Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 8, 2011

Perang Uhud - Maret 625M

Perang Uhud - Maret 625 M

Perang Uhud - Maret 625M

Teror 21 : Pertempuran Uhud, Dipimpin oleh Muhamad — Maret, 625M

Orang2 Quraysh di Mekah bertekad untuk membalas kekalahan mereka di Badr II. [[1]]
Kebutuhan untuk mendapat kemenangan secara militer terhadap ancaman Islam dan para Jihadisnya yang fanatik jadi semakin mendesak setelah Zayd b. Harith merampok kafilah mereka yang mengangkut banyak harta dalam perjalanan melalui rute lain menuju Nejd (lihat Teror 19 [[2]]). Kaum Quraysh sekarang yakin bahwa tidak ada yang melindungi usaha perdagangan mereka dari serangan teror dan rampok yang dilakukan Muhammad. Mereka menghubungi suku2 bangsa tetangga dan mengumpulkan uang untuk membentuk kekuatan militer yang tangguh melawan Muhammad. Melalui sumbangan dari berbagai bagian di Arabia, mereka mengumpulkan 250.000 Dirham (mereka sebenarnya telah mengeluarkan 250.000 Dirham untuk membayar sandera yang ditahan Muhammad) untuk serangan militer membalas kekalahan mereka. [79]

Mereka juga bersekutu dengan suku2 Badui sekitar Mekah. Di samping sumbangan dari berbagai sumber, mereka juga menggunakan seluruh keuntungan yang tersisa dari perampokan Badr II untuk digunakan melawan terorisme Muhammad. Keuntungan ini adalah 1.000 unta dan 50.000 Dirham (sekitar US$550.000 seluruhnya jika menggunakan kurs uang modern) dan ini adalah jumlah uang yang sangat besar di jaman itu.[80]

Dengan dana yang besar ini, kaum Quraysh tidak punya kesulitan membangun pasukan yang kuat yang berjumlah 3.000 orang, terdiri dari 700 pasukan bersenjata lengkap dan 200 pasukan berkuda, siap untuk memerangi teror yang dilakukan Muhammad dan pengikutnya yang fanatik. Juga terdapat sekelompok kecil 50 warga Medinah yang dipimpin Abu Amir, seorang biarawan Kristen, yang pergi ke Mekah karena muak dengan adanya Muhammad di Medinah. Selain orang2 militer ini, sejumlah 15 orang wanita Quraysh juga ikut dalam operasi militer ini. Pemimpin kelompok wanita ini adalah Hind bt. Utbah, istri Abu Sufyan Shakhr b. Harb.

Di Badr II, dia kehilangan ayahnya (Utbah), pamannya (Shaybah), dan anaknya (Hanzala). Dia terutama ingin membalas dendam pada Hamzah yang telah membunuh ayahnya di Badr II. Inilah saatnya melampiaskan dendamnya. Dia mengajak seorang budak Abysinia milik Jubayr b. Mut’im yang bernama Wahshi yang punya keahlian menggunakan lembing untuk membunuh Hamzah dengan janji kemerdekaan jika Wahshi berhasil dalam tugas.

Saat itu adalah 12 bulan setelah Badr II dan di bulan Ramadan. Kaum Quraysh tetap teguh dengan tekad mereka untuk membalas kekalahan di Badr II. Sekaranglah waktu untuk melampiaskan dendam mereka. Mereka merencanakan serangan besar2an terhadap Muhammad. Berita serangan besar ini telah terdengar oleh Muhammad melalui mata2nya di Mekah. Dia bahkan menerima 'wahyu Allah' di Q 3:128 tentang persiapan ini.

Berita ini dipertegas ketika Muhammad menerima surat tertutup dari pamannya, al-Abbas, ketika Muhammad sedang berada di mesjidnya di Quba, tak jauh dari Medinah. Seorang utusan dari Mekah menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Isi surat adalah keterangan bahwa kaum Quraysh dengan 3.000 tentara bermaksud menyerang Muhammad. Dia merahasiakan isi surat(NAH ! Ini lagi2 BUKTI bahwa Muhammad bisa baca) dan segera kembali ke Medinah untuk membahas hal ini dengan para penasehatnya di sana. Akan tetapi berita ini terdengar oleh istri Sa’d b Muadh, ketua Khazaraj, yang menguping pembicaraan antara suaminya dan Muhammad. Tak lama kemudian berita tentang rencana serangan Quraysh ini tersebar.


78 Masterminds of Terror; The manual of terror was found in the possession of 9/11 terrorist
79 Hamidullah, p.43
80 Mubarakpuri, p.292 


Di Mekah, kaum Quraysh sekarang benar2 siap untuk menghadapi Muhammad. Akhirnya, di akhir bulan Ramadan, tentara Quraish mulai berbaris dengan 3.000 tentara di bawah pimpinan Abu Sufyan b. Harb. Pemimpin2 lain suku2 Quraish juga maju bersama tentara Mekah.

Setelah bergerak selama 10 sampai 12 hari, tentara Mekah yang mengambil jalur jalan yang tak umum dekat pantai, tiba di Dhul Hulaifa, yang jauhnya 5 mil sebelah Barat Medinah. Dilaporkan ketika mereka sedang berada di al-Abwa, Hind bt. Utbah (istri Abu Sufyan) menganjurkan mereka untuk menggali kubur ibu Muhammad, tapi kaum Quraish menolak melakukan penghinaan seperti itu. Saat itu adalah Kamis pagi dan setelah berhenti di tempat ini sebentar, tentara Quraysh bergerak ke utara sejauh beberapa mil, melewati kota Medinah dan bergerak lagi sejauh tiga mil ke Utara dan berkemah di UHUD yang merupakan daerah pegunungan dengan tanah lapang datar tempat para unta merumput.

Orang mungkin heran mengapa suku Quraysh tidak menyerang kota Medinah, padahal mereka dapat melakukan hal itu dengan mudah dan bisa dapat banyak barang jarahan. Alasannya adalah karena kaum Quraysh tidak tertarik untuk melakukan penjarahan atau perampokan. Pada kenyataannya, mereka tidak punya rasa dendam terhadap kebanyakan penduduk Medinah. Mereka marah terhadap satu orang saja, Muhammad, yang merupakan bekas warga kota Mekah yang sekarang tinggal di Medinah.[81] Tak lama setelah tiba di dataran Uhud, orang2 memotong pepohonan untuk makan kuda2 dan unta2 mereka. Mereka juga melepaskan kuda2 dan unta2 mereka untuk merumput. Hari Juma’at datang dan berlalu tanpa kejadian apa2.

Di Medinah, Muhammad terus menerima berita tentang gerakan2 tentara Mekah. Seorang pengintainya yang bernama Hobab ibn al Mundhir mengamati perkemahan Quraysh pada hari Kamis dan membawa berita tentang kekuatan tentara Quraysh yang hebat. Muhammad merahasiakan keterangan dari pengintai ini. Pada hari Jum’at, Muhammad membicarakan dengan pengikutnya apa yang harus dilakukan. Dia bermimpi buruk malam sebelumnya dan mengatakan di pertemuan dengan para Jihadisnya tentang perlunya melindungi Medinah dan diri Muhammad sendiri. Karena mimpi buruknya, Muhammad yang suka takhayul ini jadi ragu untuk pergi perang. Pada mulanya diambil keputusan untuk membawa para wanita dan anak2 di luar kota untuk masuk ke dalam kota. Jika para musuh menyerbu, mereka akan melawan dengan panah2, batu2, dan senjata lontar lain yang dilemparkan dari atap2 rumah.

Musuh besar Muhammad yang bernama Abd Allah ibn Ubayy, setuju dengan keputusan untuk mempertahankan Medinah jika tentara Quraysh menyerang. Tapi anak2 muda yang baru saja masuk Islam ingin maju menyerang dan bertempur dengan musuh di medan perang, sama seperti yang terjadi di Badr II. Para Jihadi muda yang tidak sempat ikut Badr II dan tidak kebagian jarahan rampokan merasa lebih bersemangat untuk memerangi tentara Quraysh. Khayalan tentang surga dan mati sebagai martir bagi Allah terbayang di depan mata mereka seperti yang dikatakan di Q 56:25-26. [82] Hamzah dengan yakin mengatakan, ”Demi Allah yang telah menurunkan Buku kepadamu, aku tidak akan makan sampai aku melawan mereka dengan pedangku di luar kota Medinah.” [83] Banyak orang yang mendukung keinginan anak2 muda Jihadi. Pada akhirnya Muhammad menuruti keinginan mereka dan memerintahkan untuk siap berperang.

81 Hamidullah, p.47
82 Haykal, Ch. Uhud


Setelah sholat magrib, orang2 berkumpul di lapangan mesjid dan mereka bersenjata siap untuk berperang. Muhammad sendiri memakai baju perang dua lapis bertumpuk. Ketika kaum Jihadi muda mengetahui bahwa Muhammad merasa ragu untuk berperang, mereka jadi menyesal dan ingin membatalkan rencana perang. Atas sikap itu Muhammad berkata, [84] “Ini tidak layak dilakukan seorang Nabi begitu dia sudah mengenakan baju perang. Dia harus melepaskannya sampai Allah memutuskan diantara dia dan pihak musuh.” Beberapa orang merasa ragu, tapi Muhammad jalan terus. Istri Muhammad yang masih anak2, Aisha, secara sukarela bergabung dengan para Jihadi dan Muhammad mengijinkannya.[85] Aisha merawat yang terluka, mengambilkan air bagi yang haus, dan melakukan berbagai macam bantuan.[86]

Lalu kaum Muslim memasang tiga panji pada tiga tongkat. Satu bendera untuk yang ikut hijrah, dibawa oleh Musab b. Umayr (biografer lain mengatakan Ali), bendera kedua dibawa ketua B. Aws yakni Usayd ibn Hudayl, dan bendera ketiga dibawa ketua B. Khazraj yakni al-Hubab ibn al-Mundhir. Abdallah ibn Umm Maktum ditunjuk untuk menjaga kota Medinah dan memimpin solat kala Muhammad sedang tidak ada di tempat. Tentara Muslim terdiri dari 1.000 (seratus memakai baju perang) dan dua kuda (milik Muhammad). Lalu Muhammad memberi perintah agar tentara berbaris bergerak menuju Utara ke daerah Uhud. Dua bersaudara Sa’d b. Muadh dan Sa’d b. Ubadah lari di depan tentara Muslim.

Muhammad bergerak sampai mencapai al-Shaykhayn dan melihat tentara yang lengkap sedang menunggu di situ. Setelah mengamati, Muhammad tahu bahwa tentara ini adalah orang2 pagan dan Yahudi yang siap bergabung dengan tentara Muslim untuk berperang melawan tentara Mekah. Mereka adalah sekutu Abd Allah ibn Ubay. Muhammad menolak mereka sebagai sekutunya dengan berkata, “Jangan minta dukungan orang pagan untuk melawan orang pagan.”[87] Lalu dia berhenti di al-Shaykhayn dan mengamati kekuatannya, dan menolak mereka yang fisiknya tak mampu atau yang terlalu muda untuk berperang.

Di malam hari, tentara Muslim dan Muhammad berkemah di sana. Abd Allah ibn Ubayy juga berkemah tak jauh dari situ. Dia tidak senang dengan sikap Muhammad yang tak ramah terhadap kawan2nya kaum Yahudi. Kaum Quraysh juga berkemah tak jauh dari situ. Sebuah lembah memisahkan kedua tentara.

Di pagi hari, tentara Muslim mulai berbaris maju ke arah Uhud. Ketika mereka mencapai tempat yang bernama Ash Shawt [88], mereka dapat melihat tentara Quraysh dari jarak jauh. Di tempat inilah Abd Allah ibn Ubayy memberontak melawan Muhammad dengan menarik 300 pasukannya dari pihak Muslim dan meninggalkan Muhammad sehingga jumlah pasukan Jihadi tinggal sekitar 700 orang. Dua kelompok lain di pihak Muhammad jadi terpengaruh oleh keputusan Abd Allah ibn Ubayy. Mereka tadinya juga mau ikut pergi dengan Abd Allah ibn Ubayy, tapi pada Hari H, mereka berubah pendapat dan tetap berada dalam pasukan Muhammad.

Seperti yang dikatakan di Q 3:122, Muhammad menganggap perubahan hati ini sebagai kehendak Allah. Ketika Abd Allah ibn Ubayy pergi, beberapa pengikut Muhammad mengejar dan memohonnya untuk berperang bagi Allah, tapi ibn Ubayy terus saja kembali ke Medinah sehingga membuat pengikut Muhammad jadi kecewa. 'Allah' di Q 3:187 mengutuk kemunafikan Abd Allah ibn Ubayy. Jadi sekarang Muhammad harus maju sendiri dengan 700 pasukannya. Meskipun dia sudah berada dekat sekali dengan Uhud dan dapat melihat jelas pasukan Quraish yang berkemah di dataran Uhud, dia pikir tidaklah aman untuk memakai jalan utama ke Uhud, karena ini akan membuatnya menghadapi musuh secara langsung dan terbuka.

83 Mubrakpuri, p.295-296 
84 Ibn Ishaq, p.372 
85 Hamidullah, p.50 
86Iibid, p.50 
87 Ibn Sa’d, p.45 
88 Mubarakpuri, p.298 

Muhammad sekarang mencari pertolongan dari pemandu lokal yang bernama Abu Khaitamah untuk mencapai Gunung Uhud guna mengelakkan pertempuran langsung dengan kaum Quraysh. Pemandu ini membawa tentara Muslim lewat jalan yang melalui tanah pertanian milik seorang buta bernama Marba b Qyizi. Ketika Jihadi hendak melalui tanahnya tanpa minta ijin, orang buta itu protes sambil melemparkan debu tanah kepada mereka dan berkata, “Kau mungkin saja nabi Tuhan, tapi aku tetap tidak akan mengijinkanmu melalui kebunku. Demi Tuhan, Muhammad, jika aku bisa melempar dengan tepat, aku lempar ini ke mukamu.” Para Jihadi minta ijin Muhammad untuk memotong-motong orang buta itu. Muhammad tidak mengijinkan, tapi terlambat sudah. Seorang Jihadi sudah menebas kepala orang buta itu dengan pedangnya dan lalu membelah kepalanya jadi dua.[89] Demikianlah belas kasihan para prajurit Allah!

Ketika mereka sampai di Uhud, para Muslim berkemah di kaki gunung dan mengatur ranking mereka untuk menghadapi kaum Quraysh. Muhammad mengirim 50 pemanah ke bukit Aynayan yang berlawan arah dengan daerah pegunungan Uhud untuk menjaga bagian belakang tentara Muslim. Dia menunjuk Abd Allah ibn Jubayr (bukan Abd Allah ibn Ubayy si pengkhianat Muhamad) sebagai ketua kelompok dan memberi perintah tegas agar mereka tidak meninggalkan posisi mereka, tidak peduli kalah atau menang, sampai mereka menerima perintah dari dia. Dia juga memerintahkan agar tidak menyerang musuh sampai dia memberi aba2. Muhammad sendiri mengambil kedudukan di tempat tinggi dengan banyak panah yang siap untuk ditembakkan kepada musuh. Sahih Bukhari menceritakan bahwa beberapa Jihadi minum anggur agar lebih siap melakukan Jihad.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 142: Dikisahkan oleh Jabir: Beberapa orang minum khamar pagi hari di perang Uhud dan di hari yang sama mereka terbunuh sebagai martir, dan ini terjadi sebelum minum anggur dilarang. 
Muhammad membakar semangat perang para Jihadis dan memberikan pedangnya pada seorang yang bernama Abu Dujana yang terkenal karena kebuasannya dan naluri membunuhnya. Lalu Muhammad duduk dan mulai melemparkan panah2. Dia dilindungi oleh sekelompok Jihadi yang bertugas menampik segala serangan terhadap Muhammad. Akan tetapi sahabat2nya yang paling penting (Abu Bakr, Ali, Hamzah, Umar dll) disuruh memimpin tentara2 Muslim untuk bertempur sengit. Muhammad lalu menunggu kedatangan musuh.

Saat ini, Abu Sufyan b. Harb, yakni ketua tentara Quraysh, membawa pasukannya ke hadapan Muhammad. Khalid b. al-Walid memimpin pasukan sayap kanan, sedangkanIkrimah b. Abu Jahl memimpin pasukan sayap kiri, dan Abu Sufyan memimpin tentara bagian tengah. Awalnya, kaum wanita berada di baris depan dan membuat suara ribut dengan botol air minumnya dan melafalkan ayat2 pertempuran, tapi ketika tentara bergerak maju, kaum wanita ada di posisi belakang.
89 Ibn Ishaq, p.372-373

Bendera Mekah dipegang oleh Talha ibn Abi Talhah. Dia berasal dari marga Quraysh Abdud Dar yang tugasnya adalah membawa bendera Quraysh selama perang. Hari itu hari Sabtu, Shawwal 7, AH 3 dan sama dengan 23 Maret, 625 M. Dua pasukan sekarang sudah berhadapan.

Sebelum pertempuran terjadi, Abu Sufyan mengirim pesan damai pada orang2 al-Aws dan al-Khazaraj, meminta mereka untuk tidak ikut campur dan membiarkan perang terjadi antar saudara saja (yakni kaum Quraysh saja). Dia tidak mau berperang dengan suku al-Aws dan al-Khazraj. Tapi kedua suku ini menolak ajakan damai Abu Sufyan, sehingga pertempuran sengit tidak bisa dielakkan.
Orang pertama dari pihak Quraysh yang maju untuk bertempur satu lawan satu adalah Abu Amir (Muhammad biasa memanggilnya al-Fasiq – pelaku kejahatan) dengan kelompoknya yang berjumlah 50 orang. Mereka saling lempar batu dengan pihak Muslim. Ini terus berlangsung sampai pihak Muslim lebih unggul dan Abu Amir dan kelompoknya mundur. Untuk menambah semangat tentaranya, para wanita Quraysh berbaris maju, memukul2 simbal, drum dan tambur dan menyanyikan lagu2 perang. Pertempuran selanjutnya berlangsung satu lawan satu, mengikuti tradisi perang Arab tahap awal.[90]

Prajurit Quraysh bernama Talha ibn Abu Talhah maju menghadapi prajurit Muslim bernama Az- Zubair b. al-Awwam (biografer lain mengatakan Ali ibn Talib) dan Az-Zubair berhasil membunuh Talha. Mendengar tewasnya musuh yang pertama, Muhammad bersukacita lewat Takbir (Allahu Akbar) dan berkata,”Setiap Nabi punya murid dan muridku adalah Az-Zubari, “[91] dan lalu memberi garansi Az-Zubair tempat di surga tidak peduli dia hidup atau mati dalam Jihad.

Setelah kematian Talhah, saudara lakinya yang bernama Abu Shaybah Uthman b. Abi Talhah maju mewakili pihak Quraysh sambil melafalkan ayat2. Hamzah menyerang dengan pedangnya, memotong tangan dan bahunya dan menebas tubuhnya sampai paru2nya tampak. Tak lama kemudian Abu Shaybah Uthman pun mati. Lalu saudara lakinya yang bernama Abu Sa’d b. Abi Talhah ganti memegang bendera Quraysh tapi dia lalu dibunuh Asim b. Thabit. Sekarang tujuh anggota keluarga yang sama telah dibunuh. Mereka adalah: Talhah, dan saudara2 lakinya, Shaybah dan Abu Sa’d; empat anak laki Talha, yakni Musafi, Al-Harith, Kilab & Julas. Ketika ibu Musafi mengetahui pembunuhan kedua anak lakinya oleh Asim b. Thabit, dia bersumpah untuk membalas kematian mereka dengan minum air anggur dari batok kepala Asim.[92]

Pembunuhan terus berlangsung dan pihak Quraysh kalah angin. Ketika semua saudara dan anak Talhah yang berani telah dibunuh, Artat Shurahbil mengangkat bendera Quraysh dan seorang Jihadi yang tak dikenal membunuhnya. Tongkat bendera Quraysh tergeletak di tanah dan tiada seorangpun yang menegakkannya. Garis depan Quraysh berantakan, mereka panik dan mulai mundur. Mereka sadar bahwa mereka melakukan kesalahan dengan melakukan perang satu lawan satu dengan pihak Muslim. Akan tetapi, terlambat sudah. Hanzala b. Abu Amir (anak dari biarawan Kristen) bertarung melawan Abu Sufyan dan ketika hampir membunuh Abu Sufyan, Shaddad b. al-Aswad memukul Hanzala b. Abu Amir dan membunuhnya. Peristiwa ini nantinya diingat oleh Abu Sufyan dalam syair puitis ‘Hanzala bagi Hanzala.’ (Ingat? Anak Abu Sufyan yang bernama Hanzala dibunuh Muslim di Badr II).

90 Rodinson, p.180 
91 Mubarakpuri, p.3 
92 Ibn Ishaq, p.377 

Begitu pihak Quraysh menyadari kesalahan mereka bertarung satu lawan satu dengan Jihadi Muslim, mereka lalu melakukan serangan total. Awalnya, pihak Muslim berhasil memerangi pihak Quraysh dengan bertarung sangat sengit. Setiap kali pihak Quraysh maju, pemanah2 Muslim yang berada di atas bukit kecil menghujani mereka dengan panah dan membuat pasukan Quraysh mundur lagi ke belakang. Mereka sudah hampir putus asa. Abu Dujana dengan pedang pemberian Muhammad, Hamzah dan Ali bertarung dengan ganas. Mereka berhasil membunuh beberapa orang Quraysh. Pasukan Quraysh jadi kewalahan dan mulai meninggalkan medan perang dan bendera mereka tergeletak di tanah dan tiada seorang pun yang mengambilnya. Ini akhir dari bagian pertama perang Uhud.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money