Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 16, 2011

Islam: In The LIght Of History : III-2

Islam: Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Islam: Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Oleh Dr. Rafat Amari

diterjemahkan oleh Podrock, Netter FFI Indonesia.

Bagian III - 2. SIAPAKAH ALLAH YG DIPUJA DI ARAB?

Asal muasal “Allah” dan bagaimana nama itu muncul dari dewa bullan di Arab, seperti yang dituliskan dalam banyak prasasti2 Arab
Kita tahu istilah ‘Allah,’ sebagai dewa bulan berasal dari dewa bulannya Thamud. Namanya adalah Hilal atau Hlal, yang artinya bulan sabit. Belakangan nama Hilal menjadi Hilah, seperti bisa kita lihat dalam banyak prasasti2 yang ditemukan di arab. Dalam prasasti Thamud disebutkan sebagai H-ilah, Ha-ilah dan H-alah. [13]. Kita lihat ada perkembangan perubahan yang mirip utk ‘Hilah,’ dewa bulannya Yemen, dimana Almaqah disebut ‘Halal,’ atau ‘Hilal, bulan sabit.’ [14]
[13. James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, page 154; Wellhausen, Reste, Arabischen Heidentums, Berlin, 1927, S.209; cited by Jawad Ali, vi, page 117]
[14. Repertoire Dépigraphie Semitique, Tome VI, Paris, Imprimerie Nationale 3945, 4067, 4228, 4991, 4992, 4993; A. Grohmann, Arabien; S. 244; cited by Jawad Ali, vi, page 299]
Suku2 Safaitic adalah suku nomad, yg berkelana kebanyak tempat di Arab, khususnya daerah arab utara. Dewa bulan ditemukan dalam prasasti2 mereka sebagai ‘H-lah.’ Dalam Prasasti Safaitic, huruf ‘H’ diucapkan sebagai ‘Ha’ yg artinya sama dengan ‘The’ dalam bahasa inggris. Ini berhubungan dengan bahasa arab ‘Al.’ [15] Ini juga yang membuat sebutannya menjadi ‘Al-lah.’
[15. Ency.Religi. Volume 6, page 248; cited by Jawad Ali, vi, page 24]

Tuhan Besar Athtar – Venus – menggantikan Bulan utk julukan ‘Allah’

Dalam prasasti Thamudic, kita tahu bahwa pemujaan Venus digiatkan utk mengalahkan pemujaan terhadap dewa2 lain di Arab, dan bertujuan utk dipaksakan agar menjadi pemujaan monoteistik di Arab Utara. Para pemuja ‘Tuhan Besar’ ini bahkan menganggap enteng pemujaan dari tuhan2 lain dari keluarga ketuhanan mereka, seperti pemujaan istri dari kepala Tuhan, Ellat, yg melambangkan matahari atau pemujaan terhadap Bulan itu sendiri. Seiring waktu, Venus mencuri gelar ‘Allah’ dari Bulan. Baik bulan maupun Matahari menjadi subjek bagi Allah, Tuhan Terbesar. Kita mendapatkan konsep ini dalam Quran, dikatakan:

[29.61] Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
Ini karena muncul kompetisi diantara anggota2 ‘keluarga Tuhan’. Para pemuja Allah, Tuhan Terbesar, menganggap tuhan lain dalam keluarga tuhan sebagai bawahan dari Allah, dan berkeras menyatakan bahwa dialah Tuhan paling penting dari keluarga Tuhan. Mereka mengajarkan bahwa tuhan2 lain menjadi pelayan Allah dan tunduk dihadapan singgasananya. Para pengikut Allah, ketua keluarga Tuhan, terkenal dalam hal membela Allahnya dan memerangi mereka yang bertentangan dan memuja tuhan lain. Konsep supremasi/ketua dari tuhan lain dalam keluarga Tuhan ini dinyatakan dg sangat jelas dalam Quran. Dalam Sura 36:38, kita baca, “dan matahari berjalan di tempat peredarannya.” Muhammad lalu menjelaskan ayat ini dalam Hadis:
Matahari mendatangi singgasana Allah lalu menyembahnya bersama-sama dengan bulan.

Diriwayatkan oleh Abi al-Thur. “Aku bertanya pada Rasul, pbuh, mengenai ayat Allah dalam Quran yang menyatakan bahwa matahari berjalan di tempat peredarannya, ‘sang Nabi menjawab: ‘Tempat abadi Matahari adalah dibawah singgasanaNya.” [Al-Bukhari 8 page 179]
Hadis Bukhari lain juga meriwayatkan:
Aku sedang bersama sang Rasul di mesjid ketika matahari terbenam. Dia bertanya: “Tahukah kau kemana matahari pergi ketika terbenam?” Kujawab: “Allah dan nabiNya lebih tahu.” Sang Nabi berkata: “Matahari pergi kebawah singgasana utk menyembahNya, ini adalah tafsiran perkataan Allah “dan matahari berjalan di tempat peredarannya.” [Al-Bukhari 6 page 30]
Al Tabari juga melaporkan sebuah hadis, yg mana Muhammad menjelaskan matahari dan bulan beranjak ke singgasana Allah utk menyembah. [Tarikh al-Tabari, I, pages 46, 47]

Konsep jubah cahaya yg diberikan pada matahari agar bisa bersinar: adalah sebuah mitos yg dicontek Muhammad dari orang2 Sabian Mandaean, sekaligus dengan ritual2lain yang dia cotek dari mereka dan dimasukkannya kedalam Islam.

Muhammad mengklaim bahwa matahari dan bulan, setelah menyembah Allah pada singgasanaNya, lalu diperintahkan pergi oleh malaikat Jibril dg terlebih dahulu memasangkan jubah cahaya pada mereka, jubah ini diambil dari singgasana Allah. [Tarikh al-Tabari, I, pages 46, 47]. Mitos ini oleh Muhammad diambil dari mitologis Babilonia. Malah, orang2 Babilon percaya ada pintu di surga dimana Dewa matahari, yg mereka sebut Samas atau Utu, biasa liwat. Lalu Matahari sampai pada sebuah ruangan dimana mereka tinggal utk menyembah [16].

[16. Jeremy Black and Anthony Green, Gods Demons and Symbols of Ancient Mesopotamia, University of Texas Press, 1995, page 137]


Dalam mitos Babilonia, dewa2 memakai melam – jubah cahaya [17]. Ide jubah cahaya ini ditransfer ke orang2 Mandaean, atau juga disebut Sabian, sebuah sekte Gnostik yang muncul di Mesopotamia Utara pada abad ke-2 M. Dalam buku suci mereka, Ginza Rba, kita baca tentang salah satu pribadi cahaya yg disebut Pthahil, bagaimana dia dilengkapi dengan jubah cahaya yang membuat dia bisa menerangi dunia [18]. (sangat menarik utk diketahui bahwa Pthahil juga dipanggil Jibril.) Orang2 Mandaean percaya bahwa Pthahil-Jibril memberi cahaya pada matahari dan bulan [19]. Matahari dalam buku suci Mandaean, seperti “The Canonical Prayer Book of the Mandaean,” memakai jubah Cahaya [20]. Jubah2 ini diberikan pada matahari oleh Pthahil-Jibril, yang menjadi pencipta jagat raya menurut mitologi Mandaean.
[17. Jeremy Black and Anthony Green, Gods Demons and Symbols of Ancient Mesopotamia, pages 130,131]
[18. Ginza Rba, book 17, hymn 7, translated by Yousef Matta Khuzi and Sabih Madlul al-Suheiri (Bagdad, year 2001), page 290p]
[19. Ginza Rba, book 1, hymn 2, translated by Yousef Matta Khuzi and Sabih Madlul al-Suheiri (Bagdad, year 2001), page 9]
[20. The Canonical Prayerbook of the Mandaeans, translated by Drower, Leiden1959, page 178]

Orang2 Sabian punya pengaruh besar di Mekah pada jaman Muhammad. Malah, Muhammad menyebut orang2 Sabian sebagai teman2 sebangsanya [21], karena dia mengadopsi banyak ritual2 mereka – termasuk wudhu, pencucian tangan kaki dan wajah sebelum sholat, dan praktek sembahyang lima kali seharinya. Komunitas Sabian suka menyebut kelompok mereka Mushulmana [22], artinya Muslim, disinilah Muhammad mencontek nama muslim. Hingga saat ini doa orang Mandaean “O Muaslim, jangan sekali-kali berpaling dari perjanjian yang telah ditetapkan Tuhan.” [23]; “Setiap orang yang melakukan wudhu Yaslem – artinya menjadi muslim –“ berasal dari bahasa Aramaic “Ansh Sabi .. Shalmi.” [24]
[21] Taj al-Aruss 1, page 306 ; Al-Fayruz-Abadi, al-Qamus al-Muheet 1, page 20
[22] Sabih Al Suheiri, Al Nushu' and Khalek Fi Al Nussus Al Mandaeah, University of Bagdad, 1994, page 127; translating a work of Kort Rudolph on the subject.
[23] Quoted by Mohammed Abed Al Hamid Al Hamed, Saebet Harran Wa Ikhwan Al Safa, (Al Ahali, Damascus, Syria, 1998), page 37
[24] Mohammed Abed Al Hamid Al Hamed, Saebet Harran Wa Ikhwan Al Safa, (Al Ahali, Damascus, Syria, 1998), page 30

Masa kecil Muhammad juga dipengaruhi oleh apa yang diajarkan padanya. Dia mengambil ide tentang setiap malam matahari dan bulan sujud ke singgasana Allah. Ini sepertinya ide yg dia pelajari ketika kecil, diajarkan oleh keluarganya. Dalam satu hadis dia mengungkapkan bahwa ketika kecil, bulan suka menatap dan menghiburnya, dan dia suka mendengar bunyi2an dari bulan ketika bulan bersujud dihadapan singgasana Allah [Halabieh I, page 128]

Monoteisme Arab, yg didasarkan pada Ketuhanan Venus-Athtar, adalah akar dari monoteisme Muhammad

Belakangan, Athtar (planet Venus) yg disebut putra bulan, dipuja oleh suku Yemeni. Pemujaan Athtar ini menyebar ke daerah utara dan menggantikan bulan sebagai Allah. Athtar menjadi ‘kepala/ketua’ Tuhan utk monoteisme di Arab. Para pemujanya menolak tuhan2 lain yg dipuja juga di Arab dan berkeras bahwa Athtar, yg menjadi Allah, harus dipuja sendirian. Pemujaan ini adalah akar dari Tauhidnya Islam Muhammad.

Qur’an mencontek sifat2 yang dilekatkan pada Athtar dan melekatkannya pada Allah mereka. Dalam prasasti Yemeni, Athtar Khaham bertalian dengan sifat ‘al-Khadir’nya Quran yang berari ‘Maha Kuasa’, sebuah istilah yang biasa dipakai utk menyebut Allah. Kita juga menemukan prasasti yg menyebut nama/sifat lain Aththar “Athtar al Kaher,” yg artinya “Aththar sang Penakluk”, sifat ini juga kita temukan pada Allah dalam Quran.

Sifat lain adalah “Athtar Yaglin”, yang dicontek ke dalam Quran menjadi “Al-Montakim,” yang artinya “si Pembalas” or “pembalas dendam”. Sifat lain lagi “Athtar Samum” menjadi “Samie” atau “Maha Pendengar”. Semua sifat2 ini persis sama dengan sifat Allah dalam Quran. [A. Grohmann, Arabien, S, 245 quoted by Jawad Ali]


Dalam prasasti Thamud, Athtar mempunyai julukan “Rami”, artinya jika dalam bahasa Arab dan Quran adalah “Akbar”, “Maha Besar”. Sama dengan julukan bagi Allahnya Quran. Dalam prasasti Thamud ditujukan pada Venus yg artinya terbesar diantara semua Tuhan.

Baik Allah dalam Quran maupun Athtar dalam prasasti Thamud disebut juga “Rahim,” artinya “Maha Pengampun” [25]. Dalam prasasti didaerah Teima, ada disebut Tuhan yg dipanggil “Lame’h,” artinya “Maha Terang.” Ini juga ditujukan pada Venus [26]
[25. A. Grohmann, Arabien, 246; H. Grimme, S.66; quoted by Jawad Ali, 6, page 178]
[26. F.V.Winnett and W.L.Reed, Ancient Records from North Arabia, University of Toronto Press, 1970, page 103]

Quran mencontek banyak sifat tuhan2nya orang Arab dan menempelkannya pada Allah. Contohnya, tuhan Thamud disebutkan dalam sebuah prasasti:
Dia tidak beranak, berketurunan ataupun diperanakan. [Grimme, S. 66 as cited by Jawad Ali 6:178]

Ungkapan kalimat ini sering dipakai di jaman Jahiliyah; Malah Kes Bin Saideh menyatakan dalam ucapan2nya [27]. Muhammad sering mendengar ucapan2 Kes Bin Saideh ketika Muhammad muda. Ide yang sama dia contek utk Quran dan diterapkan pada Allahnya, seperti pada surat Al-Ikhlas 112:3, “Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.” Jadilah sebuah ayat dalam Quran.
[27. Al-Shahrastani, page 583]

Azizos, julukan lain dari Venus-Athtar, menjadi sinonim bagi Allahnya Quran

Athtar juga disebut sebagai “al-Aziz” [28] Julukan utama bagi Allah dalam Quran. Muhammad pindah ke kota Yathrib (Medinah) setelah pesan2nya ditolak di Mekah. Kota ini lebih terkenal dengan nama Medina. Penghuni Medina memuja Dewa Matahari dan dewa2 lain yang muncul sebelum matahari. Mereka menyebut dewa2 yang muncul lebih pagi ini sebagai “Azizos.” Mereka juga memuja dewa yang muncul setelah Matahari terbit dengan nama “Monimos.” Para ulama mengenali Azizos ini dengan Aziz atau al-Aziz, yaitu Venus [29]. Athtar, sebagai Venus, dijelaskan dalam prasasti Thamud sebagai Ia yang muncul sebelum matahari terbit dibagian akhir malam [30]. Azizos dan Monimos dimuliakan di Edessa, sebuah kota diutara Mesopotamia. Kita temukan pernyataan dari Kaisari Julian dalam Pidatonya di Antiokia tahun 362 M. Azizos dan Monimos dimuliakan juga di Palmyra, sebuah kota Arab di gurun Syria.

Hubungan Mekah dengan pemujaan Athtar-Venus dan dengan Ka’bah2 lain yang dibangun dengan tujuan pemujaan yg sama
Pemujaan Athtar-Venus berlokasi di tempat2 seperti Ka’bahnya Mekah. Al-Shahrastani, salah satu sejarawan Islam menyatakan bahwa di Yemen pernah ada sebuah Ka’bah tempat pemujaan Venus yg mirip dengan Kabah di Mekah [31] Al-Masudi, sejarawan islam lain mengatakan bahwa Kabah Mekah dihiasi mirip dengan gaya hiasan Kabah di Yemen, yang dipakai untuk menyembah Venus [32]. Ini menolong kita utk memahami bahwa Kabah Mekah punya hubungan pemujaan yg sama dengan Venus dan Tuhan2 lain dalam keluarga Tuhan.
[31. Al-Shahrastani, Milal Wal Nah'l, page 575]
[32. Al-Masudi, Murj al-Thahab, II, page 250]

Al-Masudi juga mengungkapkan bahwa, utk setiap region di Arab, terdapat “Tuhan” special yg dianggap sebagai ‘Tuhan Utama’ yg dimuliakan oleh penghuni region tsb. Dia juga menyatakan bahwa Venus adalah ‘Tuhan’ di Mekah, Yathrib dan Yemen. [Masudi, Murj al-Thahab, I, page 96]
Athtar-Venus menjadi Allah, yg muncul di mekah pada sepertiga malam. Muhammad juga memakai konsep yg sama utk ketuhanannya.

Tidak heran Venus merebut gelar ‘Allah’ dari sang bulan. Belakangan, Athtar-Venus yg sama pula yang disebut ‘Allah’ di Mekah dan bagian lain di Arab Utara. Allah menjadi ‘Tuhan’ terbesar dan tertinggi yg turun pada sepertiga malam pada para pemujanya. Kita bisa lihat dari banyak penulis yang menulis tentang kehidupan Muhammad dan yang menulis tentang kehidupan dan kepercayaan jaman Jahiliyah, periode sebelum Islam. Diantara para penulis terdapat Ali Bin Burhan al-Din al-Halabi, dikenal sebagai Halabieh. Dia menulis bahwa Allah turun ke surga dunia ketika malam telah mencapai setengahnya [33]. Jelaslah bahwa, yg dimaksud ‘Allah’ oleh mereka adalah bintang pagi yang mereka lihat pada sepertiga terakhir malam hari.
[33. Halabieh I, page 129]
Dari sumber2 ini kita pelajari bahwa Allah pada jaman Muhammad dikenal sebagai Bintang Besar yang muncul di malam hari. Jelaslah yg dimaksud adalah bintang pagi yg muncul dilangit Arab ketika pagi hari akan tiba. Bintang Pagi ini sama dengan Aziz yg muncul dihadapan para penghuni Medinah sebelum terbitnya matahari. Ide mengenai Athtar-Venus, Dewa/Tuhan monoteis tua di Arab yg muncul dipenghujung malam pada para pemujanya, menjadi fondasi dari monoteisme Arab. Orang Arab Utara mengganti gelar Athtar dengan Allah, tapi mempertahankan identitas Venus.

Kita lihat Muhammad menjelaskan konsep ketuhanannya dengan istilah yg sama yg dipakai oleh orang2 Arab kuno. Konsep ketuhanan Muhammad tidak berbeda dengan penghuni awam lainnya. Kita tahu dari banyak ayat dalam Quran dan dari hadis2 bahwa konsep ketuhannya konsisten dengan akar penyembahan ‘tuhan’ yg dipuja oleh keluarga dan sukunya. Hadis Bukhari II, hal 47 menyatakan:
Allah, Junjungan kita, namanya diagungkan dan ditinggikan, turun kedunia setiap penghujung malam
Kita lihat ketuhanan Muhammad sama tuanya dengan konsep monoteis arab yg dipakai oleh orang2 sejamannya dan didasarkan atas sebuah planet yg muncul dipenghujung malam (subuh). Itu adalah Planet Venus, yang orang2 Arab jaman dulu sebut Athtar, dan planet itulah Tuhan yang dimaksud dalam konsep monoteisnya Muhammad dalam Quran lalu diganti nama menjadi Allah. Konsep Muhammad akan Allah persis sama dengan apa yang dipercaya oleh sukunya. Hubungan antara agama Muhammad dan akar dari agama Dewa Bulan Arab terlalu besar utk diacuhkan. Agama Muhammad berwajah dan berkelengkapan berhala yg dicontek dari orang2 arab sejamannya, meski mereka berusaha utk menghubung-hubungkan dengan Tuhannya Alkitab.

Islam adalah sebuah bentuk agama Arab penyembahan ‘Keluarga Tuhan’ dijaman Muhammad. Tirai yang mencoba menyembunyikan kenyataan ini runtuh ketika kita mempelajari akar2 dari agama Arab. Wajah dari agama Arab Kuno dengan mudah dilihat dan dikenal.
Sura Najm (bintang) dalam Qur’an menyatakan Muhammad mengenali putri Allah yg digambarkan oleh 2 Planet, dan Ellat – istri Allah – digambarkan oleh Matahari, sebagai perantara Allah.

Klaim Muhammad mengenai monoteisme menggambarkan klaim kuno akan pemujaan Athtar. Yaitu Kepala/Ketua Tuhan dari ‘keluarga ketuhanan’ yg harus lebih disembah dibanding anggota keluarga lain. Klaim orang Arab adalah bahwa Tuhan Allah harus lebih disebut atau disembah dibanding istrinya, Ellat (matahari) atau putri2nya, al-Uzza dan Manat (dua planet) para pemuja sekte Allah, sebelum Muhammad muncul, ingin memaksakan pemujaan mereka diatas pemujaan ‘tuhan2’ lainnya dan menyatakan bahwa ‘tuhan2’ lain hanyalah perantara kepada ‘tuhan terbesar’ yaitu Allah. Kita lihat Muhammad juga punya ide yg sama, malah dia tulis ayat Quran dalam Surat yg disebut Surat Bintang. Dalam Surat ini dia nyatakan posisi dari al-‘Uzza dan Manat serta Ellat, putri2 dan istri Allah, menurut suku Muhammad. Dia mengenali pentingnya ‘tuhan2 lain’ itu sebagai perantara Allah dan harus dihargai [1]. Hasilnya, orang Pagan Arab di Mekah menyembah bersama-sama dengan Muhammad, karena dia juga mengakui ‘tuhan2’ mereka yang punya peran penting. [2]
[1. Halabieh, Volume II, page 6; Look to Ibn Hisham, II, page 5; al-Suheili cited by Mustapha al-Sakkah in his comments on Ibn Hisham, footnote, page 5]
[2. Al-Bukhari 2, page 32; 4: page 239; Halabieh Volume II, page 6]


Ini menunjukkan bahwa Muhammad menyebarkan doktrin monoteisme arab kuno yg mengklaim ‘kebesaran’ Allah dibanding istri dan putri2nya. Ayat2 Quran yang menyatakan hal ini sekarang telah tidak ada dalam Quran. Alasannya adalah karena berada dibawah pengaruh Judaisme, pengikut2 Muhammad kecewa dengan adanya ayat2 ini, jadi Muhammad membuang ayat2 tersebut dari Quran dengan alasan bahwa dia dikelabui oleh Setan ketika menaruh ayat2 tsb dalam Quran.

Tapi penelaahan akan seluruh Surah Bintang menyimpulkan bahwa Muhammad sungguh2 bermaksud utk menjelaskan bahwa Allah adalah ‘ketua’ dari ‘keluarga ketuhanan’ dan Allah punya kuasa atas istri dan putri2nya; istri dan putri2nya harus diberi peran sebagai perantara baginya, tidak lebih. Jadi, dia mengungkapkan ide akan monoteisme Allah di Arab.

Ayat2 setan ini punya puitisasi yg sama bentuknya dengan ayat2 lain dalam surat yg sama. Ini harusnya membuat muslim bertanya-tanya bagaimana bisa Muhammad menganggap Quran berbahasa mukjijat yg tak bisa ditiru tapi juga mengklaim ayat2 dg level puitis yg sama berasal dari Setan. Ini secara tidak langsung menyatakan bahwa setan juga mampu membuat perkataan ‘seindah’ Quran. Jika setan bisa menginspirasi Muhammad menulis sebagian kecil Quran, kenapa setan tidak bisa menginspirasi bagian lainnya juga?

Utk membela diri, Muhammad mengklaim bahwa nabi perjanjian lama sekalipun pernah ditipu oleh setan dengan mengatakan dan menulis yg salah. Tapi kenyataannya tidak ada nabi Perjanjian Lama maupun para penulis Perjanjian baru yang mengatakan telah ditipu Setan utk menulis ayat2 tipuan. Menurut Alkitab, manusia yg menerima inspirasi dari setan adalah karena medium/perantaranya juga setan. Alkitab mengatakan perantara demikian harus dirajam. Kita baca dalam kitab Imamat 20:27 “Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri."

Bandingkan islam dengan agama2 sebelumnya, ingat ketergantungan islam akan mitos2 dewa bulan dan bintang2 langit, ingat ketidak konsistenan ajarannya dan ingat ajarannya yang mengajak para muslim untuk menjauh dari Tuhannya alkitab.



Back to Index


Diterjemahkan oleh Adadeh & Podrock : Netter FFI Indonesia dan dikutip dari FFI Indonesia

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money