Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 16, 2011

Islam: In The LIght Of History : II-6

Islam : In the Ligth Of History Islam: Ditinjau dari Pengamatan Sejarah
Oleh Dr. Rafat Amari


diterjemahkan oleh Adadeh, Netter FFI Indonesia.

Bagian II - 6

Penelitian Prasasti Assyria juga Tak Menemukan Keterangan tentang Mekah di Jaman Kuno

Image Image
Image Image
Beberapa contoh prasasti Assyria, jaman Sebelum Masehi.
Meskipun Muslim percaya sebaliknya, tanah Arabia sepanjang Laut Merah, termasuk daerah di mana Mekah kelak dibangun, tak berpenghuni sama sekali, sampai jalur dagang dibuat di daerah itu di abad ke-3 SM. Aku telah menerangkan bahwa Mekah tidak tercantum dalam berbagai catatan sejarah negara² dan kota² Arabia yang ada sebelum abad ke-4 M. Aku juga menunjukkan empat kekaisaran besar yang menjajah Arabia baratlaut dan barat tengah, dan semuanya tidak pernah menyebut Mekah dalam catatan² sejarah mereka. Sekarang aku tunjukan bahwa Mekah juga tak tercantum dalam catatan² sejarah kebudayaan Mesopotamia, terutama Assyria. Aku sudah menyebut tentang bangsa Assyria sebelumnya sebagai salah satu dari empat kekaisaran yang menjajah Arabia baratlaut dan barat tengah di abad ke-8 dan 7 SM.

Mekah Tidak Tercantum dalam Laporan² Milenia Kedua SM

Kebudayaan² Mesopotamia, Mesir dan Syria sangat mengenal kota² dan kerajaan² di Timur Tengah. Mereka sangat tahu kerajaan² Arabia timur seperti Dilmun dan Magan. Negara² kuno meninggalkan berbagai prasasti dan catatan sejarah. Sebelumnya telah kusebut hubungan antara kebudayaan Mesopotamia dan lainnya di Arabia timur, yang telah terbentuk sejak tahun 3000 SM. Contohnya, Magan atau Oman, di tahun 2800 SM kedua kerajaan itu disebut dalam prasasti² Akkadic. [112] Kerajaan atau kota Arabia barat manapun yang ada di jaman itu sudah pasti disebut di prasasti Mesopotamia. Sejarah menunjukkan bahwa kerajaan² di Arabia baratdaya, seperti Yaman, diwakili oleh Kerajaan Saba, yang belum ada sebelum abad ke-13 SM. Sebagian sejarawan berpendapat kerajaan itu baru terbentuk di abad ke-12 SM, yang lain menyebut abad ke-11 SM. Di atas segala perkiraan itu, bangsa Mesir mulai menyebut tentang Yaman di abad ke-14 SM, sebelum kota atau kerajaan apapun dibangun di daerah itu. Jadi tidak disebutnya kerajaan apapun di Arabia baratdaya dalam prasasti Mesopotamia adalah karena kerajaan² itu belum ada di jaman tersebut.
[112] P. Michalowski, Journal of Cuneiform Studies, 40 (1988), hal. 156-164; kutipan, hal. 163; dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 159

Kota² Arabia utaramulai muncu setelah abad ke-10 SM. Di jaman itulah kerajaan² Yaman mulai berhubungan dengan daerah Bulan Sabit Subur melalui oasis² Arabia utara, yang terletak di kota² Dedan, Qedar, dan kota² lainnya. Di abad ke-6 SM, barulah kota Yathrib dan kota² lainnya dibangun. Meskipun Muslim percaya sebaliknya, tanah Arabia sepanjang Laut Merah, termasuk daerah di mana Mekah kelak dibangun, tidak dihuni sama sekali, sampai jalur dagang dibuat di daerah itu di abad ke-3 SM. Jalur² dagang dekat pantai ini paralel dengan jalur dagang di tengah Arabia, dan jalur² ini menghubungkan Yaman dengan oasis² di Arabia utara, yang dibangun di abad ke-8 SM. Di jaman kuno ini, Mekah tidak disebut diantara banyak kota yang diketahui berada di jalur² dagang tersebut. Kita telah melihat keterangan serupa pada laporan para geografer Yunani dan Romawi, dan juga berbagai kekaisaran yang menjajah Arabia utara dan barat tengah.

Kita memiliki data sejarah lengkap tentang Arabia baratlaut, terutama Yaman, dan perkembangannya ke Arabia utara dan barat tengah sewaktu Yaman berdagang dengan kerajaan² Timur Tengah seperti Mesopotamia, Syria, dan Palestina. Adalah penting untuk memiliki pengertian sejarah yang tepat jika kita ingin membuktikan kesalahan keterangan Qur’an tentang Hagar, ibu Ismael, melampaui padang pasir untuk sampai di Mekah dan bahwa Abraham mengunjungi Mekah dan membangun Ka’bah di sana. Berbagai keterangan sejarah melimpah tentang Arabia barat menunjukkan tiadanya kota apapun di daerah itu yang bisa dikunjungi Abraham. Bahkan kafilah apapun tidak bisa mengarungi daerah gurun pasir sangat luas yang tak berpenghuni di sana di jaman Abraham, Ismael, dan Hagar.

Penelitian prasasti Assyria kuno sangatlah penting karena Assyria telah ada di Iraq utara sejak milenia ketiga SM, bersama-sama dengan kerajaan² lain Mesopotamia. Prasasti mereka tak menulis apapun tentang Arabia barat, karena memang tak ada kerajaan apapun yang ada di sana di jaman itu.

Image
Raja Assyria yakni Adad-Nirari II, 911-891 SM.
Image
Raja Assyria Tukulti Ninurta II, 890-884 SM.


Assyria menjadi kekaisaran besar di bawah pemerintahan Raja Adad-Nirari II, yang berkuasa di tahun 911-891 SM. Di bawah pemerintahannya, bangsa Assyria menguasai Babylonia, Anatolia dan sebagian Syria. Setelah Adad-Nirari II, maka Raja Tukulti-Ninurta II berkuasa di tahun 890-884 SM. Lalu Raja Ashurnasirpal II berkuasa di tahun 883-859 SM. Dia memperlebar kekuasaan Assyria sampai mencapai Laut Mediterania. Yang menarik adalah daerah Arabia selatan dan utara tidak pernah disebut selama seluruh kepemimpinan oleh berbagai raja yang berkuasa, padahal Assyria berbatasan dengan Arabia.

Arabia baru disebut di dalam prasasti Assyria di bawah kekuasaan Raja Shalmaneser III yang memimpin di tahun 858-824 SM. Hal ini karena hanya di abad ke-9 SM saja kota² Arabia utara membangun oasis². Keterangan itu terdapat di prasasti² Assyria. Raja Shalmaneser III, dalam Prasasti Monolith dari Kurkh, menyebutkan bahwa bangsa Assyria melawan persekutuan para raja di perang Qarqar. Diantara raja² sekutu adalah Raja Hadadezer dari Damaskus; Raja Ahab dari Israel; Raja Gindibu’ dari Arab yang memiliki pasukan 1000 unta. [113] Di prasasti Tiglath-Pileser III, yang berkuasa di tahun 744-727 SM, terdapat keterangan tentang kerajaan² Arabia utara. Di prasasti yang berasal dari tembok² istana Raja Shalmaneser III di Nimrud – juga disebut sebagai Calah, ibukota tua Assyria – kita lihat upeti dibayar oleh Ratu Zabibe, “Ratu Arab” pada Shalmaneser III, di tahun 738 SM. Keterangan lain tentang upeti Ratu Zabibe juga tercantum di tugu peringatan di Iran. Suku Qedar juga disebut di tugu peringatan tersebut, sebagai suku yang berbeda dengan suku² Arab. Berdasarkan keterangan itu, suku Ismael Qedar merupakan etnik terpisah dan tersendiri, sampai suku itu diserang oleh suku² Arab sehingga kehilangan kemerdekaannya. Tapi tak lama kemudian pihak penyerang lalu dikenal sebagai bangsa Qedar. Prasasti Tiglath-Pileser III menyebut nama ratu Arab lainnya yakni Samsi.
[113] Luckenbill, Ancient Records of Assyria and Babylonia, I, Chicago, hal. 223 ; Rogers, Cuneiform Parallels to the Old Testaments, page 296; Barton, Archaeology and the Bible, edition 6, 1933, hal. 457; dikutip di Arabia and the Bible, James Montgomery, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal. 58

Sudah jelas bahwa kerajaan Qedar di Arabia utara tidak ada sebelum abad ke-8 SM. Meskipun prasasti Mesopotamia tidak menyebut kerajaan² Arabia utara apapun, prasasti² Shamaneser III di tahun 858-824 SM menyebut “Gindibu, orang Arab.” Gindibu kemungkinan adalah ketua suku Arab yang punya 1000 unta yang disewa Raja Ahab dari Israel dan Raja Damaskus, dan raja² lainnya, untuk berperang melawan bangsa Assyria.
Sargon II berkuasa atas Assyria di tahun 721-705 SM. Mesir merupakan salah satu negara yang ditaklukkannya. Dia juga memperkuat kekuasaan Assyria atas Babylonia. Dari jaman Sargon II, keterangan tentang bangsa Arab bertambah banyak. Prasasti² Sargon II terkenal karena mengandung keterangan tentang upeti bagi Assyria yang diberian berbagai raja, termasuk Raja Saba. Juga disebut beberapa suku di Arabia utara.

Setelah Sargon II, terdapat prasasti dari Raja Assyria Sennacherib yang berkuasa di tahun 704-681 SM. Sennacherib terkenal karena menghancurkan kota Babylonia. Prasasti² utama dari jaman Sennacherib adalah Surat² Herper, yang dibuat di jaman Sennacherib dan Assurbanipal.

Setelah Sennacherib, terdapat prasasti² dari Raja Assyria Esarhaddon yang berkuasa di tahun 680-669 SM. Lalu muncul prasasti² Raja Assurbanipal yang berkuasa di tahun 668-627 SM. Assurbanipal mengalahkan Elam, Mesir, dan Lydia. Prasasti² Assurbanipal tahun 649 SM berisi keterangan tentang bangsa Arabia. [114]
[114] A.C. Piepkorn, Historical Prism of Assurbanipal, Chicago-USA, 1933, hal. 19-20
Banyak surat² bersejarah yang berisi tentang bangsa Arab. Diantaranya adalah Surat² Herper dan Nimrud. Surat² Nimrud dibuat di akhir abad ke-8 SM. [115] Kita juga punya berbagai sumber lain seperti Tawarikh Babylonia, yang mengisahkan tentang penyerangan yang dilakukan Esarhaddon di tanah Bazu di Arabia tengah. Tawarikh Babylonia juga menerangkan tentang penyerangan Babylonia di gurun Arab di jaman Nebuchadnezzar. Tawarikh Nabonidus menjelaskan tentang serangan Nabonidus di Arabia dan persinggahannya di Teima.
[115] Saggs, Iraq 17, ( 1955), hal. 142-143; Von Soden, Orientalia 35, (1966), hal. 20; dikutip oleh I. Eph’al,The Ancient Arabs, E.J. Brill, Leiden, 1982, hal. 94

Peninggalan² sejarah Assyria dan Babylonia mengandung banyak keterangan tentang Arabia barat, timur, dan tengah, dari akhir abad ke9 SM sampai abad ke-6 SM. Ini merupakan rentang waktu lama yang menyingkapkan berbagai suku, kerajaan, kota di sebagian Arabia kepada bangsa Assyria dan Babylonia. Tapi satupun prasasti mereka yang mencantumkan keterangan tentang Mekah atau suku² yang dikatakan literatur Islam tinggal di Mekah. Prasasti² Assyria dan Babylonia memberi keterangan hubungan lima abad antara daerah Arabia dan dua negara besar Mesopotamia. Catatan sejarah kedua bangsa besar ini dimulai dari abad ke-9 SM, dan menyebutkan berbagai suku dan negara di Arabia utara, tapi tak satupun menyebut tentang Mekah.

Mekah tak ada dalam kegiatan² Politik, Militer, dan Perdagangan Assyria, sedangkan suku² Arabia barat lain disebut dalam prasasti Assyria.
Di paruh kedua abad ke-8 SM, Assyria mulai berpengaruh terhadap suku² Arabia – mereka berusaha menghindari penjajahan Assyria dengan cara membayar upeti. Suku² Arabia lainnya ingin mendapatkan perlindungan dari Assyria untuk jalur dagang mereka. Jalur dagang ini menghubungkan daerah jajahan Assyria di Sinai dan Yordania selatan dengan daerah² Bulan Sabit Subur, yang juga di bawah kontrol Assyria. Semua kerajaan dan kota di Arabia barat tergantung dari perdagangan untuk cari nafkah dan kekayaan. Untuk mempertahankan perdagangan, mereka membayar upeti pada raja² Assyria. Hal ini penting bagi kota² tersebut karena tiada hujan untuk bertani, dan mereka perlu berdagang untuk mendapatkan makanan. Daearha di mana Mekah kelak dibangun merupakan salah satu daerah yang hanya menerima sedikit hujan. Karena itu, Mekah dimulai sebagai kota dagang di abad ke-4 M. Keberadaan Mekah tergantung dari keberlangsungan perdagangan, terutama dengan negara² Bulan Sabit Subur, seperti Mesopotamia, Syria, dan Palestina. Dengan begitu kota² Arabia perlu membangun hubungan baik dengan negara² yang berdagang dengan mereka, agar mereka mendapatkan pasar untuk jual beli.
Image
Raja Assyria Tiglath-Pileser III, 744-727 SM.
Kerajaan Assyria menerima upeti dari suku Qedar, dan hal itu tertulis di prasasti Raja Assyria Tiglath-Pileser III tahun 738 SM. [116] Raja² Saba juga membayar upeti pada Assyria agar perdagangan mereka aman. Untuk mempertahankan pengaruh dan menjaga perdagangan di daerah mereka, banyak suku Arab yang berusaha membangun persekutuan satu sama lain. Biasanya hal ini lalu menjurus pada peperangan dan saling serang.
[116] P. Rost, Die Keilschrifttexte Tiglat-Pilesers III, Leipzig, 1893, hal. 150-170; dikutip oleh I. Eph’al, The Ancient Arabs, hal. 82

Kota Mekah tak disebut di catatan² dagang antara masyarakat yang mendominasi Bulan Sabit Subur dari jaman kuno sampai jaman Assyria dan Babylonia. Tidak hanya keterangan tentang Mekah tak ada di catatan perdagangan, tapi juga tak ada di daftar persekutuan suku² dan kota² Arabia barat, meskipun lokasi mereka sama dengan lokasi Mekah.
Image
Tarikh Raja Assyria Tiglath-Pileser III.
Dalam prasasti² Tiglath-Pileser III, tahun 744-727 SM, kita temukan keterangan tentang perang² yang dilakukannya terhadap banyak suku² Arab. Tiglath-Pileser menjelaskan tentang penyerangannya melawan Samsi, “Ratu Arab,” di Arabia utara. Prasasti lain melaporkan tentang penyerangan Assyria terhadap suku² Arab. Tiglath-Pileser, di awal prasasti, menulis:
10.000 pasukan, kubuat tunduk semua di bawah kakiku. Orang² Massa, Teima, Saba, Hayappa, Badanu, Hatte, Idiba’ilu, di perbatasan negara² matahari terbit, yang tak dikenal oleh para leluhurku dan tempat mereka terpencul, sekarang mereka menyembah pada kekuasaanku.
… Unta, unta betina, berbagai rempah², upeti mereka jadi satu, mereka bawa di hadapanku dan mereka cium kakiku.

Aku tunjuk Idibi'ilu untuk menjadi pengawas jalur masuk ke Mesir. [117]
[117] The Ancient Arabs, I. Eph’al, hal. 36

Dalam mengamati daftar orang² yang disebut prasasti Tiglath-Pileser III, kita temukan nama² Massa, Teima, dan Saba. Massa terkenal sebagai suku Ismael yang tinggal di gurun Syro-Arabia. Teima adalah kota dan suku Arab. Saba adalah kerajaan di Yaman di jaman Tiglath-Pileser III di abad ke-8 SM. Banyak sejarawan yang beranggapan bahwa Badanu adalah suku Bdn, yang namanya disebut di prasasti² Thamud dan Safaitik. [118] Pliny juga menyebut kota Badanatha di daerah suku Thamud. [119] Aku simpulkan bahwa nama Badanatha kemungkinan berasal dari nama suku Badanu, yang bergabung dengan suku Thamud di abad ke-8 SM. Kemungkinan mereka tinggal di daerah yang sama di mana kota Badanatha kelak dibangun.
[118] Winnett, Safaitic Inscriptions from Jordan, 1957, Nos. 87, 237
 [119] Pliny, Natural History, buku VI, Bab 32

Suku Idiba’ilu dikenal sebagai suku Adbil. Abdil adalah salah satu putra Ismael. Di prasasti Tiglath-Pileser III, tertulis bahwa dia menunjuk suku ini sebagai penjaga jalur masuk ke Mesir. Keterangan ini menyiratkan bahwa suku Ismael ini masih tinggal di Sinai di abad ke-8 SM.
Keterangan prasasti² Assyria sesuai dengan keterangan Alkitab tentang asal-usul suku² dan negara² yang disebut di kitab Kejadian. Adalah masuk akal jika orang² Assyria menulis nama suku sesauai dengan pengucapan mereka dalam bahasa mereka sendiri. Contohnya mereka menulis Adbil sebagai I-di-ba’-il-a-a, dan Saba sebagai Saab’-a-a.

Dalam prasasti² abad ke-8 dan 7 SM, kita temukan berbagai suku yang ditulis Musa di Alkitab. Akan tetapi tak ada keterangan tentang Mekah dan suku² lainnya, seperti suku Jurhum, yang kata Muslim tinggal di Mekah sejak jaman Abraham. Banyak suku yang disebut Alkitab sejak abad ke-15 Sm disebut lagi di kitab lain di Alkitab, sehingga mengungkapkan keberadaan mereka dan kegiatan historisnya. Contohnya adalah suku Efa, yang berasal dari putra² Abraham dan Keturah, istri Abraham setelah Sarah wafat.

Para sejarawan berpendapat bahwa suku Hayappa, yang disebut di prasasti Tiglath-Pileser III dan Sargon II, adalah suku Efa. Di Septuaginta (Alkitab Ibrani yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani), suku ini disebut sebagai suku Ghaifa. Alkitab menyatakan lokasi suku ini, karena kitab Kejadian memberikan silsilah keturunan para putra Ketura. Efa adalah putra tersulung Midian, ayah dari suku Midian. Efa jadi suku Midian terkuat, seringkali mewakili seluruh suku Midian. Orang² Midian hidup di Arabia baratlaut, dengan daerah Aqaba. Mereka bersatu dengan bangsa Ismael di jaman Gideon, yang berperang melawan bangsa Midian di tahun 1170 SM. Tembikar Midian ditemukan di Negev-Sinai, Yordania selatan, dan berbagai tempat di Arabia utara, sampai ke daerah Teima. Tembikar Midian di Teima tertanggal antara awal abad ke-13 SM dan pertengahan abad ke-12 SM. [120] Tidak terdapat tembikar Midian di sebelah selatan Teima. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Midian dan Efa tidak pernah mencapai Arabia barat tengah, di lokasi Mekah kelak dibangun.
[120] Sawyer John and Clines David, Midian, Moab and Edom, JSOT Press , Department of Biblical Studies, University of Sheffield, 1984, hal. 101

Di Alkitab, kitab Yesya, kita baca Efa dan Midian sebagai satu kelompok. Yesaya 60:6berbunyi:


Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.

Efa tinggal di Arabia baratlaut, di sekitar Teluk Aqaba. Ayat ini menunjukkan Efa punya peranan dagang antara Saba Yaman, yang disebut sebagai Syeba, dan Palestina. Yesaya mulai bernubuat di tahun 739 SM, di tahun kematian Raja Uzziah, dan Tiglath-Pileser III mulai berkuasa sebagai Raja Assyria di tahun 745 SM. Kita bisa menyimpulkan bahwa Alkitab menyatakan suku Efa sebagai bangsa pedagang antara Saba dan Israel di seperempat akhir abad ke-8 SM. Alkitab juga menerangkan tentang Saba. Sebagian sejarawan berpendapat bahwa suku Sabian hidup di Arabia utara, dekat Dedan. Mereka berpendapat begitu karena keterangan di Ayub 1:15, yang mengatakan bangsa Sabian merampok putra² Ayub dan membunuh para pelayannya. Sejarawan lain berpendapat bahwa Saba adalah daerah jajahan utara dari Saba di Yaman. Ayat² Alkitab lain menunjukkan bahwa Saba terletak di Yaman. Yesus mengatakan bahwa Ratu Syeba datang dari daerah paling selatan (Matius 12:42). Yeremia 6:20 berbunyi:

Apakah gunanya bagi-Ku kamu bawa kemenyan dari Syeba dan tebu yang baik dari negeri yang jauh?

Dari ayat di atas, Yeremia pertama-tama menjabarkan tempat di mana kemenyan itu berasal, dan memang catatan sejarah membenarkan bahwa Saba di Yaman memperdagangkan kemenyan besar²an. Lalu dia menyebut negeri yang jauh. Bahkan di kitab Ayub juga disebut bahwa Saba adalah negara asal para pengelana, seperti yang tertulis di Ayub 6:19, “Kafilah dari Syeba dan dari Tema mencari air itu dan mengharapkannya.” Telah banyak diketahui bahwa orang² Sabian dari Yaman adalah para pedagang yang mendampingi kafilah² mengarungi gurun pasir ke Palestina dan Syria, dan negara² Mediterania lainnya.

Di pasal pertama kitab Ayub tercatat bahwa orang² Sabian menyerang tanah milik Ayub. Orang² Sabian ini tampaknya adalah suku Baduy utara, yang tinggal di gurun Syro-Mesopotamia. Mereka merupakan keturunan Keturah, istri kedua Abraham. Sejarawan lain berpendapat bahwa orang² Sabian yang disebut di kitab Ayub kemungkinan adalah jajahan dari bangsa Sabian di Yaman yang mencoba mengontrol jalur dagang rempah². Mereka mencapai daerah di mana Ayub hidup, seperti yang juga tertulis di prasasti Tiglath-Pileser III, dan punya koneksi antara daerah Arabia utara dan Sinai. Prasati menunjukkan bahwa Tiglath-Pileser III memaksa 10.000 prajurit Sabian tunduk di bawah kakinya. Dan dia menuntut “berbagai macam rempah²” sebagai upeti, menunjukkan bahwa dia berhubungan dengan orang² yang melewati jalur dagang rempah², terutama Saba, Teima, dan Efa. Ketiga suku ini dikenal sebagai bangsa yang mengontrol jalur rempah². Tiglath-Pileser III berkata bahwa tanah² terpencil, dan tidak dikenal leluhurnya. Tiglath-Pileser III berkata dalam prasastinya, “Aku tundukkan di bawah kakiku orang² Massa’, Teima, dan Saba” dan ini menjelaskan bahwa tentara Assyria menyerang suku² tersebut.

Tidak dijelaskan apakah Sabian merupakan koloni Saba dari Yaman atau suku Baduy dari utara. Tapi yang jelas, raja² Saba lalu menawarkan upeti kepada raja Assyria, pertanda bahwa mereka mengakui supremasi Assyria di daerah tersebut. Mereka juga ingin memasuki daerah² yang dikontrol Assyria untuk memperluas pasar dagang.
Dari keterangan sejarah di jaman Tiglath-Pileser III yang berkuasa di tahun 744-727 SM, kita mengetahui tentang suku² yang dominan dalam perdagangan, politik dan militer di Arabia selatan. Kita tahu bahwa Qedar membayar upeti bagi kerajaan Assyria. Kita juga tahu bahwa Efa, suku Midian yang dominan, membayar upeti. Suku Badanu yang berhubungan dengan suku Thamud, suku yang muncul satu dekade setelah Sargon II (yang berkuasa di tahun 721-705 SM), juga bayar upeti. Begitu pula Teima, dan juga suku Saba, yang merupakan suku dominan di Yaman.

Setelah menelaah keterangan penting dari Sargon II, yang nanti akan dibahas lebih lanjut, kita temukan berbagai suku, tapi tak ada keterangan apapun tentang kota Mekah atau suku Jurhum yang kata Muslim telah lama tinggal di Mekah. Kota Mekah tak pernah tercantum dalam catatan sejarah negara² di seluruh milenia SM. Prasasti² Assyria menyebut suku kecil seperti Badanu dan suku² lainnya di Arabia barat, sehingga tak mungkin mereka luput menulis tentang Mekah, jika kota itu memang sudah ada di jaman tersebut. Muslim sudah seharusnya memeriksa keterangan sejarah Islam.

Pemerintahan Sargon II dan Arabia

Jika Mekah sudah ada di jaman Sargon II, tentunya kota ini akan disebut bersama berbagai suku Arabia, termasuk Saba, yang semuanya disebut dalam berbagai prasasti di jaman itu.

Image
Raja Assyria Sargon II, 722-705 SM.
Sargon II adalah satu dari raja² terbesar Assyria. Sebagai pengganti Raja Shamaneser V, Sargo II berkuasa di tahun 722-705 SM, dan memperkuat kontrol kekuasaan yang sudah dikembangkan oleh Tiglath-Pileser III. Filistia, Babylonia, Kurdistan dan Israel merupakan sebagian tanah² yang dia taklukkan. Di tahun 717 SM, dia memecat seorang raja dari kota Karkemish di Hittite dan membuat kota itu sebagai jajahan Assyria. Dia menghentikan pemberontakan di banyak kota, seperti Arpad, Damaskus, dan Hamath, dan dia mengalahkan rencana bangsa Mesir yang mendukung para pemberontak. Setelah mengalahkan sebuah bangsa, Sargon akan mengambil sebagian penduduk dan mencampur sisa penduduknya dengan masyarakat dari daerah lain. Salah satu contohnya adalah Samaria. Sargon II mengambil bangsa Israel yang tinggal di Samaria ke Assyria utara dan lalu membawa suku² Arab yang mengancam perbatasannya untuk hidup di Samaria.
Image
Istana Raja Sargon II.
Sisa² peninggalan istana Sargon dan ibukota Dur Sharrukin telah mengungkapkan catatan tahunannya. Diantara kejadian² penting yang tercatat adalah kemenangannya atas beberapa suku Arab, seperti Thamud, Marsimani, Efa, dan Ibadidi. Dia mengusir sebagian penduduknya ke Samaria. Di catatan itu juga tercantum upeti yang diterimanya dari Pir’u, raja Mesir; dari Samsi, Ratu Arabia utara dan gurun antara Arabia dan Palestina; dan dari Ita’amra, Raja Saba, yang terkenal dengan prasasati Saba seperti Yathi’ amar. [121] Kita juga temukan keterangan tentang kekalahan suku² Arab di catatan lain Assyria, yakni prasasti Cylinder (Silinder). Keterangan upeti dari raja² tertulis di prasasti Display (Memajang). Terdapat keterangan berbagai kejadian bersejarah dalam periode ini yang dicatat beberapa kali.
[121] Luckenbil, op. cit., vol. II, 7; Rogers, op. cit., hal. 331; Barton, op. cit., hal. 463; dikutip oleh James Montgomery, Arabia and the Bible, hal. 59

Image
Prasasti Sargon II.

Suku Marsimani juga disebut sebagai suku Mesamanes, yang disebut Ptolemius di bukunya Geography, di jilid enam, bab tujuh. [122] Ptolemius mencatat lokasi suku ini terletak dekat daerah Thamud. Thamud disebut dalam prasasti² sebagai suku Arab di Arabia baratlaut. Thamud dicatat oleh para penulis kuno Yunani dan Romawi, dan banyak tercantum di berbagai prasasti. Thamud terletak diantara Teima dan daerah di mana Mekah kelak dibangun.
[122] Claudius Ptolemy, The Geography, Book vi, bab VII, diterjemahkan oleh Stevenson, Dover Publications, 1991, hal. 139

Efa, yang bersekutu dengan suku² Arab baratlaut untuk melawan raja Assyria Tiglath-Pileser III, kembali muncul lagi dengan persekutuan baru.

Dari prasasti² Tiglath-Pileser III dan Sargon II, kita bisa mengetahui kejadian penting apa yang terjadi, negara dan kota apa yang dominan di daerah Arabia barat di abad ke-8 SM. Keterangan ini mencakup pandangan politik dan perdagangan. Mekah tak disebut dalam semua catatan sejarah tersebut, meskipun letaknya dekat dengan lokasi suku² yang disebut di prasasti abad ke-8 SM, seperti suku Thamud dan Mesamanes. Jika Mekah saat itu sudah dibangun, tentunya akan terletka diantara tempat tinggal suku² itu dan Saba.

Kekuasaan Sennacherib

Mekah tak disebut dalam laporan pemerintahan Sennacherib di bidang militer, perdagangan, dan agama.
Image
Raja Assyria Sennacherib, 705-681 SM.
Raja Sennacherib, berkuasa di tahun 705-681 SM, dan banyak berperang untuk mempertahankan kekaisarannya yang didirikan oleh ayahnya, Sargon II. Diantara perang² tersebut, adalah peperangan melawan Babylonia. Setelah itu dia memerangi berbagai negara di pantai Mediterania, yang didukung oleh Mesir, seperti negera Funisia dan Filistia. Setelah itu, Sennacherib menyerang Yerusalem. Lalu dia mengalahkan Mesir di tahun 701 SM. Dia juga menyerang Elam di tahun 691 SM.
Sennacherib mengalahkan bangsa Arab, yang memihak Merodach Baladan, sang Raja Babylonia yang memberontak terhadap Assyria. Sennacherib berperang melawan ratu Arabia utara yakni Te’lhunu. Sang Ratu dikalahkan dan merlarikan diri ke kota Adummatu atau Dumah atau Dumahis atau Dumaht al-Jandal yang terletak antara al-Medina dan Syria. Dumah terkenal sebagai pusat ibadah bagi suku² Arab. Kuil dewa utama mereka yakni Wadd terletak di Dumah. Di masa depan, kuil di daerah Teluk Aqaba akan mengganti kedudukan kuil di Dumah. Geografer Yunani Agatharchides mengunjungi pusat ibadah di Dumah. Tentara Sennacherib mengambil gambar² di lapisan kayu yang dibuat bangsa Arab di Dumah dan membawanya ke Assyria. Kelak Esarhaddon mengembalikannya ke Dumah.
Image
Tembok di jaman Sennacherib yang menunjukkan kegiatan Raja Assyria tersebut.

Berdasarkan prasasti Assyria, di tahun 689 SM, bangsa Assyria menyerang Arabia utara melawan Adummatu. Mereka berperang melawan persekutuan dua pemimpin Arabia utara: Telehunu, Ratu bangsa Arab; dan Hazael, Raja Qedar. Prasasti menerangkan bahwa persekutuan Arab dikalahkan, dan Hazael membayar upeti kepada Sennacherib. Melalui peperangan ini, Sennacherib menetapkan dirinya sebagai penguasa di tanah yang ditaklukkan ayahnya, Sargon II. Sennacherib memperluas kekuasaannya dengan menaklukkan bangsa Mesir, Babylonia, Ratu Arab Te’lhunu, dan Dumah. Dia juga menguasai jalur dagang rempah². Namanya begitu terkenal, sehingga sejarawan Yunani Herodotus menyebutnya sebagai “raja bangsa Arab dan Assyria.” [123]
[123] Herodotus II, hal. 141

Kota² Arab seperti Teima terus membayar upeti kepada Sennacherib. Di prasasti Niniveh terdapat keterangan tentang pintu gerbang di Niniveh yang merupakan “gerbang gurun di mana pemberian rakyat Teima masuk.” [124] Hal ini menunjukkan banyak kota² dagang, seperti Teima, tergantung pada belas kasihan Assyria jika mereka ingin perdagangan tetap berlangsung. Mereka butuh ijin dari Assyria untuk bisa terus hidup berdagang.
[124] Loh batu di Museum Inggris, 103,000 vn 96-viii 1(Luckenbill, Sennacherib, 113); dikutip oleh I. Eph’al, E.J. Brill, The Ancient Arabs, hal. 41

Image Image
Prasasti Sennacherib.
Tarikh Assyria menyebut pemberian atau upeti yang dibayar oleh Raja Saba yakni Kariba’ilu. Raja ini adalah Raja Karib’il Water yang terkenal dalam prasasti Saba. Hal ini karena Assyria mengontrol jalur jalan perbatasan daerah Bulan Sabit Subur. Raja Hazael dari Qedar membayar upeti bagi Sennacherib.
Jika Mekah sudah ada di abad ke-8 dan 7 SM, tentunya Mekah juga akan tergantung pada ijin Assyria untuk bisa terus hidup dari berdagang.

Berbagai negara di Arabia barat disebut oleh Sennacherib, terutama kerajaan² di sepanjang jalur dagang, misalnya Dumah, Qedar, Teima, dan Saba di Yaman. Sargon II juga menyebutkan kota² jalur rempah² seperti Saba, Teima, dan Efa. Kota² ini tergantung pada hubungannya dengan negara² lain, dan mereka tidak bisa diam saja terhadap penguasa daerah itu yakni Assyria.
Sargon II, raja Assyria.


Sejak Mekah dibangun di abad ke-4 M, Mekah membeli banyak barang dari Yaman dan memasarkannya ke Palestina, Syria, dan Mesopotamia di daerah Bulan Sabit Subur. Assyria mengontrol semua tanah itu sejak akhir abad ke-8 SM dan mencatat semua suku yang berdagang di daerahnya. Dengan begitu, bagaimana mungkin mereka bisa luput mencatat tentang Mekah di jaman tersebut? Alasannya tentu karena Mekah belum ada saat itu.

Kota Dumah Pusat Agama

Mekah tak tercatat sebagai pusat agama, sedangkan Dumah dikenal suku² Arab sebagai pusat agama.

Keterangan penting lain didapat di prasasti Assyria tentang Dumah sebagai pusat agama bagi suku² Arabia utara. Pahatan berisi gambar² berbagai dewa Dumah merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Arabia sehingga mereka pergi ke Assyria dan memohon pada Raja Esarhaddon agar gambar² tersebut dikembalikan pada mereka. Hal ini terjadi setelah ayah Esarhaddon mengambil pahatan² tersebut dan membawanya ke Assyria. Dumah mendominasi pengaruh agama di jaman Assyrian sebelum orang² Arab membangun kuil lain di daerah Teluk Aqaba. Orang² Arab terkenal setia pada pusat ibadah yang mereka pilih. Jika Mekah dan Ka’bah sudah dibangun saat itu, tentunya Mekah akan terkenal sebagai pusat ibadah, dan orang² mungkin akan berziarah dahulu ke Mekah sebelum berperang.

Akan tetapi tiada keterangan apapun tentang Mekah dalam catatan sejarah perdagangan, militer, dan agama di kekaisaran² Assyria dan Babylonia. Pernyataan Muslim bahwa Mekah sudah jadi pusat agama sejak jaman Abraham tidak terbukti karena tiadanya keterangan seperti itu di sepanjang jaman kuno. Jika Muhammad sudah lahir di jaman itu, tentunya dia akan memilih kota Dumah sebagai pusat agama, karena Mekah belum ada di abad ke 7 SM.

Kekuasaan Esarhaddon

Image

Raja Assyria Esarhaddon berkuasa menggantikan ayahnya, Sennacherib. Esarhaddon memipin Assyria di tahun 680-669 SM. Dia melalukan peperangan penting, dan yang terpenting adalah penyerangan ke Mesir, Ethiopia, dan gurun Arabia. Di dekat sungai Kalb, dekat Beirut atau Lebanon jaman sekarang, salah satu prasasti Esarhaddon ditemukan. Prasasti itu menerangkan penyerangannya ke Mesir dan Ethiopia. Mesir sedang berada di bawah kekuasaan Ethiopia ketika Esarhaddon menyerangnya. Dia akhirnya berhasil menaklukkan semua kerajaan di pantai timur Mediterania, dan dia membawa raja²nya ke Niniveh.
Prasasti Esarhaddon menyatakan banyak keterangan tentang perang²nya dengan bangsa Arab, menunjukkan banyaknya daerah Arab yang dikuasainya di awal abad ke-7 SM. Tarikh Niniveh menunjukkan berbagai kejadian penting, contohnya adalah pengembalian pahatan gambar dewa² Arab ke Dumah. Dumah adalah pusat ibadah suku² Arabia sejak abad ke-9 SM.
Esahaddon juga menyelamatkan Tabua, gadis Arab. Tabua diambil dari masyarakat Arabnya sewaktu masih kecil, dan dia besar di istana² para raja Assyria. Raja Assyria lalu menunjuk dia untuk jadi ratu bangsa Arab di Dumah. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh Assyria terhadap masyarakat Arab di jaman Esarhaddon.
Selain itu, tarik Niniveh juga menjelaskan bahwa Raja Qedar yakni Hazael membayar upeti ke Assyria. Hazael datang ke Niniveh untuk menunjukkan sikap tunduknya kepada Esarhaddon:
Tentang Hazael, raja Arabia, keagunganku membuatnya terpesona, dia datang membawa emas, perak, dan batu² berharga di hadapanku dan mencium kakiku. [125]
[125] Luckenbill, Records of Assyria II. 551.
Image
Raja² taklukkan Assyria mencium kaki Raja Esarhaddon
.
Tarikh Niniveh juga menjelaskan tentang putra Hazael yakni Ia’-hi-u’ atau Yauta’. Dia jadi raja Qedar setelah Hazael mati. Tentara Assyria membantu Yauta’ untuk mengalahkan pemberontakan yang dipimpin oleh U-a-bu. U-a-bu memimpin persekutuan Arab melawan Yauta’, tapi tentara sekutu itu dikalahkan oleh tentara Assyria. Kemudian Yauta’ memberontak terhadap Assyria, dan lalu Assyria berbalik menyerangnya, Yauta’ kalah dan melarikan diri. Dia kemudian kembali dan mengucapkan sumpah setia kepada Assurbanipal, raja Assyria selanjutnya.
Image
Prasasti Assyria, jaman Esarhaddon.
Image
Prasasti silinder
Keterangan ini merupakan contoh tulisan di prasasti Esarhaddon, yang menunjukkan bahwa Arabia utara, terutama Qedar, berada di bawah kekuasaan Assyria. Kekaisaran Assyria menunjuk raja², menerima upeti, dan menekan segala pemberontakan melawan mereka, atau raja² Arab yang setia pada Assyria. Keterangan ini juga terdapat di berbagai pahatan batu Assyria. [126] Terdapat pula prasasti² lain di Niniveh dan Assur yang melaporkan keterangan yang sama. Contoh² peninggalan sejarah seperti ini menunjukkan kejadian² bersejarah dalam kekuasaan Esarhaddon yang sudah teruji kebenarannya dalam catatan² arkeologi. Terdapat keterangan menarik dari Niniveh yang dikenal sebagai “Fragmen F.” Ketika tentara Esarhaddon mengarungi gurun pasir Sinai untuk menaklukkan pemberontakan di Mesir, mereka menggunakan unta² Arab untuk membawa bekal air. [127] Hal ini menunjukkan bahwa Esarhaddon belajar tentang penggunaan unta dari berbagai tanah Arab yang dikuasainya. Dengan menggunakan unta² Arab tersebut, tentara Assyria berhasil mengarungi gurun pasir luas untuk menyerang tanah musuh. Hal ini terjadi ketika dia menyerang daerah Ba’zu.
[126] Salah satu contoh adalah prasasti Silinder yang ditemukan di kota Nimrud, dan yang terpenting disebut Klch. A; terdapat pula prasasti yang diberi nama "Trb.A- a," prasasti silinder dari Tarisu (lihat E. Nassouhi,Mitteilungen der altorientalischen Gesellschaft, III, 1-2, (1927), hal. 22-28; dikutip oleh , I. Eph’al, hal. 45
 [127] Prasasti² dari Niniveh (K 3082+ K 3086+ Sm 2027); lihat R. Borger, Die Inschriften Asarhaddons, Konigs von Assyrien, Graz 1956, hal. 112-113, dikutip oleh I. Eph’al, The Ancient Arabs, hal. 46

Daerah Ba’zu

Keterangan lain untuk membantah pernyataan Muslim bahwa Mekah sudah ada di jaman Esarhaddon, terdapat pada fakta bahwa tentara Assyria tidak menemukan kota lain apapun untuk ditaklukkan di Arabia baratlaut, sehingga mereka langsung menuju Arabia tengah ke daerah Ba’zu.
Para sejarawan beranggapan Ba’zu terletak di Arabia tengah, ke arah daerah Teluk Persia. Hal ini menunjang perkiraan bahwa Assyria berkuasa atas sebagian Arabia utara dan tengah. Keterangan tentang penyerang ini terdapat di prasasti dan tawarikh Esarhaddon dan Babylonia. Ba’zu dijabarkan sebagai berikut:
Kota yang jauh, melewati padang garam, melampaui daerah berpasir dan berduri, melampaui lingkup aktivitas militer di jaman raja² Assyria terdahulu. [128]
[128] Heidel Prism iii, 9-18, dikutip oleh Eph’al, hal. 130

Keterangan yang sama menerangkan daerah Ba’zu sebagai: “daerah yang tandus, bertanah garam, daerah tak berair.” Heidel Prism III menerangkan tentang tentara Assyria bergerak sejauh 140 beru (1.500 km) menuju daerah “yang berlapiskan pasir, tanaman berduri, ular, dan kalajengking menutupi tanah bagaikan semut.” [129] Keterangan lain tentang Ba’zu mengatakan: “Daerah yang terletak sangat jauh, gurun pasir alkali, daerah pasir yang kering, semak belukar berduri, dan mulut gazel, batu², penuh ular dan kalajengking, daerah yang ditutupi semut.” [129] Prasasti menyebutkan sembilan tempat yang ditaklukkan Assyria di Ba’zu, dan menyebutkan delapan nama raja² daerah tersebut. Tentara Assyria membakar tujuh tembok kota di Ba’zu. Lalu mereka mengangkat seorang raja lokal bernama Laya’le untuk memimpin negara itu. Dia adalah raja di daerah dekat Ba’zu, dan namanya adalah Ia-di. [131]
[129] Heidel Prism iii, 9-18, dikutip oleh Eph’al, hal. 130
 [130] Luckenbill, Ancient Records of Assyria and Babylonia, Vol. II, hal. 214
 [131] Nin. A.; Heidel Prism iii 21; dikutip oleh Eph'al hal. 131

Kejadian² ini menunjukkan besarnya pengaruh Assyria di Arabia di jaman Esarhaddon. Mereka mampu mengarungi gurun pasir sejauh 1.500 km. Para sejarawan memperkirakan lokasi Ba’zu di dua tempat: satu di Arabia tengah, dekat kota Khaybar [132] dan satu lagi di Teluk Persia barat. [133] Perlu diperhatikan bahwasanya tentara Assyria menyerang daerah sangat jauh seperti Ba’zu, dan bukannya menyerang Mekah di daerah Arabia barat. Alasan mengapa Mekah tidak diserang adalah karena daerah Mekah memang belum berpenghuni sama sekali saat itu. Daerah Mekah membagi Arabia utara dan Yaman, tapi Assyria tidak menyerang daerah itu, karena memang tak ada kota apapun di situ. Karena itulah tentara Assyria langsung menuju Arabia tengah dan timur untuk menaklukkan daerah baru, yakni Ba’zu.
[132] Hommel, Ethnologie und Geographie des alten Orients, Munchen, 1926, hal. 558-559; dikutip oleh Eph'al.
 [133] Eph’al, The Ancient Arabs, E.J. Brill, Leiden, 1982, hal. 137

Kekuasaan Assurbanipal

Meskipun Assurbanipal banyak berhubungan dengan suku² Arabia, dan telah mencapai daerah Teima, catatan sejarah Assurbanipal tidak menyebut Mekah sama sekali.
Image
Raja Assyria Assurbanipal, 669-626 SM.
Bantahan terhadap pernyataan Muslim tentang Mekah tidak berhenti pada Esarhaddon saja, tapi juga pada penggantinya. Sebelum Esarhaddon wafat, dia membagi daerah Mesopotamia bagi kedua putranya. Dia memberikan Babylonia pada putra sulungya, yakni Shamash-shum-ukin, dan dia memberikan takhta Assyria pada putra keduanya, yakni Assurbanipal, yang berkuasa di tahun 669-626 SM. Assurbanipal menyerang Raja Ethiopia, yakni Taharka, keluar Mesir dan mengangkat Necho untuk menggantinya. Lalu di tahun 660 SM, saat Assurbanipal menyerang Elam dan Kaldea, Psamtik putra Necho memberontak dan memisahkan Mesir dari Assyria. Lalu Shamash-shum-ukin, kakak laki Assurbanipal dan raja Babylonia, membentuk persekutuan dengan negara² lain untuk memerangi adik lakinya, Assurbanipal. Prasasti Assyria mencatat daftar suku² Arab yang bersekutu dengan Shamash-shum-ukin, sebagai berikut:
Di hari² ini, Shamash-shum-ukin, kakak lakiku yang berkhianat, Raja Babylonia, membangkitkan pemberontakan terhadapku, bersama bangsa Akkad, Kaldea, Aramia… Daerah laut dari Akaba ke Bab-Salimeti. [134] (Akaba kemungkinan adalah nama asli dari Aqaba.)
[134] Luckenbill, op. cit., hal. 301; Doughty, Arabia Deserta, Volume I, page 51; dikutip di Arabia and the Bible, James Montgomery, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal. 62

Image
Raja Babylonia, Shamash-shum-ukin, kakak laki dari Raja Assyria Assurbanipal.
Di tahun 648 SM, Assurbanipal mengalahkan tentara sekutu dan mencaplok Babylonia ke dalam kekuasaannya. Abangnya lalu bunuh diri. Beberapa tahun kemudian, Nabopolassar, pemimpin dinasti Kaldea, memberontak terhadap Assurbanipal.
Prasasti² Assurbanipal mengandung keterangan tentang bangsa Arab. Tarikh Assurbanipal menulis tentang perjanjian yang dibuatnya dengan bangsa Qedar untuk tahun 652 SM. [135] Tarikh juga menerangkan tentang pemberontakan Yauta’, putra Hazael dan Raja Qedar. Yauta menyerang daerah² Trans Yordania sebelum terjadi peperangan antara Assurbanipal dan abangnya, Shamash-shum-ukin, Raja Babylonia. Yauta’ dikalahkan dan dia lalu lari ke tanah Nebayot untuk mencari perlindungan dari rajanya, yakni Natnu. Assurbanipal mengganti Yauta; dengan Abyate’, putra Te’ri, yang tunduk dan bayar upeti pada Assurbanipal. Natnu, raja Nebayot, juga tunduk dan bayar upeti. Prasasti² Assyrian menerangkan bahwa bangsa Qedar punya lebih dari satu pemimpin, dan salah satunya adalah Ammuladi. Ammuladi menyerang perbatasan barat dengan Assyria, tapi dia dikalahkan.
[135] Annals of Assurbanipal; R.F. Harper, Assyrian and Babylonian Letters, I XIV,(London-Chicago, 19140), 350; dikutip oleh Eph'al, hal. 55

Berdasarkan Tarikh Shamash-shum-ukin, pengepungan kota Babylonia terjadi di tahun 650 SM. Diantara bangsa Arab yang mendukung Shamash-shum-ukin adalah Abiyate’, putra Te’ri. [136] Juga orang Arab lainnya yakni Uaita’, putra Birdada, raja suku Su-mu-An, yang mengirim tentara untuk menolong Shamash-shum-ukin. Suku Su-mu-An merupakan bagian dari kelompok suku Qedar. [137] Alasan suku² Arab memihak Shamash-shum-ukin melawan Assurbanipal adalah karena Babylonia terletak lebih dekat ke Arab, dan mereka mengira Babylonia akan menang perang dan mengontrol jalur dagang ke pasar² daerah Bulan Sabit Subur. Mereka juga mengira Babylonia tidak akan menuntut mereka bayar upeti mahal sebagaimana yang dituntut Assyria.
[136] A.R. Millard, Iraq ( 1964), cit. 28 ; dikutip oleh Eph’al, The Ancient Arabs, hal. 154
 [137] The Ancient Arabs, I. Eph’al, E.J. Brill, Leiden, 1982, hal. 168

Di sekitar tahun 645 SM, Assyria menyerang suku² Qedar, Su-mu-An, dan Nebayot. Penyerangan ini terjadi setelah Assyria menang perang atas Elam. Assurbanipal sekarang siap menghukum suku² Arab yang membantu abangnya berontak. Sebelum kekaisaran Assyrian di bawah Assurbanipal melemah dan ditekan Babylonia, Assurbanipal melakukan banyak penyerangan terhadap bangsa Arab. Dia berperang melawan mereka di gurun Syro-Arabia, mulai dari Tadmur dan bergerak ke selatan. Di akhir penyerangan, menurut sejarawan Glaser, Assurbanipal menembus gurun Arabia sampai mencapai Teima.

Mekah adalah kota yang dibangun di atas jalur rempah² dan tergantung pada pasar² di daerah Bulan Sabit Subur, yang sebelum abad ke-7 SM dikuasai oleh Assyria selama beberapa abad. Untuk bisa bertahan hidup, Mekah harus membuat dirinya terkenal diantara para pedagang dan kota² lain. Tapi itu pun andaikata Mekah memang sudah ada sejak jaman kuno.

Dengan mempelajari prasasti² Assyria di abad ke-7 SM, kita lihat bahwa Mekah terus-menerus absen. Hal ini terus terjadi selama beberapa abad. Setiap raja menuliskan penaklukkannya dan menulis secara detail kejadian² penting dalam pemerintahannya. Beberapa kejadian tertulis di banyak prasasti. Kita sekarang tahu bahwa suku² Arabia utara dan barat, sampai mencapai Saba, berusaha menyenangkan Assyria agar dilindungi pasaran dagangnya. Banyak dari suku² tersebut yang membayar upeti setiap tahun. Sebagian suku dan kota yang dikuasai Assyria berontak dan dikalahkan. Sebagian lagi membentuk persekutuan, berharap mendapatkan daerah baru, atau mencari hubungan untuk mendapatkan jalur dagang guna memperluas pasaran.

Dari semua keterangan tersebut, Mekah tidak disebut sama sekali di seluruh prasasti Assyria di rentang sejarah yang sangat panjang ini. Nama berbagai kerajaan dan kota di jalur rempah² muncul berulangkali, tapi nama kota Mekah tidak ada. Jika Mekah memang sudah dibangun, seperti yang dikatakan Muslim, Mekah tentaunya punya lebih banyak alasan daripada kota² lain untuk punya hubungan kuat dengan Assyria. Mekah akan butuh dukungan Assyria, dan akan membayar upeti, karena lokasi Mekah yang tergantung pada perdagangan untuk bisa terus hidup.
Di masa yang lama sekali setelah jaman Assurbanipal, yakni masa abad ke-4 SM, barulah Mekah mulai muncul di Arabia barat tengah. Sama seperti negara² sebelumnya, catatan sejarah menunjukkan bahwa Mekah tergantung pada perdagangan karena lokasinya yang terletak di atas jalur dagang rempah². Tiadanya keterangan tentang Mekah di daerah Bulan Sabit Subur yang dikontrol Assyria, dan dominasinya atas berbagai suku Arabia utara, menunjukkan fakta bahwa Mekah memang tidak ada di jaman Assyria tersebut. Keterangan ini penting untuk membantah satu hal: umat Islam mengatakan kota Mekah sudah ada lama sebelum jaman Assurbanipal. Mereka mengatakan Mekah dibangun oleh Abraham dan Ismael, putranya dari Hagar. Mereka mengatakan kedua pria ini membangun Ka’bah di Mekah di tahun 2050 SM. Kita telah buktikan bahwa keterangan ini salah besar.


Back to Index


Diterjemahkan oleh Adadeh & Podrock : Netter FFI Indonesia dan dikutip dari FFI Indonesia

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money