Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 16, 2011

Islam: In The LIght Of History : VI-4

<h1>Islam : In the Ligth Of History</h1>

Islam: Ditinjau dari Pengamatan Sejarah
Oleh Dr. Rafat Amari


diterjemahkan oleh Adadeh, Netter FFI Indonesia.

Bagian VI - 4.

Islam adalah Agama Jin Arab yang Baru

Kekuatan Gaib di Belakang Kekejian Muhammad dan Umatnya

Perbuatan Muslim yang mengkhianati kawan² dan saudara² di rumah mereka sendiri atas perintah Muhammad merupakan perbuatan keji yang tak terperikan. Merekrut seorang Muslim untuk membunuh bapak sendiri merupakan perbuatan terkutuk, dan hanya setan saja yang bisa mengeluarkan perintah seperti  itu. Apakah yang mendorong perbuatan rendah akhlak seperti ini? Penelitian akan kebangkitan Islam menunjukkan bahwa di belakang Muhammad terdapat kekuatan gaib dari agama Jin Arab. Para setan dan jin Arab menulis puisi dan prosa berirama untuk mempengaruhi orang² Arab. Karena orang² Arab menyukai puisi dan sentimentalitas, maka mereka mudah terpengaruh. Para setan diketahui suka menyuarakan tangisan dalam bentuk puisi, dan ini dikenal dengan istilah Hawatif, yang bisa didengar oleh orang² yang mempraktekkan perdukunan dan berhubungan dengan para setan dan jin. Setelah Muhammad hijrah ke Medina, para jin dan setan melafalkan berbagai Hawatif yang memuji para ketua kedua suku Aws dan Khazraj yang telah membuat perjanjian dengan Muhammad. [44]
[44] Halabieh 2, hal. 229
Hawatif, hasil karya para jin dan setan, dilafalkan untuk memuji dan mendorong para ketua suku seperti Muhammad dan Sa’d bin Maath dari suku Aws, dan Sa’d bin Ubaidah dari suku Khazraj. [45]
[45] Halabieh 2, hal. 229

Hal lain yang menunjukkan hubungan antara Muhammad dengan para Kahin (dukun² Arab) adalah karena Muhammad terus saja berkonsultasi dengan mereka dan agama Jin Arab, meskipun dia telah mengaku sebagai nabi. Salah satu kahin bernama Saf bin Sayyad yang berkata, "Setannya telah memberinya keterangan tentang rahasia² terselubung dan berita² dunia.” [46] Dia seringkali meramal masa depan melalui bisikan setannya. Sayyad mengaku sebagai nabi Allah, sama seperti yang dilakukan berbagai kahin di jaman Muhammad. [47] Buku² biografi Muhammad melaporkan bahwa Muhammad kembali ke kahin ini untuk mendapatkan nasehat. Dikatakan bahwa Muhammad mencari terus sampai akhirnya dia menemukan Saf bin Sayyad agar bisa berkonsultasi dengannya. [48] Hal ini menunjukkan bahwa Muhammad mencari petunjuk dari pak dukun Saf bin Sayyad, dan bahwa Muhammad tahu betul bahwa Sayyad memiliki seorang setan yang suka membisikinya. [49] Hal ini menunjukkan besarnya ketergantungan Muhammad pada para dukun agama Jin Arab dalam mencari petunjuk. Al-Bukhari melaporkan bahwa Muhammad dan umatnya membayar Saf bin Sayyad ketika menemuinya.
[46] Sahih al-Bukhari, 7:113,114, 215 ; al-Raud al-anf 1, hal. 137
[47] Al-Bukhari 7, hal. 113,114; al-Raud al-anf, 1, hal. 137; Kata Pengantar untuk Ibn Khaldun 1, hal. 95
[48] Al-Bukhari 7, hal. 113,114; Zad al- Muslim 2, hal. 104
[49] al-Raud al-anf, 1, hal. 135

Agama Jin Arab menggunakan Monotheisme untuk Menentang Agama Kristen

Di jaman Muhammad, banyak kahin agama Jin Arab yang mengaku sebagai nabi Allah. Mereka mencari cara untuk menentang agama Kristen. Sebagian dari mereka lalu mempromosikan “slogan² monotheisme” yang bertolak-belakang dengan monotheisme dari Alkitab, yang telah menjadi ancaman bagi agama mereka. Monotheisme agama Jin berdasarkan pada Allah, yang dikenal di Arabia sebagai bintang terbesar yang muncul di paruh ketiga setiap malam. Muhammad juga berkata, “Tuhan kami muncul di horison langit di paruh ketiga setiap malam.” [50] Sekarang kita ketahui bahwa bintang yang dimaksud itu adalah planet Venus. Dari keterangan ini diketahui bahwa agama Jin Arab menyerap pemujaan bintang untuk menentang monotheisme Alkitab. Jin menjadi agen penting dalam melayani Allah. Konsep jin-setan sebagai pembantu Allah yang berguna ditemukan di berbagai Sura dan ayat² Qur’an.
[50] Sahih al-Bukhari, 2, hal. 47

Para kahin yang mengaku sebagai nabi ternyata saling mendukung satu sama lain. Setelah berkonsultasi dengan Saf bin Sayyah, Muhammad bertanya padanya apakah Saf percaya dirinya (Muhammad) adalah seorang nabi, dan Saf menjawab “ya.” Lalu Saf bin Sayyah bertanya pada Muhammad apakah dia percaya bahwa Saf bin Sayyad adalah seorang nabi Allah. Muhammad menjawab, “Aku percaya pada Allah dan nabi²nya,” dan jawaban ini berarti Muhammad mengakui Saf bin Sayyad sebagai salah satu nabi Allah. [51] Umar bin al-Khattab, yang nantinya menjadi Kalifah kedua Islam, meminta ijin pada Muhammad agar dia bisa memukul leher Saf bin Sayyah karena telah mengaku sebagai nabi Allah, sama seperti Muhammad. Tapi Muhammad menjawab Umar, “Jika dia adalah nabi Allah, kau tak berkuasa atasnya.” [52] Jawaban Muhammad ini menunjukkan bahwa dia menghormati Saf bin Sayyad. Dia percaya pada kemungkinan bahwa Saf bin Sayyad adalah nabi Allah, dan memperingatkan Umar untuk tidak menyakitinya. Hal ini juga menunjukkan bahwa Muhammad, yang awalnya mengakui sebagai nabi, percaya pada jenis monothesime yang dipraktekkan oleh Saf bin Sayyad, yang menganut agam Jin Arab. Agama Jin Arab ini menampilkan berbagai kahin sebagai nabi yang mengajarkan monotheisme versi mereka sendiri. Dukungan Muhammad pada para kahin menunjukkan bahwa Muhammad merupakan salah satu nabi agama Jin yang mengakui monotheisme versi mereka.
[51] Sahih al-Bukhari, 7, hal. 113, 215
[52] Sahih al-Bukhari, 7, hal. 114

Para Kahin Mendukung Muhammad dan Mempromosikan Islam

Buku² biografi Muhammad melaporkan sebagai berikut: “Sebagian kahin Arab memiliki pengaruh dan peranan penting dalam mempersiapkan suku² mereka untuk menerima Islam.” [53] Diantara para kahin utama yang mendukung Muhammad adalah kahin jin-setan Khatir bin Malik. Dialah dukun paling terkenal dari suku Bani Lahib. [54] Dukun/kahin lain yang sama berbahayanya dan juga mendukung Muhammad adalah Satih. [55] Al-Halabiyah melaporkan, “Satih adalah salah satu ketua para kahin, yang merupakan orang berpengetahuan luas tentang perdukunan dan imamat Jin.” [56]
[53] Al Raud al-anf 1, hal. 137; Al-Nuwayri, Nihayat al-arab fi funun al-adab, 3; hal. 124 ; Tashkibri Zadeh, Miftah Al Saadeh 1, hal. 113; Subuh Al Aasha 1, hal. 398
[54] Halabieh 1, hal. 139
[55] Al Raud Al-anf 1, hal. 18
[56] Halabieh I, hal. 122

Kahin lain yang juga mendukung Muhammad adalah Swad bin Kharib al-Dusi, yang merupakan kahin terkenal di Arabia. Dia memiliki seekor setan yang sering muncul di hadapannya, dan dia terkenal pandai meramal masa depan, melalui bantuan dari setannya. Orang² Arab terbiasa menguji setan seorang kahin sebelum konsultasi pada sang kahin. Orang yang menguji akan mengajukan sebuah teka-teki atau kata rahasia, dan orang ini akan bertanya apakah sang dukun tahu teka-teki atau kata rahasia tersebut. Dukun lalu menanyakan jawabannya pada setannya. Swad dengan seketika bisa menebak dengan tepat teka-teki atau kata rahasia tersebut. [57] Kita bisa melihat dengan mudah bahwa para kahin/dukun, melalui setan² mereka, merupakan agen² yang mempromosikan pengakuan Muhammad. [58]
[57] Al Raud al-anf 1, hal. 139 ; Nuzhat al-Jalis 1, hal. 177
[58] Ibn Hisham 1, hal. 166

Setelah Muhammad hijrah ke Medina, banyak kahin yang bergabung dan berperang bersamanya. Mereka mengikutinya dalam berbagai peperangan dengan suku² Arab, dan mencoba mengajak orang² untuk memeluk Islam. Diantara para kahin yang berjuang bersama Muhammad adalah Amru bin al-'hamiq عمرو بن  الحمق . [59] Hal ini menunjukkan pentingnya para pengantu agama Jin Arab untuk bergabung bersama Muhammad, sebagai wakil sukses agama mereka dalam melawan agama Kristen dengan cara menyebarkan versi monotheisme yang berbasis pada Allah.
[59] Ibn Darid, Al-Ishtiqaq, hal. 279; Ibn Hajar, al-Isaabah 2, hal. 526

Agama Jin Arab Bersatu dengan agama Islam Muhammad menjadi Agama Klenik Arab yang Baru

Di masa lalu, agama Jin Arab menyebut berbagai dukun/kahin mereka sebagai nabi² Allah. Tapi karena suksesnya penyerangan militer yang dilakukan Muhammad untuk menundukkan suku² Arab di bawah Islam, maka para penganut agama Jin lalu mengganti strategi mereka dengan cara menyatukan seluruh usaha dan kegiatan mereka di bawah komando Muhammad. Hal ini ditunjukkan dalam berbagai kejadian. Contohnya, literatur Islam kuno menyebut tentang seorang kahin terkenal bernama Khanafer Bin al-Taua'm al-Humeiri خنافر بن التوأم الحميرى. Dia adalah ketua masyarakatnya, sangat kaya, dan bertubuh kuat. Utusan² dari Yaman menghadap Muhammad karena ancaman² Muhammad pada mereka. Serangan² yang dilancarkan Muhammad terhadap mereka dan tekanan untuk memeluk Islam membuat hidup mereka jadi sulit. Setiap tahun, mereka harus membayar Jizyah, uang keamanan dari ancaman Islam, dengan jumlah besar. Istri² dan anak² perempuan mereka dijadikan budak sex, dan ancaman kematian dihadapkan pada anak² laki mereka yang berusia lebih dari sepuluh tahun. Kahin al-Humeiri datang bersama masyarakatnya dan berkemah di sebuah bukti. Dia lalu bergabung bersama ketua suku lain bernama Jodan Bin Yahya al-Ferthami جودان ابن يحي الفيرضمي, untuk melawan Muhammad. Tapi setan piaraannya, Shassar, datang padanya dan memerintahkannya untuk memeluk Islam. [60]
[60] Ibn Hajar, al-Isaabah 1, hal. 456; Taj Al Arus 3, hal. 192; Al- Amali, ditulis oleh Al Khali 1, hal. 134
Agama Jin berperan sangat penting dalam mendukung Muhammad, termasuk dukungan dari para penulis syair yang menerima inspirasi dari para jin dan setan. Penulis Arab kuno berkata bahwa wahyu datang melalui hubungan khusus antara manusia dan jin. [61] Kapasitas jin dalam memberi ilham pada puisi dan syair sudah diakui di Arabia. Al-Mirsabi, lahir di sekitar tahun 900 M, mengumpulkan berbagai puisi yang diilhami Jin yang bernama الخينعور al-khin'ur. [62] Puisi dan syair mereka lebih unggul daripada Qur’an, baik dalam bidang bahasa, keluwesan, kelancaran, dan kefasihan.
[61] Alusi al-Baghdadi Mamud Shukri, Bulugh al-arab fi ma'rifat ahwal al-arab, 2, hal. 350
[62] Bint Al Shatea’, Risalt Al Ghufran, hal. 291

Orang² Arab memiliki lima belas jenis talibun yang digunakan dalam puisi mereka. Jin memiliki ribuan talibun yang tidak dapat disamai oleh orang² Arab di jaman Muhammad. [63] Karena itulah, orang² Arab menganggap prosa dan puisi yang diilhami Jin tentunya lebih hebat dan tidak bisa disamai oleh manusia. Para kahin yang mengaku sebagai nabi di Arabia, menggunakan puisi² mereka yang diilhami para jin untuk meyakinkan orang lain bahwa mereka adalah nabi. Mereka berkata bahwa jin dukun lain tak bisa menghasilkan prosa berirama yang sama kualitasnya dengan milik mereka. Muhammad juga mengatakan begitu di Q 17:88.
[63] Bint Al Shatea’, Risalt Al Ghufran, hal. 291
Q 17:88
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
Tapi pada kenyataannya, prosa dalam Qur’an lebih rendah kualitasnya dibandingkan sebagian prosa hasil karya para kahin. Muhammad dan umat Muslim mengatakan bahwa Surah Jinn dalam Qur’an ditulis seluruhnya oleh jin. Tapi bahasa di Surah Jinn ternyata tidak berbeda dari Surah² lainnya dalam Qur’an. Karena tulisan jin di Surah itu sama seperti isi Qur’an lainnya, maka pernyataan bahwa “syair prosa Qur’an adalah ajaib” berarti Qur’an sama kualitasnya seperti syair prosa buatan para kahin yang diilhami jin mereka.
Beberapa penyair Arab di jaman Muhammad juga mengatakan bahwa setan² telah mengilhami puisi mereka. Penyair al-‘Aasha berkata bahwa nama setan yang mengilhaminya adalah “Musahhal” مسحل, dan al-'Aasha seringkali memuji-muji setannya dalam puisi²nya. [64]
[64] Al-Jaheth, al- Haiwan 6, hal. 225; dikutip oleh Jawad Ali, al-Mufassal, VI, hal. 734

Hassan bin Thabit, penyair dan sahabat Muhammad, seringkali memuji-muji dan membela Muhammad dalam syair²nya. Hassan mengaku bahwa setanlah yang mengilhami syair²nya. Dia mengatakan bahwa setannya berasal dari “Bani Shasban,” dan merupakan salah satu ketua para setan. [65] Tampaknya “Bani Shasban” merupakan nama legion setan yang bertanggung-jawab atas agama Jin Arab. Banyak penyair Islam yang meminta pertolongan pada para jin untuk memberi ilham pada penulisan puisi mereka. Diantara para penyair Islam terkenal adalah Jarir, yang mengatakan bahwa setan pengilhamnya adalah “Iblis dari para setan” [66]. Iblis dalam bahasa Arab berarti Raja Setan. Dengan demikian sudahlah jelas bahwa para setan membang secara terbuka dan terang²an mendukung pernyataan dan ajaran Muhammad.
[65] Al-Tha'alibi Ahmad al-Malik ibn Muhammed, Kitab Thimar al-Qulub, hal. 55, 69

[66] Al-Tha'alibi Ahmad al-Malik ibn Muhammed, Kitab Thimar al-Qulub, hal. 69

Hal di atas dan contoh² lainnya membuktikan dengan jelas bahwa agama yang diciptakan Muhammad berasal dari agama Jin Arab. Di bab lain sudah dijelaskan bahwa Muhammad adalah seorang kahin. Aku juga menyebut bahwa pamannya, Abu Thalib, memuji-muji Muhammad, mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang Rachi. Rachi adalah profesi yang sejajar seperti dukun – orang yang menyembuhkan berbagai penyakit melalui jampi² dan klenik. Rachi merupakan profesi yang dipraktekkan para kahin Arab. Abu Thalib membual bahwa Muhammad melafalkan jampi² pada pasien²nya di gua Hira sebelum dia mengaku sebagai nabi. [67] Kita lihat juga bahwa pengakuan Muhammad didukung para kahin pada mulanya. Istri Muhammad, Khadijah, yang dulu menikah dengan kahin Nabash bin Zarareh bin Wakdan نباش بن زرارة بن وقدان, juga mendukung Muhammad sebagai nabi. Sewaktu Nabash masih hidup, jin seringkali muncul di hadapannya sebagai orang tua untuk memberikan keterangan. [68] Pada saat Muhammad menduga setanlah yang datang dalam mimpinya, Khadijah malah mendorongnya untuk percaya bahwa dia adalah nabi. Semua fakta ini menunjukkan bahwa agama Jin Arab juga mengakui sejenis paham “monotheisme” yang dianut Muhammad dan juga para kahin.
[67] Ibn Hisham 1, hal. 189, 218

[68] Taj al-Arus, 6, hal. 197, 287; Ibn Darid, Al-Ishtiqaq, hal. 88 dan 89

Pengamatan dari Hati Nurani Manusia

Para sahabat Muhammad yang melakukan berbagai tindakan kriminal termasuk memotong-motong tubuh manusia² tak bersalah, menjadi para pahlawan dalam Islam. Sebagian dari mereka bahkan membunuh ayah mereka sendiri, seperti misalnya Abu Ubaidah bin al-Jarrah yang diangkat Muhammad menjadi salah satu pemimpin pasukan Islam. Muhammad menyebutnya sebagai “Amin al-Ummah,” yang berarti “Orang yang Setia pada Negara,” dan Muhammad mempercayainya untuk memimpin berbagai penyerangan. Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga dipercayai oleh dua kalifah yakni Abu Bakr dan Umar, untuk memimpin pasukan Islam menyerang Syria. Dengan begitu, mereka yang membunuhi bapak² sendiri mendapatkan penghormatan besar dalam Islam.

Tapi pertanyaan yang tetap muncul adalah: “Apakah Muslim radikal modern, dan segala kekerasan yang mereka lakukan pada orang² tak bersalah, lebih baik daripada para sahabat Muhammad yang membunuhi bapak² dan saudara² kafir mereka?” Apa beda teroris Islam jaman sekarang yang gemar memancung kepala kafir, dengan Muhammad yang memerintahkan parit digali dan 900 tawanan Yahudi pria dewasa (10 tahun ke atas) Bani Qurayzah dipancung, dan lalu kepala dan tubuh mereka dikubur dalam parit?

Muhammad menerapkan contoh perbuatan yang harus ditiru Muslim sepanjang jaman. Dia menulis ayat² Qur’an yang mewajibkan Jihad terhadap kafir yang tak sudi tunduk pada Islam. Kebenciannya dalam Qur’an menjadi motivator Muslim radikal, dan pembenaran bagi segala kejahatan yang mereka lakukan. Apa yang dilakukan para Muslim tersebut menyebabkan banyak orang tak bersalah kehilangan nyawa di berbagai penjuru dunia.

Para non-Muslim di jaman sekarang bertanya mengapa kelompok² Islam militan begitu giat meledakkan diri mereka sendiri dalam rangka membunuh kafir sebanyak mungkin? Bagaimana mereka bisa membenarkan tindakan mereka itu? Kekerasan Islam di jaman modern bukanlah hal baru dalam dunia Islam. Muhammad menuntut umatnya untuk berjabat tangan dengannya dalam melaksanakan “sumpah setia kematian,” yang berarti mereka akan masuk medan perang sebagai tentara bunuh diri yang bertujuan mati dalam jihad. Ibn al-Akwa’, sahabat Muhammad, membenarkan bahwa ketika Muslim bersumpah pada Muhammad dalam “sumpah setia Radwan” di daerah dekat Mekah yang bernama al-Hudaybiah, mereka “bersumpah setia pada kematian.” Hal ini berarti mereka bersumpah untuk masuk ke medan peperangan untuk mati. Lalu Muhammad menulis ayat di Qur’an, Surah 48, ayat 10 yang berbunyi demikian:
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu (Muhammad) sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.
Al Sabuni mengatakan bahwa ayat ini turun ketika Muhammad bersumpah kematian di Al-Hudaybiah. [69] Apa yang dilakukan teroris Muslim di jaman sekarang adalah serupa dengan apa yang dilakukan dan diucapkan Muhammad.
[69] Al-Sabuni, Safwat al-Tafasir, 3, hal. 220

Di bagian awal buku ini telah dijelaskan bahwa Islam berdasarkan pada klaim sejarah yang salah, yang berkembang dari agama klenik pagan Arab, yang berusaha menghubungkan diri dengan Abraham dan Alkitab.
Radikal² Muslim di jaman modern mendasarkan strategi militer mereka pada cara² kuno agama Jin Arab yang digunakan umatnya untuk menaklukkan Arabia dan Timur Tengah. Mereka menaklukkan daerah tersebut melalui kekerasan. Selama Qur’an dan contoh² perbuatan Muhammad terus diajarkan di berbagai sekolah dan mesjid, akan ada saja Muslim yang tertarik menyerahkan nyawa mereka untuk mewujudkan perintah Muhammad menundukkan seluruh dunia di bawah Islam.

TAMAT


Back to Index


Diterjemahkan oleh Adadeh & Podrock : Netter FFI Indonesia dan dikutip dari FFI Indonesia

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money