Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 16, 2011

Islam: In The LIght Of History : VI-3

Islam : In the Ligth Of History
Islam: Ditinjau dari Pengamatan Sejarah
Oleh Dr. Rafat Amari


diterjemahkan oleh Adadeh, Netter FFI Indonesia.

Islam: In The LIght Of History : VI-3

Bagaimanakah Kita Menilai Moral Muhammad?

Muhammad secara terang²an menawarkan sex sebagai suap bagi Aws dan Khazraj
Usaha penyerangan pertama Muhammad terjadi ketika dia mengunjungi suatu suku untuk mengajukan tawarannya dan untuk mengetahui apakah mereka bersedia menerimanya atau tidak. Ketika dia tiba di tempat tinggal mereka, dia menemukan para wanita di situ. Dia menculik para wanita itu ke Medina, dan dia memberi perintah pada umat Muslim Medina untuk menikmati free sex dengan para wanita tersebut. [37] Dia melakukan ini untuk meyakinkan kedua suku Arab Medina bahwa dia benar² akan mewujudkan apa yang dijanjikannya, yang merupakan bagian dari perjanjian antara dia dan mereka.
Di manakah semua ini terjadi? Thaniat al-Wada’a terletak di luar kota Medina. Biografer Muhamad menjelaskan bahwa daerah ini dipakai Muhammad untuk melakukan percabulan. Buku Halabiyah berkata:
Ketika para sahabat Muhammad kembali ke Thaniat al-Wada’a dari Khaybar, mereka memanggil para wanita yang telah mereka setubuhi secara bebas dulu di Khaybar. [38]
Al-Wada’a adalah tempat tersendiri untuk melakukan hubungan sex dengan para wanita yang diculik dalam usaha penyerangan yang dilakukan Muslim bersama Muhammad. Muhammad mendorong sikap amoral dalam skala besar sampai pada lingkup di mana para wanita seluruh kota diseret ke sana untuk melayani kebutuhan sexual umat Muslim. Aku tanya sekarang, “Di sepanjang sejarah, agama manakah, selain agama Muhammad, yang didirikan di atas kegemaran sexual?? Sex merupakan karakteristik unik dari agama Muhammad. Para anthropologis mengatakan bahwa perbuatan free sex dan orgy (pesta sex) seperti ini seringkali dilakukan oleh pengikut berbagai sekte/aliran sesat yang terang²an menyembah setan. Umat Muslim seharusnya menyadari bahwa Tuhan yang sejati tentu membenci dosa dan sikap amoral. Kecabulan dan kerendahan akhlak yang diterapkan Muhammad untuk membangun agamanya menempatkan Islam sebagai kepercayaan yang sama rendah dengan kepercayaan klenik yang juga mempraktekkan perbuatan cabul tersebut.
Muhammad menanamkan kebencian dalam hati Muslim untuk bersiap melakukan Jihad terhadap seluruh non-Muslim, bahkan termasuk anggota keluarga mereka sendiri.

Setelah hijrah ke Medina, Muhammad mempersiapkan umatnya untuk melakukan Jihad. Muslim tidak diperbolehkan tinggal di daerah non-Muslim. [39] Dia menyuruh Muslim Mekah untuk berhijrah ke Medina, meninggalkan anak istri mereka yang non-Muslim. Tujuan hal ini adalah untuk memisahkan umat Muslim dari masyarakat non-Muslim mereka, agar Muhammad bisa lebih mudah mengontrol umatnya. Sebagai alat di tangannya, Muhammad dengan mudah memerintahkan mereka untuk melakukan perang dan perampokan yang telah direncanakannya terhadap seluruh kota² dan suku² Arabia.
Muhammad tidak memandang sebelahmata hubungan kekeluargaan, dan dia memerintahkan umatnya untuk tidak menunjukkan kebaikan terhadap anggota keluarga non-Muslim mereka. Dia mengatakan itu di Qur’an, Sura al-Mujadilah (58), ayat 22:
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.
Di Qur’an, Sura at-Taubah (9), ayat 23 dan 24, Muhammad berkata:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Melalui ayat² ini Muhammad menerapkan dasar bagi umatnya untuk bersikap memusuhi anggota keluarga mereka sendiri. Hal ini dilakukannya agar umatnya siap melakukan Jihad melawan anggota² keluarga mereka yang tinggal di Mekah dan menolak menjadi Muslim. Di ayat 24, dia mengajarkan bahwa umat Muslim harus lebih mencintai Jihad daripada mencintai sanak keluarga mereka. Setelah Muhammad menanamkan kebencian di hati umatnya terhadap para bapak, saudara laki, istri, dll, dia menambahkan ayat pembunuhan dalam Qur’an, Sura at-Taubah, ayat 123:

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang berhubungan denganmu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Kata Arab untuk kata “berhubungan denganmu” dalam ayat ini adalah “Yalunakum.” Berdasarkan penafsir Qur’an, kata Yalunakum ini berarti “mereka dalam keluargamu yang dekat hubungannya denganmu, seperti bapak, anak laki, saudara laki, dan sepupu laki.” Al-Sabuni, penafsir Qur’an modern, memberi komentar tentang ayat di atas sebagai berikut:

Mereka harus memulai peperangan dengan anggota keluarga terdekat sampai mereka mencapai orang² yang lebih jauh hubungannya dengan mereka. [40]
Setelah Muhammad melarang menunjukkan kebaikan kepada ayah dan anggota keluarga di Q 9:23-24, dia melangkah lagi ke hal yang lebih buruk. Di ayat 123 tertulis bahwa Muhammad memerintahkan pembantaian ayah dan sanak keluarga yang tidak mau menjadi Muslim.

Bapak kafir dibunuh anak lakinya yang Muslim, dan Muhammad melarangnya untuk menunjukkan sikap menyesal atau sedih.

Setelah Muhammad mempersiapkan umatnya untuk membenci dan memerangi anggota keluarga mereka yang kafir, dia lalu mempimpin umatnya untuk mengungkapkan kebencian yang paling hebat yang pernah dicatat dalam sejarah manusia. Muhammad memimpin umatnya untuk menyerang kafilah² dagang Mekah, merampok harta bendanya, dan membunuh para pemimpinnya. Ketika masyarakat Mekah mengetahui kekayaan kota mareka dirampok oleh Muhammad dan umatnya, mereka berusaha mempertahankan apa yang menjadi milik mereka. Lalu Muhammad menyuruh umatnya untuk memerangi pasukan Mekah yang mencoba mempertahankan kafilahnya.

Tapi kemudian Muhammad melihat bahwa banyak dari pasukan Mekah yang merupakan ayah dari para umatnya. Muhammad lalu memerintahkan umat Muslim untuk berperang melawan ayah mereka sendiri. Dia tahu bahwa para bapak itu tidak akan tega membunuh putra mereka, meskipun putra mereka telah menjadi pengikut Muhammad dan mengancam keamanan perdagangan kota mereka. Justru karena itulah dia memilih umat Muslim Mekah untuk memerangi bapak mereka sendiri. Akibatnya, banyak bapak kafir yang terbunuh putra Muslim mereka sendiri. Di perang Uhud, Abu Ubaidah bin al-Jarrah membunuh ayahnya sendiri, dan dia lalu menjadi salah seorang pemimpin pasukan Islam.

Muhammad tidak hanya menyuruh Muslim membunuh bapak kafir mereka sendiri, tapi juga melarang Muslim untuk menunjukkan sikap sedih dan menyesal atas kematian bapak mereka. Abi Hudaifah ابي حذيفة membunuh ayahnya dalam penyerangan. Setelah itu, Muhammad mulai membuangi mayat² kafir ke dalam sumur. Abi Hudaifah melihat mayat ayahnya yang dibunuhnya, dibuang ke dalam sumur. Ketika Muhammad melihat raut wajahnya, dia berkata pada Abi Hudaifah, “Tampaknya kamu berperasaan tertentu pada ayahmu?” [41] Abi Hudaifah mengerti bahwa jika dia menunjukkan kesedihan, maka Muhammad akan marah padanya. Maka dia berkata, “Aku tidak berdukacita atas ayahku. Tapi demi Allah aku tahu ayahku adalah orang yang baik, murah hati dan disenangi. Aku berharap dia seharusnya menjadi Muslim.” [42]. Sekarang aku bertanya pada teman Muslim, “Apakah anak laki yang membunuh bapaknya sendiri itu melakukan perbuatan yang benar?” Anak laki itu mengakui kebaikan sifat ayahnya. Bukankah sifat yang baik, murah hati, dan disenangi menunjukkan bahwa kedudukan akhlak ayah itu lebih tinggi daripada putranya yang membunuhnya dan orang yang memerintahkan putra itu untuk membunuh bapaknya? Tiada sejarah apapun yang bisa menyamai kekejaman seperti ini!
Keterangan tambahan:
HALAL BUNUH BAPAK SENDIRI YANG MENOLAK ISLAM (Q9:24)

 


Back to Index


Diterjemahkan oleh Adadeh & Podrock : Netter FFI Indonesia dan dikutip dari FFI Indonesia

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money