Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 16, 2011

Islam: In The LIght Of History : VI-2

Islam : In the Ligth Of History
Islam: Ditinjau dari Pengamatan Sejarah
Oleh Dr. Rafat Amari


diterjemahkan oleh Adadeh, Netter FFI Indonesia.

Bab VI - 2.

Tawaran nan Keji

Sifat Kedua Suku Medinah yang Menerima Tawaran Muhammad

Suatu hari, dua suku buas Medina, yakni suku Aws dan Khazraj, datang ke Mekah. Nama² Arab mereka menunjukkan sifat dan kebiasaannya. Aws, menurut para penulis riwayat hidup Nabi, berarti “srigala” atau “kekanak-kanakan,” “periang” dan “orang yang sembrono.” [17] Begitulah sifat asli kedua suku Medina. Bagaikan srigala, mereka suka berkhianat dan berdurhaka. Anggota suku mereka terkenal dengan cara hidupnya yang tidak karuan dan penuh kekerasan. Mereka terkenal akan sifat malas, tak suka bekerja, suka menumpang hidup pada orang lain. Di lain pihak, terdapat suku² Yahudi yang tinggal di Medina, yakni Bani Qurayza dan Bani Nadir. Mereka terkenal pandai mengolah tanah dan menanam pohon – terutama pohon kurma. Mereka membangun perdagangan antara Syria dan Arabia. Sebaliknya dengan suku Aws dan Khazraj yang tak mampu bertani atau berdagang, mereka hidup dengan cara mengganggu dan mencuri kekayaan orang lain.
Meskipun tawaran Muhammad ditolak berbagai suku Arab, tapi suku Aws dan Khazraj, yang bertemu Muhammad di Mekah, melihat tawaran itu sebagai cara untuk mendapatkan harta jarahan dan rampasan yang mudah. Tawaran Muhammad cocok skali dengan latar belakang dan sifat mereka, karena mereka itu terkenal sebagai pengacau dan pencuri. Melalui tawaran Muhammad, mereka melihat kesempatan untuk menjarah harta bangsa Yahudi di Medinah. Yang lalu terjadi, dalam waktu singkat saja, Muhammad diterima suku Aws dan Khazraj, dan lalu dia hijrah ke Medina. Begitu berkuasa di sana, Muhammad mengusir suku Yahudi Bani Nadir dari Medina. Dia mengepung benteng mereka dan menghentikan suplai bagi mereka. Tanpa ada makanan, terpaksa Bani Nadir menyerah. Setelah itu Muhammad merampas rumah, harta benda, ladang, uang, emas dan persenjataan mereka. Setelah diusir dari Medina, suku Yahudi Bani Nadir mengungsi ke Syria.

Setelah itu Muhammad mengepung suku Yahudi kedua, yakni Bani Qurayza, dan menghentikan suplai makanan dan minuman ke dalam benteng sampai akhirnya kaum Yahudi menyerah. Muhammad mengatakan hukuman Allah menimpa mereka. Semua pria di atas usia 10 tahun dibunuh, dan yang berusia di bawah 10 tahun diperbudak. Rumah², kaum wanita suku Yahudi itu, dibagi-bagikan dan diberikan kepada pengikut Muhammad dari suku Aws dan Khazraj, dan Muslim dari Mekah yang ikut hijrah ke Medinah. Untuk membunuhi semua Yahudi pria tersebut, Muhammad memerintahkan parit digali di sepanjang pasar Medina. Para pria dibawa dalam kelompok² kecil ke dekat parit di mana mereka dipancung dan dikubur. Sesuai dengan janji Muhammad pada suku Aws dan Khazraj dahulu, anak² Yahudi dijadikan budak² mereka, uang dan rumah² Yahudi dibagi-bagi diantara umat Muslim. Wanita yang telah tua dan anak² kecil dijual sebagai budak di Damaskus. Seperti biasanya, Muhammada mengambil bagian harta jarahan seperlima dari keseluruhan – ini berarti seperlima dari semua tawanan wanita; anak² yang diperbudak; uang, rumah, dan ladang.

Dengan uang yang didapat melalui menjual budak² wanita tua dan anak² Yahudi, Muhamad membangun tentara dan persenjataan yang kuat. Sekarang dia bersiap untuk mengobarkan perang ke setiap kota Arab dan menaklukkan mereka semua.

Lagu Keji yang Dilantunkan Muhammad dan Didengar di Seluruh Arabia

Apa yang terjadi di Medina membantu kita mengerti mengapa ada yang menerima tawaran Muhammad. Pertama-tama, yang menerima tawarannya adalah delapan orang Medina yang datang ke Mekah. Lagu yang ditawarkan Muhammad untuk didendangkan bagi pengikutnya adalah “Allah maha besar, dan Muhammad adalah nabinya.” Sebagai upahnya, mereka mendapatkan dari suku² yang dikalahkan, para tawanan wanita, dan anak² mereka sebagai budak, juga uang mereka. Bagi kedelapan orang Medina itu, lagu Muhammad adalah jalan keluar untuk mendapatkan apa yang tak pernah mereka miliki tanpa pemimpin yang kuat, yang mau mewujudkan kekejian ini dengan gamblang, jelas, dan terang²an. Muhammad adalah pemimpin yang akan menutupi ketamakan dan kesesatan mereka dengan selimut agama sehingga perbuatan keji yang telah nyata mereka lakukan itu tampak benar. Faktanya, mereka terbiasa melakukan perbuatan menyimpang, dan itu sudah jadi sifat dan sejarah kehidupan mereka. Dengan selimut agama ini, mereka mengira mereka boleh saja membunuhi dua suku Yahudi di kota mereka, dan juga kota lain, memperkosa anak² perempuan dan istri² korban, merampoki rumah², tanah dan uang mereka, memperbudak anak² mereka yang masih kecil.
Muhammad telah mendentangkan senar² kekejian, yang terdengar di seluruh Arabia. Senar² ini terwujud dalam kedua suku tengik Aws dan Khazraj. Muhammad mengenal betul sifat kedua suku ini; malahan istri kanak²nya Aisyah menyebut mereka, “Kedua suku itu tak bermoral.” [18] Muhammad tahu orang² ini menyukai kejangakan dan ketidak karuan, sehingga dia dengan liciknya menawarkan hal² yang sesuai dengan hasrat mereka yang rendah akhlak.

Mohammed merencanakan pembunuhan terhadap Yahudi pemberi utang agar tidak perlu bayar utang, malahan bisa menjarah harta pemberi utang

Sebelum menyerang suku² Yahudi, terdapat perdamaian di kota Medina. Suku² Yahudi yang hidup berdampingan dengan suku² Aws dan Khazraj, sering memberikan banyak utang melalui persekutuan damai. Tapi Muhammad rupanya punya gagasan lain. Dia berencana membunuh suku² Yahudi kaya dan mengambil semua harta mereka. Usul Muhammad ini membuat orang² Aws dan Khazraj jadi serakah, sehingga mereka rela mengkhianati persekutuan dengan para Yahudi Medinah. Dengan begitu, mereka juga menyingkirkan pemberi utang mereka dan bisa menjarah seluruh kekayaan, rumah, istri dan anak² mereka.
Muhammad sudah mengajukan gagasan ini ketika dia pertama kali bertemu dengan delapan orang dari suku Khazraj di Mekah. Buku riwayat hidup Muhammad menulis perkataan Muhammad:
“Siapakah kalian?” Mereka berkata, “Kelompok orang Khazraj.” Dan dia berkata, “Apakah kalian yang bersekutu dengan orang² Yahudi Medina, suku Qurayza dan Nadir?” (Muhammad tahu bahwa mereka bersekutu untuk mempertahankan diri dari serangan pihak lain, dan juga menahan diri untuk tidak menyerang satu sama lain.) Mereka berkata, “ya.” Dan dia berkata, “Mengapa tidak duduk terlebih dahulu sehingga aku bisa bicara dengan kalian?” Mereka menjawab, “Ya.” 
[19]
Kita hanya bisa menduga isi percakapan selanjutnya, tapi tentunya tak jauh berbeda dengan tawaran yang diajukan Muhammad terhadap suku Bakri bin Wael. Pertama-tama, mereka harus menghormati nama Allah tiga puluh kali, dan setelah itu mereka dijanjikan para wanita dan uang dari korban serangan mereka, dan akan dapat memperbudak anak² korban. Ini menjadi fondasi pesan Muhammad terhadap suku² Arab setelah dia gagal meyakinkan mereka akan klaim relijiusnya. Sudah tentu pesannya pada masyarakat Aws dan Khazraj juga sama. Muhammad saat itu sedang mencari suku yang bersedia menolongnya memerangi semua orang Arab agar mengakuinya sebagai nabi mereka.

Penduduk Mekah mengetahui pesan Muhammad kepada kedua suku ini, karena persetujuan diantara Muhammad dan kedua suku ini adalah untuk menyelenggarakan perang terhadap penduduk Mekah untuk mengambil kemerdekaan dan kekayaan mereka. Kejadian berikutnya membenarkan pesan apa yang sudah diajukan Muhammad pada suku Aws dan Khazraj. Pesan Muhammad bertentangan dengan kebiasaan bangsa Arab yang menghormati tetangga mereka dan tak akan mengkhianati atau menghancurkan mereka. Hanya orang yang tak bernurani saja yang mau menerima pesan seperti itu. Muhammad tahu keadaan kedua suku Medinah ini. Dia tahu bahwa persekutuan mereka dengan Yahudi Bani Nadir dan Qurayza akan menghasilkan ketenteraman dan keamanan dalam kota. Karena tak ada pemerintah pusat di Arabia, keamanan hanya bisa dicapai melalui persekutuan antara suku² utama di setiap kota. Persekutuan menuntut rasa hormat dan kerja sama diantara para suku. Contohnya, mereka semua setuju bahwa pelaku perbuatan kriminal harus diadili, dan mereka juga akan bekerja sama mempertahankan kota mereka jika ada serangan dari luar.

Muhammad menyampaikan pesan yang sama pada setiap kelompok yang dijumpainya. Pesannya bukanlah pesan relijius yang penuh damai, tapi proposal untuk mengakhiri ketenteraman di kota itu, dan memperbolehkan perikemanusiaan diinjak-injak. Dia menawarkan kesempatan untuk menjadi serakah dan tamak, melalui cara mengkhianati tetangganya dan melawannya agar bisa membunuhnya. Pesan Muhammad ini membatalkan segala perjanjian dan sumpah diantara para tetangga, menghancurkan segala prinsip keamaman yang telah dibangun selama ratusan tahun. Setiap tetangga sekarang menjadi korban, dan kekayaan dan anggota keluarganya menjadi milik para pengikut Muhammad.

Apakah Muhammad Teladan yang Patut Dicontoh?

Dalam mengevaluasi sebuah filosofi atau kepercayaan, kita tidak bisa menutup mata akan bagaimana tokoh pendirinya berperilaku. Apakah hasil dari perbuatannya di masa hidupnya? Contoh perbuatan pendirinya ini akan selalu jadi pola pikir, atau teladan, bagi generasi selanjutnya yang mengikuti ajarannya. Orang² yang suka kekerasan dalam Islam radikal mendapatkan contoh yang mereka sukai dari pendiri dan pemimpin Islam, yakni Muhammad. Tidaklah heran bahwasanya radikalisme Islam di Sudan menghasilkan Jihad yang menyerang desa² Kristen di daerah selatan. Sama seperti suku² Aws dan Khazraj, mereka membunuh kaum prianya dan membagi-bagikan kaum wanita kepada Muslim yang ikut dalam Jihad.

Apa yang akan terjadi jika seperempat penduduk dunia menganut ajaran Nazisme dari Hitler? Apakah kita tidak lalu mengamati perbuatan Hitler, mengungkapkan kekejamannya, dan melawan tersebarnya Nazisme yang berbahaya dalam masyarakat sosial? Aku nasehatkan rekan² Muslim untuk merenungkan hal ini. Tuhan menegakkan kebaikan, dan menganugerahkan hak istimewa menjadi keluarga dalam seluruh umat manusia. Apakah Tuhan mencabut hak itu dengan cara membunuh sang pria dan menyerahkan istrinya dan anak² perempuannya ke kelompok agama lain untuk dijadikan budak sex?

Apa yang Diterima Kedua Suku Medina bukanlah Agama tapi Sebuah Rencana Tertentu



Meskipun ditolak oleh berbagai suku Arab lainnya, tawarannya tampak menarik bagi delapan orang wakil kedua suku Medina, yang merupakan suku terkejam dalam sejarah Jahiliyah, atau jaman pra-Islam. Dari tawaran itu, mereka melihat cara untuk bisa cepat kaya, dan iming² budak sex berjumlah besar memenuhi impian mereka yang cabul. Selain itu, mereka juga melihat kesempatan untuk menghilangkan hutang yang mereka miliki dari tetangga² Yahudi mereka. Mereka akan mewarisi emas, rumah, tanah tetangganya, dan lalu mereka bisa menjual anak² tetangga di pasar budak. Terlebih lagi, semua ini dilaksanakan atas nama agama.

Para wakil kedua suku ini melihat tawaran Muhammad bukanlah agama, tapi rencana khusus untuk menaklukkan Arabia. Muhammad sudah siap melaksanakan niatnya ketika hijrah ke Medina untuk memimpin kedua suku itu dalam melaksanakan program pembantaian dan memenuhi hasrat sexual mereka. Setelah mendengar tawaran Muhammad di Mekah, orang² dari kedua suku itu pulang ke Medina dengan rencana tertentu pula, rencana yang sama yang ditawarkan Muhammad kepada suku Bakri dan suku² Arab lainnya. Muhammad mengusulkan bahwa dia menjadi pemimpin kedua suku Medina untuk melaksanakan rencana pembantaiannya.

Mereka berjanji untuk menyampaikan pesan Muhammad kepada masyarakat kedua suku itu – yakni menerima Muhammad sebagai pemimpin mereka, yang berarti pengkhianatan terhadap tetangga² mereka; mengambil uang, istri, dan anak² perempuan; dan memperbudak anak² mereka. Kedelapan orang Medina itu lalu kembali ke kota mereka dan menyampaikan pesan Muhammad. Mereka menerima penawaran Muhammad untuk menjadi pemimpin kedua suku merea, dan bersedia melaksanakan rencananya. Ibn Hisyam, penulis biografi Muhammad, menulis perkataan mereka: “Semoga mereka berkumpul kepadamu. Kami akan datang pada mereka dan meminta mereka tunduk di bawah perintahmu. Jika mereka setuju, maka tak ada orang lain yang lebih mereka pilih daripada kamu.” Penulis biografi lainnya, al-Halabi, juga menulis keterangan yang serupa: “Semoga mereka berkumpul di bawahmu. Jika perkataan mereka bersatu bagimu dan mereka mengikutimu, maka tak ada orang lain lagi yang lebih mereka pilih daripada kamu.” [20]
[20]Ibn Hisham 2, hal. 54; Halabieh 2, hal. 159
Kita lihat dengan jelas bahwa masalah ini bukanlah tentang agama yang diterima secara pribadi, tapi tentang komitmen akan rencana yang isinya telah jelas diketahui, karena Muhammad telah menawarkannya kepada kedua suku itu.

Perjanjian antara Muhammad dan dua suku Medinah disebut sebagai “Perjanjian Aqaba.” Muhammad beruntung ketika kedua suku menerima umpannya, dan secara tak mereka sadari telah diperbudak olehnya.

Program Muhammad menyebar di seluruh dua suku tersebut. Dalam waktu singkat mereka mengirim sebuah delegasi berjumlah dua belas orang untuk berbicara secara resmi bagi kedua suku. Mereka bersumpah untuk membela Muhammad dengan penuh tekad, sama seperti membela anak² mereka sendiri. Mereka meminta Muhammad untuk hijrah ke kota mereka, menunjukkan bahwa kedua suku menerima program Muhammad, yang terdiri dari: Muhammad jadi pemimpin kedua suku dan akan memulai usaha perampokan yang akan membuat kedua suku mendominasi Medinah dengan cara mengenyahkan suku² Yahudi kayaraya yang hidup di kota itu. Setelah itu mereka akan mengobarkan perang melawan suku² Arab di sekitarnya.

Perjanjian antara Muhammad dan kedua suku Arab Medina disebut sebagai “Perjanjian Aqaba.” Biografer Muhammad berkata bahwa dia berkata kepada kedua suku:
“Aku berikrar untuk bersekutu dengan kalian dengan syarat kalian membelaku seperti membela istri² dan anak² lakimu.” Maka mereka pun bersumpah setia pada Muhamad dengan persyaratan itu, dan dia meminta Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Medina.
Muhammad menambahkan lebih banyak persyaratan lagi. Dia harus mempunyai:
“ketaatan kalian di masa senang dan juga masa banyak masalah dan sukar,” kata salah satu biografernya. “Mereka harus setia padanya di hari² senang dan di hari² sukar. Mereka tidak boleh melawannya dan membantah perintahnya.” [21]
[21] Halabieh 2, hal. 162

Ibadah Bin al-Samet عبادة بن الصامت adalah salah satu ketua yang dipilih untuk mewakili kedua suku menghadap Muhammad. Dia berkata:
“Kami bersumpah setia pada Muhammad untuk mendengarnya dengan seksama dan mentaatinya, di saat senang maupun susah, di hari² yang menguntungkan dan yang tak menguntungkan kami.” [22]
[22] Ibn Hisham 2, hal. 73

Ini berarti mereka akan taat pada Muhammad dalam keadaan apapun, tidak peduli mereka suka atau tidak. Muhammad telah mengikat mereka erat². Mereka telah jatuh ke dalam perangkapnya, memakan umpannya, dan mengharapkan free sex, uang jatuh ke tangan mereka.

Muhammad menuntut ketaatan membuta, di mana mereka menyingkirkan hak untuk menentang perbuatanya atau mengajukan keberatan, tidak peduli apakah mereka sangat membencinya. Muhamad menyusun maksud jahatnya atas hasrat mereka menikmati wanita² yang mereka taklukkan, dan menikmati kehidupan mewah yang tak bermoral, bahkan jikalaupun karena itu mereka kehilangan kemerdekaan mereka. Muhammad meletakkan mereka dalam jerat ikatan terjelek yang pernah diterapkan kepada manusia. Bahkan sampai detik ini umat Muslim masih berada dalam jeratan yang sama. Mereka tidak bisa dengan bebas memilih agamanya, dan mereka akan menghadapi ancaman mati jika berani mempertanyakan ajaran Muhammad dan meninggalkannya.

Pengikut Muhammad telah menjadi manusia yang diperalat, yang bisa direndahkannya untuk memperluas kekuasaan dan dominasinya. Dia tidak menghargai mereka, sehingga dia mendorong mereka untuk melakukan perang² bunuh diri. Muhammad menuntut pengorbanan mereka bagi kemenangan dirinya.
Muhammad juga mengancam mereka yang berani berbicara padanya dengan nada tinggi. Dia akan memalingkan muka pada orang itu, tak membalas sapaannya, menghindari pembicaraan dengannya. Lalu dia pun menyuruh umatnya untuk mengasingkan orang ini dengan cara yang sama, sehingga dia semakin terasing dari masyarakatnya sendiri. Muhammad lalu memisahkan orang ini dari istrinya, melarang istrinya melayani atau tinggal di satu atap bersama suaminya. Dia melakukan semua ini untuk menghina orang itu. Setelah itu, Muhammad biasanya berkata pengampunan bagi orang itu telah dinyatakan padanya dari Allah. Dia biasa melakukan hal itu untuk menghina orang yang berani melawannya dan merubah kedudukannya jadi budak hina.

Ketika kita mempelajari nama² para wakil kedua suku yang bersumpah pada Muhammad, kita dapatkan bahwa kebanyakan dari mereka terbunuh dalam perampokan² yang dilakukan Muhammad terhadap desa², kota², dan suku² di Arabia. Biografer Ibn Hisyam menulis hal ini dalam bukunya tentang Muhammad. Ajaran Muhammad telah memperbudak pengikutnya dalam meraih hasrat mendapatkan harta dan sex yang tak lumrah, dan dia membangun kerajaan dan kekuasaannya di atas tubuh para pengikutnya.

Kedua suku terganas Arabia yang memakan umpan Muhamad akhirnya menderita penghinaan dan keterikatan yang terparah.

Ibn Maktum, yang juga disebut Amru, adalah sepupu Khadijah, istri Muhammad yang pertama. Muhammad mengirimnya untuk menemui suku Aws dan Khazraj. [23]
[23] Halabieh 2, hal. 163

Sukar untuk dimengerti bagaimana kedua suku ini bisa menerima Muhammad sebagai ketua mereka, sedangkan hanya delapan orang dari mereka yang pernah bertemu dengannya, itu pun hanya beberapa menit saja. Apalagi mereka ini setuju untuk menerima gerombolan kriminal dari Mekah. Tiada jawaban untuk pertanyaan ini, kecuali merek tergiur akan iming² sex dan harta yang ditawarkan Muhammad.

Kita harus meninjau lebih dalam dari pertemuan singkat dan keputusan terburu-buru ini. Duduk bersama dengan delapan anggota suku dalam waktu singkat tidaklah cukup untuk menanamkan pemikiran² relijius dalam hatimereka. Tapi Muhammad hanya butuh waktu singkat saja untuk mengumumkan rencananya pada mereka untuk membunuhi para tetangga mereka, merampas harta, rumah, tanah, dan kaum wanitanya. Ketika Muhammad mengatakan pada mereka untuk mengkhianati tetangga² dan sekutu² mereka, dia mulai mengarahkan mereka dan membujuk hati mereka.

Dari segi moral, kedua suku Aws dan Khazraj ini serupa seperti gerombolan gang pengikut Muhammad di Mekah. Mereka malas bekerja, dan hidup foya² saja, sambil merasa iri terhadap suku² Yahudi yang beruang dan dihormati orang lain. Melalui rencana Muhammad, mereka punya dalih agama untuk menyerang para Yahudi dan suku² Arab lainnya.

Masyarakat Aws dan Khazraj lainnya tidak mengetahui apakah Islam sebenarnya, karena hanya delapan orang dari mereka saja yang pernah bertemu Muhammad dalam waktu singkat. Meskipun tidak mengenal Islam, tapi mereka mengerti betul tawaran Muhammad. Ketika mereka akhirnya menerima tawaran tersebut, Muhammad mulai meracuni pikiran mereka dan mereka akhirnya harus membayar mahal atas keputusan mereka.

Perjanjian Aqaba ini terkenal karena isinya yang begitu mengikat. Tiada tokoh agama manapun dalam sejarah yang begitu menuntut kelompoknya untuk mengakuinya sebagai pemimpin, padahal orang itu belum pernah hidup bersama mereka dan mereka pun tidak tahu apakah janjinya memang tulus. Meskipun begitu, kedua suku ini percaya saja pada kedelapan rekan mereka. Seluruh suku akhirnya setuju untuk menerima Muhammad sebagai ketua mereka dalam ketaatan yang membuta.

Apa sih yang membuat kedua suku agresif ini bersedia tunduk sedemikian rupa? Apa yang membuat mereka bersedia memenjarakan hati mereka di bawah ikatan dengan orang asing ini? Hal yang membuat mereka sukarela tunduk di bawah Muhammad adalah janjinya pada mereka – barang jarahan perang: para wanita, anak² perempuannya, tanah dan rumah². Impian untuk hidup enak dan cepat menjadi kaya inilah yang membuat mereka tunduk dan terikat pada kepemimpinan Muhammad.

Keterikatan ini merupakan penghinaan yang terbesar yang diterapkan kepada sekelompok masyarakat. Hal ini serupa dengan perjanjian dengan setan yang dilakukan banyak orang di jaman sekarang. Setan mengikat kuat² korbannya, menguasai pikiran dan perilakunya. Dia mencuri keinginan dan kemerdekaan orang itu. Di jaman sekarang pun setiap orang yang percaya pada Muhammad juga mengalami konsekuensi yang serupa. Muslim tidak boleh menolak pemikiran Muhammad. Jika mereka mulai bebas berpikir, maka mereka menghadapi ancaman hukuman, bahkan kematian. Ini semua masih terjadi di berbagai negara Islam.
Keputusan memeluk Islam pada kedua suku dilakukan oleh para ketua suku mereka. Hal ini dilakukan untuk segera melaksanakan program Muhammad dan kondisi Perjanjian Aqaba.

Proses masuknya suku Aws dan Khazraj dalam Islam bukanlah melalui pendekatan pribadi yang meyakinkan setiap orang, tapi keputusan yang ditetapkan oleh para ketua mereka. Muhammad mengiri Mesab bin Amir untuk menemui para ketua suku sebagai bagian dari Perjanjian. Mesab meminta para ketua suku untuk mengajak masyarakat mereka memeluk Islam sebelum Muhammad tiba di Medina.

Begitu para ketua suku memeluk Islam, tidaklah sukar untuk melakukan indoktrinasi pada seluruh masyarakatnya untuk juga memeluk agama yang sama. Semua ini dilakukan tanpa banyak persiapan, pengajaran, atau pertimbangan seksama setiap orang. Menerima Islam merupakan bagian dari persyaratan yang diajukan Muhammad kepada mereka. Masyarakat Aws dan Khazraj menerima Islam tanpa mempelajari doktrin Islam dengan seksama. Kita lihat contohnya pada Saad bin Maath سعد بن معاذ dan Usaid Bin Hutheir اسيد بن حضير, yang merupakan ketua suku Bani al-Ashhal, cabang utama salah satu dari kedua suku. Saad memaksakan Islam kepada masyarakat sukunya ketika keduanya menerima tawaran dan persyaratan Muhammad. Biografer Muhammad menulis:
Saad berdiri dan berkata pada mereka, “Putra² Abed al-Ashhal (al-Asshal adalah kakek moyang suku tersebut), bagaimana kalian memandang perintahku padamu?” Mereka menjawab, “Kau adalah ketua kami, dan kau paling bijak diantara kami, dan perintahmu diberkati.” Dia lalu berkata, “Apa yang kau katakan pada istri² kalian adalah haram dan terlarang sampai kalian percaya pada Allah dan nabinya.” Setelah dia berkata begitu, tiada seorang pun dari suku Bani Abdel Shahal yang tidak menjadi Muslim di malam hari itu. Semua pria dan wanita menjadi Muslim di hari yang sama. [26]
[26] Ibn Hisham 2, hal. 60; Halabieh 2, hal. 171

Kita lihat bahwa orang² itu tidak terdorong untuk sukarela memeluk agama Muhammad. Sebaliknya, yang terjadi adalah keputusan politik yang diambil para ketua suku untuk melaksanakan program yang dirancang Muhammad. Proses menerima Islam terjadi tanpa penundaan atau minat untuk memahami Islam terlebih dahulu. Para ketua memaksakan Islam pada masyarakatnya agar mereka bisa segera meraih impian menjadi kayaraya di Medina dan kota² lain di sekitarnya.
Seperti yang telah disebut sebelumnya, tak lama setelah Muhammad hijrah ke Medina, dia mengusir suku Yahudi Bani Nadir dan merampas uang, rumah, dan harta mereka. Lalu dia mengempung suku Yahudi Bani Qurayza, sampai mereka menyerah padnaya. Dia lalu memancungi para tawanan pria yang berusia 10 tahun ke atas. Setelah itu dia membagi-bagikan rumah, ladang, wanita dan anak²nya kepada para Muslim.

Contoh dari Muhammad ini ditiru para Muslim seluruh dunia sepanjang sejarah. Islam berkembang secara paksa ke berbagai masyarakat yang sebenarnya tidak mengetahui isi dan sejarah Islam.

Tujuan utama Qur’an adalah memaksa seluruh dunia memeluk Islam melalui penghinaan dan ancaman pedang, dan membunuhi semua orang yang menolak Islam.
Setelah Muhammad mati, suku² yang dipaksa Muhammad masuk Islam melalui ancaman pedang dengan segera meninggalkan Islam dan memperbolehkan siapapun memilih kepercayaan sendiri. Tapi pemberontakan mereka tak berlangsung lama. Abu Bakar, kalifah pertama Islam, mengobarkan perang terhadap para pemberontak, menundukkan mereka di bawah Islam dan membunuhi siapapun yang menolak  Islam. Dia melakukan ini berdasarkan Qur’an yang memerintahkan semua Muslim memerangi semua orang yang tidak percaya akan ajaran Muhammad. Qur’an memerintahkan Muslim untuk memerangi kafir. Qur’an, Sura 8, ayat 39 berbunyi: “perangi mereka, sampai tiada fitnah, sampai satu²nya agama adalah agama Allah.” Ayat lain, yakni Q 9:12 berkata: “perangi para pemimpin kekafiran sampai mereka dibasmi.” Q 9:36 memerintahkan Muslim harus “memerangi semua kaum musyrikin.” Sudah jelas bahwa Qur’an menyuruh Mulsim untuk memerangi seluruh non-Muslim. Jika mereka tak mau menerima Islam, Allah dengan girang hati menyuruh Muslim menghabisi mereka, karena tujuan Jihad adalah agar seluruh dunia tunduk di bawah Islam.

Para pengikut Muhammad lalu mempraktekkan ayat² ini. Setelah merekan mengalahkan para pemberontak di Arabia, mereka lalu mengobarkan perang di seluruh Timur Tengah sampai semua negara² di situ tunduk di bawah Islam. Jika orang² tidak bersedia memeluk Islam, maka mereka dibunuh dengan pedang. Di beberapa negara di Afrika Utara, para penduduk menghadapi ancaman kematian jika mereka tidak menerima Islam. Karena itulah, banyak dari mereka yang mati sebagai martir. Di negara lain seperti Syria, Palestina, Mesir, dan Yordania, Muslim menerapkan pajak paksa yang berat, Jizya جزية, bagi mereka yang tak mau memeluk Islam. Pajak ini harus dibayar umat Yahudi dan Kristen yang hidup di bawah kekuasaan Islam.
Q 9:29
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
Menurut Qur’an, Jizya yang dibayar oleh umat Kristen dan Yahudi termasuk juga penghinaan. Contohnya, para Muslim yang melakukan perintah ini di abad ke-7 M, menerima Jizya dari umat Kristen sambil meludahi wajah mereka. Seringkali mereka juga memukuli umat Kristen saat membayar Jizya. Mereka tidak punya toleransi terhadap agama Kristen atau Yahudi. Daripada membunuh mereka dengan cepat, umat Muslim memaksa mereka membayar dengan penuh hinaan. Semua ini dilakukan agar mereka berubah pikiran dan akhirnya memeluk Islam.

Para kakek moyang dari kebanyakan umat Muslim di Timur Tengah dahulu bergama Kristen dan mereka membayar pajak Jizya yang berat dan menerima banyak hinaan. Karena tak kuat, akhirnya mereka memeluk Islam, meskipun tidak yakin akan doktrinnya. Sampai hari ini pun para keturunannya tetap tak mampu melepaskan diri dari kekangan Islam. Mereka masih terus membayar harga yang mahal yang dulu dibayar oleh kakek moyang mereka. Hal ini karena umat Muslim harus membayar dengan nyawa dan darah mereka jika mereka berani meninggalkan Islam.

Ritual Pagan dari Kedua Suku Arab Medina menjadi Ritual Utama Islam

Apakah kau pernah bertanya mengapa Muslim beribadah di hari Jum’at, sedangkan umat Yahudi di hari Sabtu, dan Kristen di hari Minggu? Jawabnya mungkin akan mencengangkanmu. Ketika Muhammad hijrah dari Mekah ke Medinah, dia harus berurusan dengan suku Aws dan Khazraj, yang enggan meninggalkan ritual pagan mereka. Karena itu, Muhammad lalu memasukkan ritual pagan tersebut ke dalam Islam. Salah satu dari ritual pagan tersebut adalah sembahyang bersama di hari Jum’at. Mereka menyebut hari tersebut sebagai “Urubah,” dan artinya serupa dengan hari Jum’at. Ibn Abbas, sepupu Muhammad, berkata:
Kaum Ansar, gelar bagi kedua suku, berkata, “Terdapat hari bagi umat Yahudi untuk berkumpul sekali setiap tujuh hari dan bagi umat Kristen untuk berkumpul sekali setiap minggu. Maka, mari kita buat hari untuk bertemu dan memanggil orang dalam nama Allah dan sembahyang.” Lalu mereka menyebut hari itu Urubah. [27]
[27] Halabieh 2, hal. 168 dan 169

Mereka memilih hari kumpul pagan yang sama sebelum mereka menjadi Muslim. Di hari itulah mereka menyembah berhala² mereka. Sebelum Muhammad hijrah, kedua suku mengirim orang untuk meminta izin menggunakan hari kumpul pagan Urubah untuk sembahyang bersama. Muhammad mengijinkannya, [28] dan  hari itu lalu menjadi hari suci bagi umat Muslim. Kejadian ini menunjukkan bahwa di awal² tahun Islam, Muhammad tidak punya ritual ibadah yang tetap bagi umatnya. Tujuan utamanya memang hanya untuk memuaskan suku² Arab, sehingga mereka diperbolehkan untuk tetap melakukan ibadah ritual lama mereka.
[28] Halabieh 2, hal. 169

Hari Jum’at merupakan nama yang diciptakan oleh Kaab bin Luay, salah satu ketua suku Medinah. Dalam bahasa Arab, Jum’at berarti “bertemu” atau “berkumpul.” Bagi orang² Arab pagan, Jum’at disebut sebagai Urubah, yang artinya adalah “pengampunan.” [29] Di hari Jum’at inilah kedua suku berkumpul sebelum Muhammad hijrah ke Medinah. [30]
[29] Halabieh 2, hal. 169
[30] Ibn Hisham 2, hal. 58

Muhammad malah mengikuti ritual pagan kedua suku, jika ritual mereka bertentangan dengan ritual Islam

Kedua suku tidak hanya menerapkan hari kumpul pagan mereka kepada agama Muhammad, tapi mereka juga menetapkan ke arah mana mereka berkiblat saat sembahyang. Sebelum bersekutu dengan suku Aws dan Khazraj, Muhammad berkiblat ke Yerusalem seperti orang Yahudi ketika sembahyang, tapi kedua suku ini tidak setuju dengan arah kiblat Muhammad. Kaab bin Malik berkata:
Kami melakukan ziarah dengan orang² kami yang pagan. Ketua kami, Albraa bin Maarur, ada  bersama kami. Ketika kami meninggalkan Medinah, Albraa berkata, “Oh, aku punya pendapat, tapi aku tak tahu apakah kalian akan setuju denganku atau tidak.” Kami bertanya, “Apa pendapatmu?” Dia berkata, “Aku berkeputusan untuk tidak sholat dengan membelakangi Ka’bah, tapi aku aku akan sholat menghadap Ka’bah.” Kami berkata, “Dalam nama Allah, kami dengar bahwa nabi kita selalu sholat menghadap Damaskus (artinya kuil Yerusalem), dan kami tak mau bertentangan dengannya dalam hal ini.” Kata Albraa,”Aku akan sholat menghadap Ka’bah.” Maka ketika waktu sholat tiba, kami bersholat menghadap Damaskus dengan Ka’bah di belakang kami, sedangkan Albraa sholat menghadap Ka’bah dengan Damaskus di belakangnya. [31]
[31] Ibn Hisham 2, hal. 60 –61; Halabieh 2, hal. 172

Di sini kita ketahui bahwa sebelum Muhammad bersekutu dengan suku Aws dan Khazraj, baginya Ka’bah bukanlah bangunan yang lebih superior dibandingkan Kuil Yerusalem yang dikiranya masih ada di sana. Jika dia benar² percaya bahwa Abraham ingin mengorbankan Ishmael di atas Hajar Aswad di Mekah, mengapa dia tidak menganggap penting Ka’bah sampai para ketua Aws dan Khazraj memaksakan arah kiblat ke Ka’bah itu padanya?

Kesimpulan ain yang bisa kita dapat dari kejadian ini adalah perbedaan ritual pagan Aws dan Khazraj dari Medina. Mereka lebih memilih untuk tetap melakukan ritual mereka daripada ritual Muhammad, dan ketua mereka tak peduli dengan apa yang Muhammad praktekkan. Seperti yang kita lihat dalam kasus Albraa bin Maarur, mereka memiliki ritual mereka sendiri yang mereka warisi dari kakek moyang mereka, seperti sembahyang bersama di hari Jum’at, dan kiblat menghadap Mekah di mana kedua patung Isaf dan Naila berada. Mereka juga melakukan ibadah haji di bukit Safa dan Marwa di mana duplikat patung Isaf dan Naila diletakkan. Muhammad ingin membuat koneksi dengan agama Yahudi tapi para Arab pagan tidak bersedia meninggalkan ritual pagan mereka. Meskipun mereka menerima program Muhammad untuk jarah harta dan budak sex, tapi mereka tetap melaksanakan ritual ibadah pagan. Mereka menerima Muhammad untuk memperbaiki keadaan materi dan sexual dari suku² yang mereka taklukkan. Albraa bin Maarur tidak peduli akan kebiasaan kiblat Muhammad, dan dia tetap sholat menghadap Mekah.

Muhammad meninggalkan kebiasaan ibadahnya dan menyesuaikan diri dengan ibadah pagan Aws dan Khazraj. Dia juga bersedia melakukan sembahyang bersama di hari Jum’at, mengitari Safa dan Marwa, seperti yang biasa dilakukan orang² Aws dan Khazraj saat ibadah haji. Banyak Muslim yang tidak bersedia dengan ritual haji pagan ini. Uns bin Malik berkata:
Asim telah mengatakan pada kami,”Aku berkata pada Uns bin Malik, ‘Kau kan dulu tidak suka untuk berjalan ibadah haji antara Safa dan Marwa.’ Dia menjawab, ‘Ya,’ karena itu adalah ritual pagan Jahiliyah. Allah mengilhami Muhammad untuk melafalkan ayat Qur’an yang berkata, ‘Safa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya,” mengutip Q 2:158. [32]
[32] Bukhari, 2, hal. 171

Ayat Q 2:158 ini menyenangkan orang² Aws dan Khazraj. Muhammad juga menyenangkan hati mereka dengan mengubah arah kiblat dari Yerusalem ke Mekah. Dengan cepat Muhammad menyesuaikan ritual² Islam untuk memuaskan orang² kedua suku itu, tapi dia melakukannya dengan ayat² Qur’an agar tampaknya Allah sendiri yang menetapkan perubahan itu.

Muhammad menerapkan kebiasaan dan ritual Aws dan Khazraj dengan alasan Allah telah memujinya.

Kita baca dalam biografi Muhammad:
Allah mengilhami ayat Qur’an yang berbunyi, “Manusia suka membersihkan tubuh mereka.” Lalu Muhammad memanggil umatnya dan bertanya, “Pembersihan tubuh apa sih yang membuat Allah memuji kalian?” Mereka berkata, “Wahail nabi Allah, tiada seorang pun dari kami, baik wanita maupun lelaki, mengosongkan usus atau buang hajat tanpa melakukan membersihkan diri secara menyeluruh.” Muhammad menjawab, “Itu dia.” [33]
[33] Halabieh 2, hal. 238

Muhammad mengetahui bahwa kedua suku Arab Medina ini punya kebiasaan khusus, yakni membersihkan diri dengan batu, setelah buang hajat. Maka dia bertanya pada mereka secara detail tentang kebiasaan ini. Setelah itu dia memasukkan kebiasaan itu sebagai bagian dari hukum Islam.

Hal ini menunjukkan bahwa Muhammad ingin meniru kebiasaan kedua suku itu, tapi dia berusaha membuatnya seakan-akan Allah sendiri yang memerintahkannya. Muhammad ingin kedua suku melanjutkan kebiasaan mereka, tapi dengan alasan bahwa Allah suka akan kebiasaan mereka dan memujinya. Setelah itu Muhammad menerapkan kebiasaan kedua suku ini pada seluruh umat Muslim. Kita baca di biografi Muhammad: “Sudah menjadi sifat nabi Allah untuk membuat hukum bagi negaranya agar mereka membersihakn diri dengan batu setelah buang hajat.” [34] Akan tetapi manusia berbudaya tinggi, seperti orang² Byzantium di jaman Muhammad, terbiasa membersihkan diri dengan cara yang lebih sehat daripada memakai bebatuan di padang pasir. Batu seringkali tercemar dengan kuman dan cacing² yang dapat dengan mudah masuk ke tubuh melalui cara pembersihan diri primitif ini.
[34] Halabieh 2, hal. 239
Ketika Muhammad masuk ke Medina, dia menyampaikan khotbah yang menekankan tekadnya untuk segera melaksanakan perjanjiannya dengan para ketua kedua suku Aws dan Khazraj. Dia berkata, “Aku diperintahkan untuk membuat Medina memakan kota² lain,” yang berarti mengalahkan kota² lain, merampas hartanya, dan menculik para wanitanya. [35] Tanpa ragu lagi, ketika Muhammad tiba di Medina, dia dengan cepat melaksanakan programnya. Dia langsung ditunjuk sebagai ketua kedua suku Arab Medina. Muhammad tidak dapat masuk ke kota Medina tanpa mengulang-ulang ajakannya untuk mengangkat senjata. Hal ini serupa seperti orang yang ditunjuk menjadi seorang presiden karena agenda yang dirancangnya. Pengumuman pertamanya terpusat pada tekadnya untuk melaksanakan programnya yang telah membuatnya berkuasa. Maka ketika Muhammad tiba di Mekah, dia tidak berkhotbah dengan penuh pesan agama, tapi dia mengulang kembali janjinya bagi suku Aws dan Khazraj. Tiada pesan lain yang lebih menggembirakan kedua suku Medina tersebut.
[35] Halabieh 2, hal. 240

Muhammad diterima langsung sebagai pemimpin suku Aws dan Khazraj tanpa analisa terlebih dahulu terhadap doktrin agamanya. Malah sebenarnya, kedua suku tersebut sangat berbeda dan hanya memiliki kesamaan hasrat untuk menaklukkan suku² sekitarnya dan menikmati para wanitanya. Jika saja dia datang dengan khotbah² agama dan belas kasihan, tiada seorang pun yang akan menerimanya. Untanya akan terus menggelandang di kota itu bersama Abu Bakar, asistennya. Hal yang serupa juga terjadi di Mekah ketika Abu Bakr mempromosikan pernyataan Muhammad bahwa dia itu nabi. Hanya sedikit yang tertarik pada ajarannya. Nabash bin Zarareh bin Wakdan, suami Khadijah, mengalami penglihatan berjumpa dengan seorang jin: jin muncul di hadapan Nabash dalam bentuk orangtua untuk memberinya keterangan. [36] Abu Bakr adalah pengikut Muhammad yang terpenting dan teman dekat Khadijah. Dia percaya akan penjelasan Khadijah bahwa Muhammad itu adalah seorang nabi.
[36] Ibn Darid, Al-Ishtiqaq, hal. 88 and 89

Ketika Muhammad mengubah pesannya dari persan relijius ke pesan “memakan desa²,” dia mendapatkan pengikut yang memang mencari kegiatan² rendah seperti itu. Mereka adalah orang² yang iri dengan masyarakat Mekah dan harta mereka. Kelompok ini melihat Muhammad sebagai orang yang dapat mewujudkan angan² mereka dengan suara yang berani di bawah agama baru.
Dengan begitu, ketika Muhammad tiba di Medinah, tak ada hal yang lebih menyenangkan kedua suku Arab Medina kecuali perkataan tentang program dan janjinya dulu.

 


Back to Index


Diterjemahkan oleh Adadeh & Podrock : Netter FFI Indonesia dan dikutip dari FFI Indonesia

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money