini dengan tangannya, diletakannya tangan kanannya di atas tangan kirinya dan berkata, “Kalian akan bertemu dengan kami di as-Safa’.” (Abu Huraira melanjutkan): Siapapun yang dilihat mereka pada hari itu akan dibunuh. Sang Rasul Allah naik ke gunung as-Safa’. Kaum Ansar juga tiba di sana dan mengepung gunung itu. Lalu datanglah Abu Sufyan dan berkata, “Rasul Allah, kaum Quraish sudah kalah. Tiada seorang pun dari kaum Quraish yang akan selamat hari ini.” Rasul Allah berkata, “Siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan selamat, yang meletakkan senjata akan selamat, yang mengunci pintunya akan selamat.” (Beberapa) orang Ansar berkata, “(Akhirnya) Orang itu (Muhammad) goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri.” Mendengar hal ini, datanglah inspirasi illahi kepada Rasul Allah. Dia berkata, “Kau berkata bahwa orang itu goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri. Tahukah kalian siapa namaku? Aku adalah Muhammad, orang jaminan Tuhan dan RasulNya.” (Dia mengulangi kalimat ini tiga kali). “Aku meninggalkan tempat asalku karena Allah dan menggabungkan kalian. Sehingga aku akan hidup bersamamu dan mati bersamamu.” Sekarang orang2 Ansar berkata, “Demi Tuhan, kami berkata begitu karena keserakahan kami akan Allah dan RasulNya.” Dia berkata, “Allah dan RasulNya bersaksi padamu dan menerima permohonan maafmu.”
Setelah masuk Islam dan mendapat jaminan keselamatan dari Muhammad, Abu Sufyan segera mendahului tentara Muslim masuk Mekah dan mengumumkan jaminan keselamatan dari Muhammad kepada semua orang2 Mekah. Orang2 Mekah yang ketakutan langsung masuk ke dalam rumah2 mereka atau menuju ke tempat perlindungan yakni Ka’abah. Banyak pula yang masuk ke rumah Abu Sufyan untuk menyelamatkan nyawa mereka dari serangan orang2 Muslim.

249 Hamidullah, p.80
250 Tabari, vol. viii, p.173
251 Tabari, vol. viii, p.173



Setelah Abu Sufyan dan Hakim b. Hizam pergi, Muhammad mengirim al-Zubayr yang membawa bendera Muslim dan memerintahkannya untuk menancapkan tiang bendera itu di bagian atas daerah Mekah (yakni di sebelah gunung utara) dan memerintahkannya untuk tidak beranjak dari situ. Muhammad masuk ke Mekah dari tempat itu.

Muhammad memerintahkan Khalid b. Walid dan orang2 yang baru saja memeluk Islam seperti kaum B. Sulaym, Qudaah, dll untuk masuk Mekah melalui daerah yang lebih rendah dari Mekah (yakni bagian selatan jalan raya ke Yaman). Ini adalah daerah B. Bakr. Meskipun Abu Sufyan menyerah, beberapa pemimpin Quraish yang lain di bawah pimpinan Ikrimah b. Abi Jahl tidak mau membiarkan kaum Muslim masuk Mekah tanpa perlawanan. Maka mereka mengumpulkan orang dari B. al-Harith b. Abd Manat dan orang2 Ahabish dan beberapa suku kecil lain yang merupakan bagian dari Mekah untuk melawan tentara Muhammad. Khalid b. Walid ditunjuk untuk melawan orang2 ini. Muhammad memerintahkannya untuk hanya memerangi mereka yang melawannya. Pasukan Ikrimah bertarung melawan pasukan Khalid, tapi kalah sehingga Ikrimah b. Abi Jahl melarikan diri bersama beberapa pasukannya. 24 orang pagan (atau 28 menurut Muir) dibunuh. Ini adalah satu2nya pertempuran yang terjadi di Mekah. Akan tetapi, sebagian tentara al-Zubayr mengambil jalur terpisah dari yang ditentukan Muhammad. Mereka menutup jalur barat ke arah pantai yang dikenal sebagai jalan Kada. Jalur2 timur dan utara ditutup oleh tentara2 Muhammad. Jadi Mekah diserang dari 4 penjuru sehingga tentara Quraish sukar melarikan diri. Meskipun sudah dikepung seperti itu, tentara al-Zubayr bertemu dengan beberapa tentara Quraish di Kada dan pihak Quraish berhasil membunuh beberapa tentara Muslim.

Lalu Muhammad masuk Mekah lewat tempat al-Zubayr menancapkan benderanya. Hari itu adalah tanggal 11 Januari, 630, 10 hari setelah Muhammad meninggalkan Medinah. Banyak orang2 Mekah yang mengelilinginya untuk memeluk Islam. Muhammad tinggal di Mekah selama setengah bulan. Ketika Muhammad masuk Mekah, dia memberikan pengampunan bagi seluruh penduduk Mekah kecuali bagi 8 orang (atau 10 menurut Ibn Sa’d [252]). Dia memerintahkan agar orang2 ini dibunuh bahkan walaupun mereka bersembunyi di bawah tirai Ka’abah. Sebenarnya menumpahkan darah di tempat suci itu sangatlah dilarang bagi kaum pagan. Muhammad ingin mempertahankan tradisi ini, tapi keinginannya untuk membalas dendam lebih kuat sehingga dia menyatakan bahwa Allah mengijinkan hanya untuknya untuk menumpahkan darah di tempat suci untuk beberapa jam saja. Ini Hadis Sahih Bukhari tentang hak khusus bagi Muhammad untuk menumpahkan darah di tempat suci.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 34, Number 303:
Dikisahkan oleh Ibn Abbas:

Rasul Allah berkata, “Allah membuat Mekah sebagai tempat suci dan tidak diijinkan seorangpun sebelumnya atau sesudah aku (untuk berperang di tempat itu). Dan [[berperang diperbolehkan bagiku untuk beberapa jam dalam satu hari khusus saja]]. Tidak seorang pun boleh mencabut semak2nya yang berduri atau memotong pohon2nya atau mengejar maksudnya atau memungut Luqata (benda2 yang jatuh – nya kecuali oleh orang yang akan mengumumkan hal ini secara umum.” 'Abbas bin 'Abdul-Muttlib meminta kepada sang Nabi, “Kecuali Al- Idhkhir, bagi tukang2 emas kami dan atap2 rumah kami.” Sang Nabi berkata, “Kecuali Al-Idhkir.” ‘Ikrima berkata, “Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan mengejar maksudnya? Itu berarti memindahkannya dari kegelapan dan duduk di tempatnya.” Khalid berkata, “(‘Abbas berkata: Al Idhkir) bagi tukang2 emas dan kuburan2 kita.
252 Ibn Sa’d, vol. ii, p.165


Nafsu amarah Muhammad berkobar-kobar terutama bagi orang-orang Mekah yang murtad dari Islam. Inilah daftar orang2 Mekah yang diincar untuk dibunuh oleh Muhammad:


1. Abd Allah b. Sa’d
Dosa Abd Allah b. Sa’d adalah murtad setelah memeluk Islam. Dia adalah juru tulis Muhammad, tapi tak lama kemudian dia menyadari akal2an Muhamad yang mengaku dapat ilham illahi, sehingga dia lalu meninggalkan Islam dan kembali ke Mekah. Ketika Muhammad ingin orang membunuh Abd Allah. B. Sa’d, dia melarikan diri kepada Uthman, yang merupakan saudara angkatnya. Ketika ribut2 kedatangan pasukan Muhammad ke Mekah telah mereda, Uthman membawa Abd Allah ibn Sa’d kepada Muhammad untuk minta diampuni. Ketika Uthman meminta Muhammad menunjukkan belas kasihan kepada Abd Allah ibn Sa’d, dia (Muhammad) diam untuk waktu yang lama sebelum akhirnya berkata, ‘baiklah.’ Setelah Abd Allah ibn Sa’d berlalu, pengikut2 Muhammad bertanya mengapa dia berdiam diri lama sekali. Muhammad menjawab bahwa sikap berdiam diri itu maksudnya agar pengikutnya berdiri dan membunuh Abd Allah ibn Sa’d. Lalu seorang Ansar bertanya kepada Muhammad mengapa dia tidak langsung saja memberi isyarat untuk membunuh Abd Allah ibn Sa’d. Muhammad menjawab, “Seorang nabi tidak membunuh dengan menggunakan isyarat.” [253]


2. Abd al-Uzza b. Khatal or Abd Allah ibn. Khatal
Kesalahan Abd Allah ibn. Khatal adalah dia membunuh budaknya ketika budak itu tidak memasak makanan baginya (Catatan: membunuh budak tidak dianggap sebagai tindakan kriminal serius di jaman itu). Lalu Abd Allah ibn. Khatal melarikan diri ke Mekah dan meninggalkan Islam. Dia memiliki dua orang gadis yang biasa bernyanyi satir (ejekan) bagi Muhammad. Muhammad memerintahkan kedua gadis ini dan Abd Allah ibn. Khatal dibunuh. Ketika diketahui bahwa Abd Allah ibn. Khatal bersembunyi di dalam tirai Ka’ba, kedua Jihadis yakni Said b. Hurayth al-Makhzumi dan Abu Barzah membunuh Abd Allah dengan merobek perutnya. [254]

3. Satu dari kedua gadis penyanyi Abd Allah yang bernama Fartana juga dibunuh.
4. Gadis penyanyi yang lain berhasil melarikan diri.

Tentang pembunuhan gadis penyanyi, Sunan Abu Daud menulis Hadis ini:

Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2678:
Dikisahkan oleh Sa'id ibn Yarbu' al-Makhzumi:
Sang Nabi berkata: di hari penaklukkan Mekah, ada 4 orang yang tidak akan kuampuni di tempat suci maupun non suci. Dia lalu menyebutkan nama orang2 itu. Dua gadis penyanyi al-Maqis; yang seorang dibunuh dan yang seorang lagi melarikan diri dan memeluk Islam.

5. Al-Huwayrith

Muhammad menuduh dia menyakiti anak wanita sulung Muhammad yang bernama Zaynab ketika Zaynab berusaha melarikan diri dari Mekah. Atas perintah Muhammad, Ali b. Talib membunuh Al-Huwayrith.

6. Miqyas b. Subabah

Sebelumnya, Miqyas b. Subabah membunuh pembunuh saudara lakinya dan lalu melarikan diri ke Medinah dan murtad (lihat Teror 46, Bagian 12). Muhammad memerintahkan agar dia dibunuh karena kemurtadannya. Numaylah b. Abd Allah lalu membunuhnya.

7. Ikrimah b. Abi Jahl

Ikrimah b. Abi Jahl melarikan diri ke Yemen. Lalu istri Ikrimah memohon kepada Muhammad agar Ikrimah diampuni. Muhammad mengampuni Ikrimah dengan syarat dia kembali ke Mekah dan memeluk Islam. Istri Ikrimah lalu menyusulnya ketika dia hendak pergi melaut ke Ethiopia. Istrinya membawanya kembali ke Mekah. Ikrimah dan istri lalu memeluk Islam guna menyelamatkan nyawa mereka.

8. Sarah

Sarah adalah budak yang dimerdekakan yang tadinya milik anak laki Abd al Muttalib. Muhammad menuduhnya suka menyakiti Muhammad ketika dia dulu masih hidup di Mekah. Dikisahkan kemudian bahwa Muhammad pada akhirnya memaafkan Sarah.

253 Tabari, vol. viii, p.179
254 Ibn Sa’d, vol.ii, p174

Di samping ke-8 orang2 Mekah itu, Ibn Sa’d menulis dua orang lagi yang Muhammad incar untuk dibunuh. Mereka adalah :

9. Habbar b. al-Aswad

Dosa Habbar b. al-Aswad adalah menyakiti anak Muhammad yakni Zaynab ketika dia berusaha meninggalkan Mekah. Habbar b. al-Aswad lalu menyembunyikan diri tapi beberapa bulan kemudian tertangkap. Habbar b. al-Aswad lalu memeluk Islam dan nyawanya diampuni.

10. Hind bt. Utbah, istri dari Abu Sufyan b. Harb.

Hind bt. Utbah mengunyah hati Hamzah yang sudah terbunuh di Perang Badr II (Perang Uhud). Hind lalu memeluk Islam dan Muhammad pun mengampuninya.
Di kemudian hari, Umar membunuh Sarah dengan cara menggunakan kudanya untuk menginjak-injaknya di al-Abtah. Di hari penaklukkan Mekah, Muhammad memerintahkan 6 pria dan 4 wanita dibunuh. Para wanita adalah:

1. Hind bt. Utbah b. Rabiah,

2. Sarah,

budak merdeka yang tadinya milik Amr b. Hashim b. Abd al-Muttalib; dia dibunuh (menurut penulis biografi Muhammad yakni Waqidi) di hari Mekah ditaklukkan.

3. Quraybah;

dibunuh di hari Mekah ditaklukkan

4. Fartana

menyelamatkan diri dari pembunuhan dan terus hidup sampai Kalifah Uthman berkuasa.
Pembunuhan2 atas wanita2 Mekah itu merupakan tamparan di muka Islam yang mengaku sebagai agama yang melarang pembunuhan wanita dalam perang. Kenyataannya, kita bisa kutip dari Sahih Ahadith untuk menunjukkan bahwa pembunuhan wanita dan anak2 dan orang2 tua pagan secara jelas diperintahkan oleh Muhammad. Ini beberapa contohnya:

Sahih Muslim: Book 019, Number 4321:

Dikisahkan atas wewenang Sa’b b. Jaththama bahwa sang Nabi ketika ditanya tentang para wanita dan anak2 pagan yang mati dibunuh di malam penyerangan, menjawab: [[Mereka (wanita dan anak2 itu) adalah bagian dari mereka (masyarakat pagan, sehingga sah saja untuk dibunuh)

Muhamad ternyata melanggar perintah sebelumnya dlm
Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2664:


Dikisahkan oleh Samurah ibn Jundub:
Sang Nabi berkata: “Bunuh orang2 tua yang berkepercayaan pagan, tapi jangan bunuh anak2nya.”
Setelah pembunuhan dilaksanakan di Mekah, Muhammad lalu menuju sebuah bukit, ke tempat dekat kuburan Abu Thalib, pamannya, dan Khadija, istri pertamanya. Dia mendirikan tenda di sana. Ketika pengikutnya bertanya apakah dia ingin mengunjungi rumahnya yang dulu, dia menjawab, “Tidak.” Bendera besar ditancapkan di pintu tendanya. Sekarang dialah penguasa Mekah.
Tak lama kemudian dia mengendarai al-Qaswa, untanya, dan menuju Ka’abah dan mengitari Ka’abah tujuh kali. Lalu dia memerintahkan pengikutnya untuk menghancurkan patung2 berhala di Ka’abah. Patung berhala besar Hubal di depan Ka’abah dihancurkan. Dikatakan bahwa terdapat 360 patung berhala dalam Ka’abah. Semua patung2 ini dihancurkan di hadapan orang2 Quraish yang terperangah, dan atas agama penuh toleransi yang dikhotbahkan oleh Muhammad, Allah dengan segera menurunkan ayat Q 17:81 yang mengumumkan sirnanya kesalahan dan datangnya kebenaran.
Setelah menaklukkan Mekah dengan sangat mudah dan tanpa banyak pertumpahan darah, Muhammad berdiri di depan pintu Ka’abah dan memuji Allah dan berterima kasih pada Allah karena kemenangan itu. Berasamanya adalah Usama b. Zayd, Uthman b. Talhah dan Bilal, seperti yang ditulis di hadis berikut.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 9, Number 483:

Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:

Sang Nabi masuk Ka’abah bersama Usama bin Zaid, 'Uthman bin Talha dan Bilal dan berada di sana untuk waktu yang lama. Ketika mereka ke luar, akulah orang pertama yang masuk Ka’abah. Aku bertanya pada Bilal, “Di manakah sang Nabi sembahyang?” Bilal menjawab, “Diantara dua pilar
depan.”

Allah dengan gesitnya mengirim turun ayat Q 49:13 dan mengumumkan bahwa umat manusia diciptakan sebagai lelaki dan wanita dan Dia menciptakan banyak negara dan suku2 bangsa.
Lalu Muhammad pergi ke rumah Abraham yang berjarak 20 sampai 30 langkah dari Ka’abah dan mengambil kunci Ka’abah dan memberikannya kepada Uthman ibn Talha untuk menjaga Ka’abah secara turun temurun. Al-Abbas ditunjuk untuk menyediakan minum bagi para peziarah. Muhammad lalu menghancurkan gambar2 Abraham dan malaikat2 yang berada di dinding2 Ka’abah. Dia menghancurkannya dengan kedua tangannya sebuah patung merpati terbuat dari kayu dan lalu melemparkannya. Allah cepat2 menurunkan ayat Q 3:67 tentang Abraham yang mensahkan penghancuran yang dilakukan Muhammad atas patung2 berhala dan gambar2. Di ayat ini Allah mengumumkan bahwa Abraham bukanlah orang Yahudi atau Kristen, tapi Hanif (Muslim?) dan Muhammad adalah yang terdekat dengan Abraham.
Ini Hadis tentang penghancuran patung2 berhala Ka’abah.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 43, Number 658:

Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin Masud:


Sang Nabi masuk Mekah dan (di saat itu) terdapat 360 patung2 berhala di sekitar Ka’abah. Dia mulai menusuk-nusuk patung2 berhala dengan tongkat di tangannya dan berkata, “Kebenaran (Islam) telah datang dan Kekeliruan (tak percaya) telah dilenyapkan.”



Setelah itu Muhammad mengumumkan bahwa siapapun yang percaya kepada Allah tidak boleh menyimpan gambar apapun dalam rumahnya dan harus menghancurkan segala patung berhala di dalam rumahnya. Dia menyampaikan khotbah penuh perasaan tentang kedekatan hatinya atas kota Mekah. Para ahli sejarah Muslim menulis bahwa khotbah ini berhasil menarik hati dan pikiran masyarakat Mekah. Para penduduk Medinah sekarang mulai curiga bahwa Muhammad akan tinggal di Mekah selamanya. Tapi Muhammad menghibur mereka dengan mengatakan dia tidak akan pernah meninggalkan Medina. Lalu dia kembali ke tendanya. Abu Bakr membawa ayahnya yang tua dan buta bernama Abu Quahafa untuk menghadap Muhammad dan dia lalu memeluk Islam di hadapan Muhammad.
Setelah semua patung2 berhala dihancurkan dan disingkirkan, Muhammad memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’abah dan menyuarakan Adhaan – yakni suara panggilan sembahyang. Lalu para Muslim berkumpul dan sembahyang di bawah pimpinan Muhammad.

Lalu Muhammad mengumumkan pengampunan umum bagi masyarakat Mekah. Dia duduk di al-Safa dan Umar b. Khattab mengucapkan sumpah persekutuan orang2 Mekah dengan Islam. Pertama-tama, para pria mengucapkan sumpah, lalu para wanita. Diantara kaum wanita adalah Hind bt. Utbah, istri Abu Sufyan b. Harb. Hind bt. Utbah memakai kerudung untuk menyembunyikan dirinya dan dia khawatir jangan2 Muhammad akan menghukumnya. Ketika dia berjumpa dengan Muhammad, dia minta maaf padanya. Muhammad memaafkannya dan mengikatnya dengan sumpah bahwa dia tidak akan berzinah dan membunuh anak2. Karena Muhammad tidak pernah bersalaman dengan wanita kecuali dengan wanita2 yang diijinkan baginya, pengutaraan sumpah dengan wanita dilakukan dengan cara Muhammad meletakkan tangannya di dalam air dan wanita itu melakukan hal yang sama.

Safwan b. Umayyah, seorang Quraish dan musuh besar Muhammad pergi ke Jeddah untuk menetap di Yaman. Ketika dia mendengar berita kemenangan Muhammad, dia hampir saja bunuh diri dengan terjun ke laut. Orang2 mendekati Muhammad dan menceritakan hal ini kepadanya. Dia mengampuni Umayyah dan memberikan Umayyah sorbannya sendiri sebagai tanda pengampunannya. Umayr pergi dan bertemu Umayyah dan menunjukkan sorban Muhammad itu kepada Umayyah. Muhammad memberi waktu 4 bulan bagi Umayyah untuk mengambil keputusan masuk Islam atau mati. Akhirnya Umayyah masuk Islam. Istrinya yang bernama Fakhitah bt. Al-Walid juga jadi Muslim.

Ibn Sa’d [255] menulis bahwa Muhammad juga mengunjungi rumah Umm Hani (yang juga dikenal sebagai Hind bt. Abu Talib), yang adalah saudara sepupunya dan melakukan sembahyang kemenangan di sana. Umm Hanni lalu memeluk Islam dan suaminya pun melakukan hal yang sama. Dua saudara ipar Umm Hani yang menganut agama pagan dan tidak suka akan Muhammad tinggal di rumah Umm Hani. Ali ingin membunuh kedua orang ini, tapi Umm Hani memohonkan ampun kepada Muhammad bagi kedua saudara iparnya itu. Ditulis bahwa Muhammad memberi mereka pengampunan dan merekapun memeluk Islam.

Wahsi, sang budak Abyssia yang membunuh Hamza, melarikan diri ke Taif dan akhirnya dia pun dapat pengampunan.

Muhammad sangat murah hati kepada masyarakat Mekah. Dia melakukan hal ini untuk keuntungan bagi dirinya. Para politisi cerdik dalam keadaan serupa juga akan melakukan hal yang sama, yakni memberikan pengampunan umum. Sikap murah hatinya mengakibatkan banyak masyarakat Mekah yang mendukungnya. Dalam waktu dua minggu, 2.000 orang Mekah memeluk Islam.

Muhammad lalu menikahi Mulaykah bt Dawud al-Laythiyaah. Sebelum mengawini Mulaykah, Muhammad membunuh ayahnya. Ini diceritakan padanya oleh istri2 Muhammad. Salah satu istri2 Muhammad datang kepada Mulaykah dan berkata padanya, “Apakah kau tidak malu menikahi pria yang membunuh ayahmu?” [256] Karena itu Mulaykah yang muda dan cantik meninggalkan Muhammad. Dikisahkan bahwa Muhammad membunuh ayah Mulaykah di hari dia menaklukkan Mekah.

Sejarawan Muslim seringkali memuji-muji kemurahan hati Muhammad kepada masyarakat Mekah. Mereka juga memuji bahwa tidak ada pertumpahan darah. Akan tetapi, sejarah menunjukkan bahwa demi keuntungan Muhammad sendiri dia harus menaklukkan Mekah tanpa pembunuhan besar2an. Jika dia melakukan genosida dan menjarah seperti biasanya dilakukannya, maka dia tidak akan dapat banyak dukungan orang2 Mekah. Muhammad tahu itu. Selain itu diapun berasal dari suku yang sama dengan orang2 Mekah. Dia punya banyak hubungan saudara dengan orang2 itu, dan ini membuktikan kebenaran pepatah ‘darah lebih kental daripada air’.

255 Ibn Sa’d, vol.ii, p.179
256 Tabari, vol. viii, p.1
87

Kita juga bisa menyangkal bahwa penaklukkan ini tidak mengucurkan darah sama sekali. Sejumlah kecil pagan telah melawan dan dalam pertempuran mereka dan beberapa Muslim juga terbunuh. Disamping itu, Muhammad di kemudian hari terus-menerus mengirim pasukan demi pasukan untuk menghancurkan suku manapun di sekitar Mekah yang menolak Islam. Lebih2 lagi, dua tahun setelah dia memberikan pengampunan umum kepada masyarakat Mekah, dia membatalkan pengampunan ini sewaktu dia mengirim dua utusannya yakni Abu Bakr dan Ali untuk mengumumkan kepada kaum pagan di Mekah bahwa mereka akan menghadapi hukuman mati jika tidak masuk Islam (Q 9:5 yang dikenal sebagai ayat pedang membatalkan pengampunan apapun yang diberikan kepada kaum pagan Mekah).
Meskipun begitu, harus diakui kecerdikan Muhammad dalam menaklukkan tempat yang nantinya jadi pusat Islam terbesar yakni Mekah. Orang memang perlu dedikasi, kekejaman, kelicikan, kecerdikan dan di atas semuanya pengabdian pada paham fasisme mutlak yang ditunjukkan oleh Muhammad untuk jadi biang teroris atau penguasa militer.

Banyak Jihadi yang tidak senang dengan jatah jarahan yang mereka terima. Mereka menggerutu dan Muhammad harus pinjam duit dari orang2 kaya Quraish untuk memberi upah 50 Dirham (sekitar US$250) sampai 2.000 Dirham setiap Jihadis yang ‘membutuhkan’ itu [257]. Akhirnya di hari penaklukkan Mekah, Muhammad membuat peraturan bahwa Muslim wajib untuk melakukan Jihad (perang agama) terhadap non-Muslim di mana pun mereka diminta melakukan itu. Ini beberapa Ahadith yang menjelaskan sifat keharusan dari Jihad: 257 Rodinson, p.262

Hadis Sahih Muslim: Book 020, Number 4597:

Dikisahkan berdasarkan wewenang dari Ibn ‘Abbas bahwa Rasul Allah berkata di hari penaklukkan Mekah: Tidak ada Hijrah sekarang, tapi yang ada adalah Jihad (perang demi Islam) dan ketulusan tujuannya (untuk dapat upah besar); jika kau diminta untuk melakukannya (dalam perang demi Islam) kau harus bersedia melakukannya.

Hadis Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 42:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Rasul Allah berkata, "Tidak ada Hijrah (pindah dari Mekah ke Medinah) setelah penaklukkan (Mekah), tapi Jihad dan tujuan tulus tetap berlaku, dan jika kau dipanggil (oleh pemimpin Muslim) untuk berperang, pergilah segera.

Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 311:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas: Sang Nabi berkata, di hari penaklukkan Mekah, "Tidak ada Hijrah (setelah penaklukkan), tapi (yang tetap ada adalah) Jihad dan tujuan tulus, dan jika kau dipanggil untuk melakukan Jihad, kau harus segera melakukannya."

1 comments:

Anonymous said...

blog iblis ini. kenapa tidak menyerang agama lain.knp mesti islam.apa kristian kamu mengajar mencerca menghina islam? begitu toh? ada mulianya lagi andai kamu menjadi pelacur tapi tidak menghasut mengadu domba begini. dasar binatang tidak berakal. ini bukan pengikut kristus.ini iblis ngocok.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money