Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 13, 2011

Pertempuran Parit - Februari 627M

Pertempuran Parit

Pertempuran Parit - Februari 627M

Dari Faithfreedompedia

Teror 32 : Pertempuran Parit Dipimpin oleh Muhammad—Februari, 627M




Peta Operasi Perang Parit

Setelah sukses dalam menjarah, kaum Muslim di Medinah merasa aman dan tenteram. Kebutuhan nafkah mereka dipenuhi dari usaha² perampokan ini. Muhammad punya kekuatan militer yang kuat setelah mengusir kaum Yahudi Banu Qaynuqa dan Banu Nadir dari tanah tempat tinggal mereka di Medinah.[136] Akan tetapi, Muhammad selalu waspada karena khawatir atas serangan musuh tiba2. Dan memang kekhawatirannya beralasan karena pihak musuh benar² menyerangnya tidak lama setelah dia dengan bersantai menikmati barang jarahan di tengah kekuatan militernya. Ketika musim dingin tiba, kaum Quraish bersiap-siap untuk menyerang Muhammad. Ini dikenal sebagai perang Parit atau perang Ahzab

(sekutu).Pertempuran ini terjadi di bulan Februari, 627 M (Shawal, AH 5). Alasan utama terjadinya perang ini adalah karena pembersihan rasial Yahudi B. Nadir dari Medina. Setelah pengasingan kaum Yahudi B. Qaynuqa dan B. Nadir dari Medinah, para pemimpin Yahudi yang terusir yakni Salam b. Abi al-Huqayq al-Nadri, Huyayy b. Akhtab al-Nadri, Kinanah b. al-Rabi b. Abi al-Huqayq… dll pergi ke Mekah dan bertemu dengan para pemimpin Quraish dan membentuk persekutuan untuk melawan Muhammad yang mengancam keamanan mereka. Pada mulanya kaum Quraish bersikap ragu akan orang² Yahudi karena agama Yahudi serupa (tapi tak sama) dengan Islam. Mereka bertanya pada orang² Yahudi agama mana yang lebih baik – pagan atau Islam? Kaum Yahudi menjawab agama Quraish (pagan) lebih baik daripada agama baru monotheism milik Muhammad. Jawaban ini menyenangkan kaum Quraish dan mereka tanpa ragu menerima kaum Yahudi sebagai sekutu. Akan hal ini, Allah menurunkan ayat Q 4:51-55, mengutuk kaum Yahudi yang bersekutu dengan kaum pagan dan Dia menjanjikan neraka bagi kaum Yahudi.

Setelah bertemu dengan para pemimpin Yahudi, pihak Quraish bersiap untuk melancarkan serangan hebat kepada Muhammad dan Jihadi fanatiknya itu. Setelah mengadakan perjanjian dengan pihak Quraish, para pemimpin Yahudi bertemu dengan orang² Ghatafan dan beberapa suku di sekitar Mekah dan meyakinkan mereka agar melakukan serangan bersama dengan orang² Quraish. Maka tentara Quraish di bawah pimpinan Abu Sufyan b. Hard dan tentara Ghatafan di bawah pimpinan Uyanah b. Hisn b. Hudhayfah (lihat Teror 31, Bagian 8 ) berbaris menuju Medinah. Beberapa penulis biografi menulis Unayah sebagai pempimpin B. Fazarah, dan suku ini adalah cabang suku Ghatafan.[137] Suku² lain yang bergabung dengan mereka adalah B. Murrah dan Masud b. Rukhaylah dari suku Ashja. Pihak Quraish sendiri membawa 4.000 tentara, 300 kuda, 1.500 unta. Seluruh kekuatan Mekah adalah 10.000 orang. Mereka berbaris dalam tiga kelompok yang terpisah. Komandan utama adalah Abu Sufyan b. Harb. Bendera perang dibawa oleh Uthman ibn Talhah yang ayahnya dibunuh di perang Uhud.[138]

135 Middle march (1827)
136 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud
137 Mubarakpuri, p.363


Tak lama kemudian berita serangan ini didengar oleh Muhammad. Dia benar² tidak siap akan serangan mendadak dari pihak Quraish dan sekutunya. Pengalaman akan Perang Uhud masih segar terbayang dalam benak orang² Muslim. Perang baru melawan Quraish sungguh tidak mereka inginkan.[139] Melihat bahaya ini, Muhammad mengadakan rapat dengan para pemimpin tentaranya yang terpercaya. Dalam rapat ini, Salman yang adalah seorang Persia yang masuk Islam, mengajukan usul untuk menggali parit sekitar Medina untuk melindungi kota itu dari serangan pihak Mekah. Dia tadinya adalah seorang tawanan beragama Kristen dari Mesopotamia, yang dibawa oleh seorang Yahudi dari Bani Kalb. Lalu dia ditebus dan beralih ke Islam. Dia tahu akan teknik mempertahankan diri seperti ini di negara² lain. Ini merupakan teknik bela diri yang baru sama sekali bagi orang Arab dan sebelumnya tidak pernah dilakukan. Muhammad dan para pengikutnya dengan cepat setuju akan usul ini. Pekerjaan yang harus dilakukan adalah menggali parit yang dalam, mungkin sekitar 10 yard 30 kaki lebarnya dan 5 yard (15 kaki) dalamnya dan panjangnya adalah ½ mil [140] di sekeliling kota Medinah. Agar pekerjaan cepat selesai, tugas dibagi dan dilakukan oleh beberapa kelompok keluarga.

Muhammad sekarang mengumpulkan orang2nya untuk menggali parit ini dan meng-iming2i mereka hadiah surga. Saat itu adalah bulan puasa Ramadan dan Muhammad menyewa peralatan gali lubang dari kaum Yahudi B. Qurayzah. [141] Sekitar 1.000 [142] sampai 3.000 [143] Muslim bekerja dari subuh sampai petang untuk menyelesaikan penggalian dan mereka bergabung bersama untuk menghadapi tentara Quraish dan sekutunya yang berjumlah 10.000 orang. Muhammad mulai mengutuki orang² Mekah, mengundang murka Allah atas mereka seperti yang tercantum di:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 415:
Dikisahkan oleh Anas:
Rasul Allah mengucapkan Al-Qunut selama sebulan setelah membungkuk (sembahyang), menimpakan
kesialan atas beberapa suku Arab.

Beberapa orang munafik juga bergabung tapi mereka tidak tekun dan akhirnya meninggalkan pekerjaan kembali ke keluarga mereka tanpa ijin dari Muhammad. Meskipun begitu, yang taat tetap menggali dengan tekad bulat, dan hanya berhenti sekali² untuk bergabung dengan keluarga mereka setelah dapat ijin dari pemimpin rohaninya. Dalam hal ini, Allah menurunkan Q 24:62, memuji para Jihadis sejati dan menjanjikan pengampunaNya. Bagi yang munafik, Allah menurunkan Q 24:63-64, yang menyatakan bahwa Dia tahu apa yang mereka lakukan diam2. Setelah bekerja keras selama beberapa hari (yang lain mengatakan 8 hari), para Muslim yang fanatik menyelesaikan penggalian parit di sekeliling Medinah, lebih awal dari kedatangan bala tentara Mekah. Sekarang mereka benar² puas dengan parit yang baru saja digali atas usul Salman orang Parsi. Setiap keluarga mengakui bahwa Salman adalah bagian dari pihak mereka. Tentang hal ini, Muhammad berkata, “Salman adalah salah seorang dari kita semua, masyarakat dari sebuah keluarga (ahl al-bayt).”[144]

138 Haykal, Ch. Between Badr and Uhud
139 Muir, vol.iii, ch.17, p.256
140 Hamidullah, p.68
141 Hamidullah, p71
142 Mubarakpuri, p.364
143 Tabari vol. viii, p.8.9


Ahli sejarah Muslim, Tabari dan Ishak [143] mengisahkan cerita yang sukar dipercaya bahwa waktu parit digali, Allah memunculkan sebuah batu putih dari dasar parit. Muhammad dan Salman pergi ke parit itu, lalu menghancurkan batu tersebut dengan kampaknya dan sebuah sinar memancar menyinari dua jalur menuju gunung² hitam Medinah ! Muhammad menerangkan hal ini sebagai tanda dari Allah bagi kemenangan Muslim. Dia bahkan juga menyatakan bahwa kilau cahaya itu menyinari Byzantin dan kekaisaran Khusroo (Kaisar Persia), dan berarti dia (Muhammad) akan menang pula atas mereka. Bualan Muhammad ini membakar semangat para penggali lubang Muslim. Sekarang mereka yakin sekali bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan bagi mereka. Kisah lain yang ajaib adalah bertambahnya persediaan makanan ketika jatah makanan tentara Muslim habis seperti yang dikatakan dalam Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 428. Untuk mempersingkat, aku tidak mengutip Hadis yang panjang ini. Sejak awal, para munafik merasa ragu atas pernyataan Muhammad dan mereka berusaha melemahkan moral para Jihadis yang fanatik. Akan hal ini, wahyu Allah turun dalam ayat Q 33:12 yang menyatakan pikiran rusak orang² munafik.
Sekarang penggalian parit sudah selesai di hari ke-8 Dzul Kada (2 Maret 626M) dan tentara Medinah berjaga-jaga di dalam parit. Rumah² di luar kota dikosongkan dan penduduknya ditempatkan di tempat aman di atas rumah² bertingkat duadi dekat parit yang baru saja digali. Selama proses pengosongan ini berlangsung, dilaporkan bahwa tentara Mekad sudah mencapai Uhud. Tentara Muhammad terdiri dari 3.000 prajurit dan ditempatkan di seberang jalan yang menuju Uhud, dengan posisi parit di depan mereka.

Bala tentara Mekah tadinya berkemah di Uhud dan karena tidak menjumpai perlawanan apapun, mereka dengan cepat bergerak ke jalan menuju Medina. Tak lama kemudian mereka tiba di dekat parit yang baru saja digali dan merasa kaget dengan siasat pertahanan Muhammad. Mereka tidak dapat mendekat ke pusat kota Medina. Jadi mereka mulai menyerang dengan panah dalam jarak tertentu.[146]

Di lain pihak, Huyayy b. Akhtab, ketua dari kaum Yahudi B. Nadir yang diasingkan, bertemu dengan Ka’b b. Asad, ketua kaum Yahudi B. Qurayzah, untuk meminta Ka’b membatalkan perjanjian damai dengan Muhammad. Pada mulanya, Ka’b tidak mau menemui Huyayy, tapi akhirnya mau setelah Huyayy tanpa henti memohonnya.

Huyayy memberitahu Ka’b tentang bergabungnya tentara Quraish dan Ghatafan untuk menghadapi Muhammad sekali untuk selamanya dan membujuk Ka’b untuk membatalkan semua perjanjian dengan Muhammad. Dia minta Ka’b untuk mau melakukan itu, dan berjanji untuk memberikan dukungan yang teguh andaikata pihak Ghatafan dan Quraish mundur sebelum menghabisi Muhammad. Pada mulanya, Ka’b ragu² atas permintaan Huyayy, tapi akhirnya setuju setelah Huyayy menjamin jika Ka’b menghadapi kesukaran, maka Huyayy akan bergabung dalam benteng Ka’b sehingga apapun yang terjadi pada Ka’b akan dihadapi Huyayy pula. Setelah itu Ka’b memutuskan untuk tidak melangsungkan perjanjian damai dengan Muhammad dan Huyayy masuk ke dalam benteng kaum Yahudi B. Qurayzah untuk tinggal bersama mereka.

144 Ibid
145 Tabari, vol.viii, p.11 and Ibn Ishak
146 Muir, vol iii, Ch.17, p.259


Ketika berita ini terdengar Muhammad, dia mengirim Jihadisnya yang dipercaya yakni Sa’d b. Muadh dan beberapa orang penting lain untuk memeriksa diam² tentang perkembangan ini. Ketika Sa’d b. Muadh bertemu dengan ketua kaum Yahudi B. Qurayzah Ka’b b. Asad, dia (Ka’b) seketika menghentikan perjanjian dengan Muhammad. Dia menuntut pihak Muslim mengembalikan kaum Yahudi B. Nadir ke tempat asal mereka di dekat Medina. Mendengar ini, Sa’d b. Muadh yang punya hubungan dekat dengan kaum Yahudi B. Qurayzah memperingatkan mereka bahwa hal yang lebih jelek daripada yang terjadi dengan B. Nadir mungkin akan terjadi atas B. Qurayza jika mereka bersikeras untuk membatalkan perjanjian dengan kaum Muslim.[147] Meskipun diancam keras oleh Sa’d b. Muadh, Ka’b tetap tidak merubah pendiriannya.

Maka dengan kecewa Sa’d b. Muadh kembali menghadap Muhammad dan menyampaikan berita jelek ini. Muhammad menganggap ini sebagai pengkhianatan dari pihak B. Qurayzah dan Allah seketika menegaskan hal itu dengan ayat Q 33:20. Akan tetapi, perlu diingat bahwa B. Qurayzah tidak wajib untuk menghormati perjanjian itu jika mereka tidak mau lagi, karena Muhammad di waktu lampau telah berkali-kali membatalkan perjanjian serupa. Lagi pula, kaum Yahudi B. Qurayzah tidak pernah berencana untuk memerangi Muhammad. Mereka hanya tidak mau lagi berpihak pada Muhammad.

Ketika Muhammad mendengar apa yang disampaikan Sa’d b. Muadh, dia merasa gundah tapi tidak menunjukkan perasaannya dan berkata, “Tuhan Maha Besar! Bersukacitalah wahai orang² Muslim!”[148] Ini tentunya dilakukannya untuk membuat tentaranya tetap tenang dan terus bersemangat. Allah dengan cepatnya menurunkan ayat Q 33:10 yang berkata, “Musuh datang dari atas dan dari bawah ...” tentang bahaya ganda (dari atas dan bawah) yang dihadapi kaum Muslim.
Meskipun tidak menunjukkan kegelisahannya, Muhammad benar² takut kalau kalah perang lagi. Dia terus merasa khawatir apabila paritnya dapat dilampaui dan kaum Yahudi akan menyerang dari belakang. Orang² Medina sangat kecewa akan perkembangan ini. Banyak dari mereka yang memohon untuk diperbolehkan pergi untuk mengurus harta bendanya. Mereka menganggap Muhammad lemah dan tak berdaya, mempertanyakan pertolongan ilahi untuk dia dan meragukan janji2nya tentang kekayaan Khusroo dan Caesar. Sekarang mereka merasa takut dengan kemungkinan yang akan terjadi atas kota mereka.[149] Banyak yang menyatakan tidak mau perang dengan menggunakan alasan bahwa rumah² mereka terancam musuh di ayat Q 33:13.

Tentara sekutu Quraish dan tentara Muslim berdiam di posisi mereka selama 20 hari (yang lain menyebut sebulan) berhadapan satu sama lain, berseberangan dengan parit tanpa melakukan peperangan kecuali dengan meluncurkan panah satu sama lain. Di pihak Quraish adalah Khalid b. Walid dan Wahshi, budak Negro Abyssinian Negro. [150]

147 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
148 Tabari, vol. viii, p.16
149 Haykal, Ch. The Campaign of Khandaq and B. Qurayzah
150 Ibn Sa’d, vol.ii, p.84


Karena mulai merasa tidak sabar dengan keadaan yang berlarut-larut ini, Muhammad mencoba menyogok suku Ghatafan untuk meninggalkan medan tempur. Dia secara rahasia mengirim utusan kepada Uyanah b. Hisn, ketua kaum Ghatafan (atau Fazarah) dan menawarkan 1/3 panen kurma Medina jika dia mau menarik tentaranya meninggalkan medan tempur. Uyanah menunjukkan rasa tertarik untuk menerima bujukan itu dan menawar ½ hasil panen kurma. Akan tetapi ketika Muhammad menyampaikan permintaan tambahan bagian panen kurma dari Unayah ini kepada B. Aws dan B. Khazraj, kedua suku ini menolak dan tidak mau menawarkan apapun bagi Uyanah kecuali pedang bagi kaum Quraish dan sekutunya. Orang kepercayaan Muhammad Sa’d b. Muadh menentang tawaran Muhammad kepada kaum Ghatafan. Dia berjanji untuk tidak menawarkan apapun kecuali pedang dan berkata, “Rasul Allah, kita dan orang² ini dahulu adalah orang² pagan, mempersekutukan Tuhan dan menyembah berhala2, dan kita tidak menyembah atau mengenal Tuhan, dan mereka tidak berharap dapat sebuah pun dari kurma kita kecuali dalam keadaan damai atau karena membeli. Sekarang Tuhan sudah menyatakan Islam bagi kita, membimbing kita pada Islam, dan memperkuat kita melalui engkau, haruskah kita memberikan mereka kekayaan kita? Kita tidak perlu melakukan itu! Demi Tuhan, kita hanya akan menawarkan mereka pedang, sampai Tuhan menghakimi antara kita dan mereka.”[151] Karena itu, Muhammad dengan ragu mengesampingkan keputusannya untuk menyogok Ghatafan.

Di lain pihak, bala tentara Quraish yang meskipun jumlahnya sangat besar itu merasa sangat frustasi dengan pertahanan kuat tentara Quraish. Ketika keadaan berhadap-hadapan ini semakin tidak tertahankan, beberapa orang Quraish, diantaranya adalah Ikrimah b. Abi Jahl (Abu Jahl dibunuh secara brutal di Badr), memerintahkan tentara sekutu untuk mempersiapkan diri untuk menyerang. Dengan perintah ini, mereka mulai maju dan ketika sudah dekat parit, mereka terhadang dengan pertahanan diri para Muslim dengan cara yang unik dan tidak pernah dilakukan sebelumnya di Arabia. Mereka lalu mengadakan serangan umum ke bagian parit yang tidak dijaga kuat. Ikrimah membersihkan bagian parit itu dan melompat ke depan menghadapi musuh. Diantara para Quraish yang menyebrangi parit adalah Amr b. Abd Wudd. Ibn Sa’d [152] melaporkan bahwa Amr berusia 90 tahun! Ali maju ke depan menghadapi musuh. Ketika melihat Amr, Ali mengajaknya untuk bergabung dengan Islam, tapi Amr tidak mau. Lalu Ali menantang Amr untuk bertarung, tapi Amr menjawab bahwa dia tidak ingin membunuh keponakannya (Ali adalah anak dari saudara laki Amr, yakni Abu Talib). Tapi Ali menunjukkan keinginan untuk membunuh Arm, pamannya sendiri. Mengetahui akan hal ini, Amr turun dari kudanya dan menyerang Ali.

Pertarungan terjadi antara Ali dan Amr, dan akhirnya Ali membunuh Amr. Para tentara kawan Amr yang lain jadi panik dan mulai bercerai-berai. Ali berhasil membunuh beberapa orang pagan, melukai parah seseorang yang berhasil meloncati parit, dan orang ini nantinya tewas karena lukanya di Mekah. Seorang pagan Quraish jatuh dalam parit pada saat berusaha untuk meloncatinya. Dia jatuh ke dalam parit yang dalam itu. Para tentara Muslim mengerubutinya dan merajamnya dengan batu. Ketika orang ini menjerit kesakita, Ali turun ke dalam parit dan memenggalnya. Tentara Muslim membawa mayat orang ini ke Muhammad, dan minta ijin darinya untuk menjual mayat itu. Tapi Muhammad melarangnya dan memerintahkan para Jihadisnya untuk melakukan apapun yang mereka maui atas mayat itu. Tidak ada keterangan apa yang dilakukan para Jihadis atas mayat orang pagan itu. Dilaporkan bahwa Wahsi sang budak Negro dengan lembingnya membunuh seorang Jihadis yang bernama al-Tufayl b. al-Numan dan Dirar ibn al-Khattab (saudara Umar?) membunuh seorang Muslim lain yang bernama Kab ibn Zayd.[153] Pihak Quraish tidak berusaha untuk terus menyerang menyeberangi parit pada hari itu, tapi mereka membuat persiapan di malam harinya. Keesokan paginya, mereka melakukan penyerangan besar, tapi serangan mereka tidak banyak memberi hasil. Mereka tidak dapat melampaui parit. Ketua B. Aws yang bernama Sa’d ibn Muadah menderita luka parah di tangannya (atau bahunya menurut Muir [134]) oleh panah. Dia bersumpah untuk membalas B. Qurayzah, karena orang yang memanahnya bersahabat dekat dengan B. Qurayzah. Pihak Quraish kehilangan tiga orang, sedangkan pihak Muslim lima orang.
Tentara Muslim tidak dapat sembahyang hari itu. Mereka terlalu sibuk berperang. Pada malam harinya, ketika pihak musuh kembali ke perkemahan mereka, pihak Muslim berkumpul dan mengadakan sembahyang khusus bagi mereka yang tidak sempat sembahyang.

151 Tabari, vol.viii, p.17
152 Ibn Sa’d, vol.ii, p.83
153 Ibn Sa’d, vol.ii, p.84


Melalui tulisan² Ibn Ishaq dan Tabari, bisa diketahui bahwa para wanita Arab saat itu tidak mengenakan Hijab (kerudung). Ketika perang Ahzab berlangsung sengit, Aisha ada di benteng B. Haritha dan ibu Sa’d b. Muadh ada bersamanya. Aisha tidak mengenakan Hijab ketika Sa’d b. Muadh berjalan melewatinya, mengenakan baju kulit sehingga Aisha bisa melihat seluruh lengan Sa’d b. Muadh.[155]

Pada saat itu, Saffiyah bt. Abd al-Muttalib, yakni bibi Muhammad sedang berada di Fari, benteng milik Hassan b. Thabit, penulis syair Muhammad.[156] Saffiyah melihat seorang Yahudi mengelilingi benteng itu. Ketika Saffiya meminta Hassan b. Thabit untuk pergi ke lantai bahwa dan membunuh orang Yahudi yang mencurigakan itu, Hassan menolak. Karena itu Saffiya turun sendiri dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Dia lalu meminta Hassan b. Thabit untuk melucuti orang Yahudi itu dan mengambil persenjataan dan bajunya sebagai barang jarahan. Hassan b. Thabit menolak melakukan itu karena dia tidak butuh barang jarahan.

Selama masa pengepungan oleh tentara Quraish dan sekutu berlangsung, Muhammad semakin merasa perlu mencari jalan ke luar. Pada saat itu, seorang mata2/agen dobel (bekerja untuk kedua pihak yang bermusuhan) yang bernama Nuaym b. Masud b. Amir dari Ghatafan menghadap Muhammad untuk menawarkan servisnya untuk memata-matai musuh Muhammad. Dia mengaku sudah meemluk Islam dan bisa memberi bantuan dengan menjadi agen dobel. Muhammad menerima tawaran Nuaym dan mengatakan padanya bahwa “perang adalah tipu muslihat”. Dia berkata pada Nuaym, “Kamu hanyalah satu diantara kami semua. Buatlah mereka meninggalkan satu sama lain, jika kamu bisa, sehingga mereka meninggalkan kita, karena perang adalah penipuan.”[157] Ini Hadisnya yang menegaskan pandangan Muhammad bahwa perang adalah usaha penipuan:

Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Book 52, Number 269:

Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Sang Nabi berkata, "Perang adalah tipu muslihat."
Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2631:
Dikisahkan oleh Ka'b ibn Malik:
Ketika sang Nabi ingin pergi ke suatu tempat, dia selalu berpura-pura pergi ke tempat lain, dan
dia akan berkata: Perang adalah tipu muslihat.
154 Muir, vol.iii, p.263
155 Ibn Ishaq, p.457, Tabari, vol. viii, p.19
156 Tabari, vol.viii, p.22, footnote 113
157 Tabari, vol. viii, p.23


Setelah mendengar perkataan Muhammad yang berpengaruh itu, Nuaym pergi ke B. Qurayzah dan membujuk mereka untuk tidak percaya akan persekutuan antara B. Quraish dan B. Ghatafan. Dia berkata pada mereka jika pihak sekutu menang perang, maka mereka mungkin akan mengambil tanah milik B. Qurayzah sebagai jarahan perang, tapi kalau Muhammad menang, makan pihak sekutu akan meninggalkan B. Qurayzah, membiarkan mereka sendiri menghadapi tentara Muslim yang kuat.
Lalu Nuaym menasehati B. Qurayzah untuk mengambil sandera dari pihak Quraish dan Ghatafan sebagai jaminan keamanan agar mereka mau membantu B. Qurayzah menghadapi Muhammad. Ketua² B. Qurayzah merenungkan yang dikatakan Nuaym dan berpendapat bahwa itu sangat masuk akal.

Setelah bicara dengan kaum Yahudi B. Qurayzah, Nuaym langsung menghadap tentara Quraish dan Ghatafan, dan mengumumkan bahwa dia telah meninggalkan Islam dan Muhammad dan berkata pada mereka bahwa kaum Yahudi B. Qurayzah menyesal dengan apa yang mereka lakukan dan sekarang bergabung bersama Muhammad. Nuaym juga menambahkan bahwa B. Qurayzah menawarkan Muhammad perjanjian bahwa sandera manapun yang mereka ambil dari suku Quraish dan Ghatafan akan mereka berikan pada Muhammad untuk dipancung dan Muhammad tentunya dengan senang hati akan memancung mereka. Berita ini membuat marah orang² Mekah dan mereka percaya setiap kata yang diucapkan Nuaym. Sekarang rasa curiga tumbuh subur dalam pikiran mereka tentang B. Qurayzah, dan mereka mengambil keputusan berdasarkan nasehat Nuaym untuk tidak memberikan sandera manapun yang diminta B. Qurayzah dari mereka.

Pada hari Sabbath petang (yakni malam Jum’at, Sabbath adalah Sabtu menurut tradisi Yahudi), Abu Sufyan mengirim Ikrimah b. Abi Jahl dan sekelompok orang mengunjungi B. Qurayzah untuk meminta kaum Yahudi ke luar dan melakukan perang bersama keesokan harinya (hari Sabtu). Kaum Yahudi menolak bertempur di hari Sabbath dengan mengatakan bahwa ketika mereka dulu melanggar tradisi larangan perang di hari Sabbath, mereka lalu dirubah jadi monyet dan babi.[158] Lagi pula, kaum Yahudi juga menuntut sandera dari kaum Quraish dan Ghatafan sebagai persyaratan untuk mau bersama-sama perang melawan Muhammad.

Ketika berita tentang permintaan sandera ini disampaikan kepada Abu Sufyan dan para pemimpin Ghatafan, mereka merasa kaget dengan tepatnya dugaan yang disampaikan oleh Nuaym. Pihak sekutu berkeputusan tidak mau memberikan satupun sandera untuk B. Qurayzah dan ini pun disampaikan kepada kaum Yahudi B. Qurayzah. Setelah mendengar ini, pihak Yahudi B. Qurayzah merasa yakin bahwa pihak Quraish dan Ghatafan hendak memperdaya mereka andaikata nantinya mereka berhasil menaklukan pihak Muslim. Karena itu kaum Yahudi tidak mau ikut perang, kecuali ada sandera untuk jaminan bahwa pihak sekutu dan mereka menyampaikan keputusan ini pada kaum Quraish dan Ghatafan.

Mendengar ini, pihak sekutu tidak merasa senang. Persediaan makanan mereka mulai surut. Rencana mereka untuk menyerang pihak Muslim dari belakang kota dengan pertolongan B. Qurayza jadi tidak jelas lagi. Setiap hari beberapa unta² dan kuda² mereka mati. Kesusahan mereka bertambah karena udara juga tidak nyaman. Udara dingin, berangin dan hujan terus menerpa perkemahan mereka. Angin keras menjadi badai, menerbangkan panci² masak dan tenda² mereka. Mereka menganggap udara jelek ini sebagai pertanda buruk dan mulai melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Dengan banyaknya masalah yang dihadapi, Abu Sufyan tiba² mengambil keputusan untuk membongkar perkemahan dan pulang. Pembubaran pasukan ini dimulai oleh kaum Quraish dan diikuti kaum Ghatafan. Abu Sufyan naik untanya dan memimpin rombongan pergi meninggalkan daerah musuh. Tak lama kemudian, seluruh tentara Quraish menuju Mekah dengan menggunakan jalur melalui Uhud. Di pagi hari, tidak satupun tentara Quraish yang tampak. Seperti biasa, Muhammad mengaku bahwa Jibril telah membawa topan badi dan menyebabkan pihak sekutu Mekah melarikan diri. Ibn Sa’d menulis bahwa ketika Jibril bertemu Muhammad, Jibril berkata padanya, “O! Berbahagialah.” [159] Pesan dari Allah menegaskan hal itu (Q 33:9). Allah menengahi perang ini dengan memasukkan rasa teror dalam hati para kafir melalui angin yang dahsyat dan udara dingin yang menusuk.

158 Ibn Sa’d, vol.ii, p.85

Akan tetapi, alasan sebenarnya pihak Mekah meninggalkan medang perang sama sekali berbeda. Waktu itu adalah awal bulan Dzul Qaedah, yakni bulan pertama dari tiga bulan suci berdasarkan tradisi Arab dan tidak boleh melakukan perang di bulan² suci ini. Pihak Mekah harus kembali dan menunaikan ibadah haji yang akan segera dimulai di Mekah. [160]

Kabar bubarnya persatuan antara tentara sekutu dan B. Qurayzah didengar Muhammad. Dia mengirim pengintai untuk mengetahui kegiatan musuh dengan menjanjikan orang ini surga dan jarahan perang andaikata dia kembali tepat waktu. Atas hal ini Hadis mengatakan:

Hadith Sahih Bukhari Volume 9, Book 93, Number 555:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Rasul Allah berkata, "Allah menjamin (orang yang melakukan Jihad untuk Allah dan tidak ada yang ingin dilakukannya kecuali Jihad untuk Allah dan iman akan FirmanNya) bahwa Allah akan menerimanya di surga (mati sebagai martir) atau mengupahi dia dengan hadiah atau jarahan perang yang telah diterimanya dari tempat dia pergi.”

Muhammad harus menjanjikan surga bagi pengintainya karena tidak ada seorang pun yang bersedia jadi sukarelawan untuk mengunjungi perkemahan Quraish dan membawa kembali berita yang sebenarnya. Pada saat ini, rasa takut, lapar dan kedinginan dialami pihak Muslim dan mereka tidak punya keinginan untuk berperang. Sebenarnya, ketika tidak ada yang mau jadi sukarelawan, Muhammad memilih pengintai itu sendiri dan memerintahkannya untuk ke luar dan cari kabar yang sebenarnya. Pengintai itu ke luar dan melihat pembantu Allah (para malaikat) menghukum pihak Quraish dan Ghatafan dengan badai dan udara dingin.

Pengintai ini melihat keberangkatan Abu Sufyan dan pihak sekutu dan membawa berita gembira ini pada Muhammad. Muhammad sangat lega dengan kepergian pihak musuh. Tentara Muslim juga sangat bersukacita di pagi hari, mereka membubarkan tenda² mereka dan kembali ke rumah² mereka. Muhammad tidak mau mengejar tentara Quraish karena bertempur dengan mereka di tempat terbuka akan sangat riskan baginya. Tak lama kemudian dia mengatakan pada kaum Muslim bahwa Allah telah mengirim pesan untuk menyerang B. Qurayza, dengan mengatakan bahwa Jibril datang padanya dengan menyaru sebagai Dihya, orang Kalbit. Segera Muhammad mengirim Bilal untuk mengumumkan ajakan atas seluruh kota untuk bersiap melakukan perang baru.

159 Ibn Sa’d, vol.ii, p.88
160 Hamidullah, p.77


Setelah perang Parit selesai, Muhammad bersumpah untuk jadi semakin agresif dan menyerang duluan dan tidak bertahan. Ini Hadisnya yang menunjukkan Islam adalah agama yang menyerang dan tidak bertahan diri:

Hadith Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 435:
Dikisahkan oleh Sulaiman bin Surd:
Di hari Al-Ahzab (kumpulan keluarga) sang Nabi berkata, (Setelah perang ini) kita akan
menyerang mereka (para kafir) dan tidak akan membiarkan mereka menyerang kita."

[Catatan: Hadis ini tidak akan dapat ditemukan dalam versi Sahih Al-Bukhari yang telah disensor dan “dibersihkan”, akan tetapi bisa didapat dalam kumpulan Hadis Sahih Bukhari asli Internet}

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money