Global Voices Advocacy - Defending free speech online

Sep 12, 2011

Muhammad yang malang, Mati di Racun

Muhammad yang malang, Mati di Racun


Pasca Khaybar : Percobaan Pembunuhan ZAYNAB bt al-HARITH terhadap Muhamad

Sumber: Faithfreedom Indonesia
Dari Faithfreedompedia

PEMBUNUHAN MUHAMMAD OLEH ZAYNAB bt al-HARITH

Setelah Muhammad selesai berurusan dengan Khaybar, dia beristirahat. Ketika dia beristirahat, Zaynab bt.al-Harith, seorang wanita Yahudi dan istri Sallam b. Mishkan (Muhammad telah membunuhnya dengan tuduhan menyembunyikan harta miliknya) menyediakan masakan domba panggang.
Diduga keras bahwa Zaynab meracuni masakan domba itu untuk membunuh Muhammad. Ketika dia membawa masakan daging itu kepada Muhammad dan kawan-kawannya, Muhammad menggigit bagian kaki depan dan mengunyahnya tapi curiga terhadap makanan itu dan tidak menelannya. Dua kawannya mengunyah daging dan menelannya dan satu dari mereka mati seketika itu juga. Muhammad menderita rasa sakit yang hebat. Zaynab lalu dipanggil dan ditanyai mengapa dia melakukan hal itu. Dia dengan berani mengutuk pembunuhan berdarah dingin yang dilakukan Muhammad terhadap ayahnya, suaminya dan pamannya. Dia berkata,
“Bagaimana kau membuat masyarakat kami menderita sudah kau ketahui sendiri. Maka aku berkata, ‘Jika dia memang seorang nabi, dia akan tahu, tapi jika adalah seorang raja, aku akan berhasil membunuhnya.’” [227]
227 Tabari, vol.viii, p.124

Zaynab lalu dihukum mati. Penulis sejarah lain mengatakan dia dibebaskan. Dikatakan bahwa efek racun terus bekerja tiga tahun sampai ajal Muhammad.

KEMATIAN MUHAMMAD

Daftar isi


Bagian A – Peristiwa Peracunan Nabi Muhammad


A1

Hadis Sahih Bukhari 4, Buku 53, Nomer 394:
Dikisahkan oleh Abu Huraira:

Ketika Khaibar dikalahkan, sup domba beracun disuguhkan pada sang Nabi (SAW) sebagai hadiah (dari orang2 Yahudi). Sang Nabi memerintah,”Kumpulkan semua orang Yahudi yang ada di sini, berdiri di hadapanku.” Orang2 Yahudi dikumpulkan dan sang Nabi berkata (pada mereka),”Aku akan bertanya pada kalian. Maukah kalian menjawab dengan jujur?” Mereka berkata,”Ya.” Sang Nabi bertanya,”Siapakah ayah kalian?” Mereka menjawab,”Ini dan itu” Dia berkata,”Kalian bohong, ayah kalian bukan ini dan itu.” Mereka berkata,”Kau benar.” Dia berkata,”Maukah kalian menjawab jujur jika aku tanya sesuatu?” Mereka menjawab,”Ya, wahai Abu Al-Qasim, dan jika kami harus berbohong, kau dapat menyadari kebohongan kami seperti tadi kau telah ketahui tentang ayah kami.” Lalu dia bertanya,”Siapakah yang akan masuk neraka?” Mereka berkata,”Kami akan berada di neraka untuk jangka waktu sebentar, dan setelah itu kau akan mengganti posisi kami.” Sang Nabi berkata,”Kalian dikutuk dan dihina di neraka! Demi Allah, kami tidak akan pernah mengganti posisi kalian di neraka.” Lalu dia bertanya,” Maukah kalian menjawab jujur jika aku tanya sesuatu?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Abu Al-Qasim.” Dia bertanya,”Apakah kau telah meracuni sup domba ini?” Mereka menjawab,”Ya.” Dia bertanya,”Mengapa kau lakukan itu?” Mereka menjawab, “Kami ingin tahu jika kau ini pembohong dan kalau kau memang pembohong, kami akan menyingkirkanmu, dan jika kau memang adalah seorang nabi, maka racun itu tidak akan mempan pada dirimu.”

A2

Dari Ibn Sa'd halaman 251, 252: [dari penyampai kisah yang berbeda]

…. Ketika Rasul Allah mengalahkan Khaibar dan dia merasa lapar, Zaynab Bint al-Harith (Bint al- Harith adalah saudara laki Marhab), yang merupakan istri dari Sallam Ibn Mishkam bertanya, “Bagian kambing manakah yang disukai Muhammad?” Mereka berkata,”Kaki depan.” Maka dia pun memotong satu dari kambing2nya dan memasak (dagingnya). Lalu dia membubuhi racun yang sangat kuat … Rasul Allah mengambil kaki depan kambing, dia memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya. Bishr* mengambil sepotong tulang dan memasukannya ke dalam mulutnya. Ketika Rasul Allah memakan sepotong daging, Bishr memakan daging kambingnya dan orang2 lain pun makan daging kambing itu.
Lalu Rasul Allah berkata,”Tahan tangan2 kalian! Karena kaki depan kambing ini … memberitahuku bahwa ia diracuni. Mendengar itu Bishr berkata,”Demi Dia yang membuatmu besar! Aku ketahui akan hal itu dari daging yang kumakan. Tiada yang mencegahku untuk memuntahkannya, karena aku tidak mau membuat makananmu tampak tidak enak. Ketika kau memakan daging yang tadi ada di mulutmu, aku tidak mau hidup jika kau tidak selamat, dan kukira kau tidak akan memakannya jika memang ada sesuatu yang salah.” Bishr tidak beranjak dari tempat duduknya tapi warna kulitnya berubah jadi “taylsan” (warna kain hijau) …
Rasul Allah menyuruh memanggil Zaynab dan berkata padanya, “Apa yang membuatmu melakukan apa yang kau telah lakukan?” Dia menjawab, “Kau telah lakukan pada masyarakatku apa yang telah kau lakukan. Kau telah membunuh ayahku, pamanku, suamiku, aku berkata pada diriku sendiri, ‘Jika kau adalah seorang nabi, kaki depan itu akan memberitahumu ...
Rasul Allah hidup sampai tiga tahun setelah itu sampai racun itu menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat. Selama sakitnya dia biasa berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat dari daging (beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali (dari akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku terputus.”

A3

Dari Ibn Sa'd halaman 250: [dari penyampai kisah yang berbeda]

Sesungguhnya seorang wanita Yahudi Khaybar menghidangkan (daging) kambing beracun kepada Rasul Allah. Lalu dia menyadari bahwa dagingnya diracuni, sehingga dia meminta agar wanita itu dipanggil dan menanyainya, “Apa yang membuatmu melakukan hal itu?” Dia menjawab, “Kupikir jika kau benar2 seorang nabi, Allah akan memberitahumu, dan jika kau pembohong, maka aku akan dapat membebaskan masyarakat dari dirimu.” Ketika Rasul Allah merasa sakit, dia mengeluarkan darah dari tubuhnya.

Bagian B – Keadaan Menjelang Kematiannya

Hadis Sahih Bukhari 5.713:
Dikisahkan Ibn Abbas:

... Dikisahkan oleh Aisha: Sang Nabi dalam penderitaan sakitnya yang mengakibatkannya mati, biasa berkata, “Wahai ‘Aisha! Aku merasa sakit karena daging yang kumakan di Khaybar, dan saat ini, aku merasakan urat nadiku bagaikan dipotong oleh racun itu.”

Dari Ibn Sa'd halaman 239:

Jam (kematian) yang ditentukan bagi Rasul Allah semakin mendekat dan dia dianjurkan melafalkan “tasbih” berulang kali dan meminta pengampunanNya.

Dari Ibn Sa'd halaman 240:

Ketika (Sura) pertolongan dan kemenangan Allah tiba, sang Nabi berkata: (Ini menandakan) panggilan dari Allah dan saat meninggalkan dunia.

Tabari Volume 9 page 108:

Ketika sang Nabi kembali dari Medinah setelah melakukan ibadah haji, dia mulai mengeluh kesakitan. Berita sakitnya nabi mulai menyebar … Di bulan Muharam sang Nabi mengeluh kesakitan sampai akhirnya mati.

Bagian C - NabiMuhammad dan JibrilBerdoa Bagi Kesembuhannya

Dari Ibn Sa'd halaman 263

Sesungguhnya selama dia sakit, sang Nabi melafalkan "al-Mu'awwadhatayn" [Sura 113, dan 114], dan meniupkan udara ke atas tubuhnya sambil menggosok-gosok wajahnya. [Ini adalah usaha untuk sembuh].

Dari Ibn Sa'd halaman 265

Rasul Allah jatuh sakit dan dia yakin Jibril berdoa baginya sambil berkata, “Dalam nama Allah aku (Jibril) berdoa untuk mengusir semua yang melukaimu dan menangkal semua yang dengki padamu dan dari semua mata yang jahat dan Allah akan menyembuhkanmu.”

Dari Ibn Sa'd halaman 265 [dari penyampai kisah yang berbeda]

Rasul Allah merasa sakit dan dia (Jibril) berkata padanya, “Dalam nama Allah aku usir semua yang melukaimu dan menangkal semua yang dengki padamu dan dari semua mata yang jahat dan Allah akan menyembuhkanmu."

Dari Ibn Sa'd halaman 322

Sesungguhnya, ketika Rasul Allah merasa sakit, dia meminta kesembuhan dari Allah. Tapi atas sakitnya yang menyebabkan dirinya mati, dia tidak berdoa untuk minta kesembuhan; dia biasa berkata, “Wahai jiwa! Apa yang terjadi atas dirimu sehingga kau mencari berlindung di setiap tempat perlindungan?”

Bagian D – Peristiwa Kematian Nabi Muhammad

Dari Ibn Hisham halaman 678:

Ketika sang Rasul mulai menderita sakit yang membuat Alah mengambil dirinya untuk memberikannya kehormatan dan kasih sayang yang telah Dia rencanakan baginya tak lama sebelum akhir Safar atau awal Rabi'ul-awwal. Aku diberitahu bahwa peristiwa ini dimulai ketika dia pergi ke Baqi'u'l- Gharqad di tengah malam dan berdoa bagi yang mati. Lalu dia kembali kepada keluarganya dan di pagi hari penderitaannya dimulai.

Dari Ibn Hisham halaman 679:

Lalu penyakit sang Nabi bertambah buruk dan dia menderita sakit hebat. Dia berkata, “Siramkan air tujuh kantung kulit dari sumur2 yang berbeda ke atas tubuhku sehingga aku bisa keluar bertemu orang2ku dan memerintahkan mereka.” Kami membantunya duduk di sebuah baskom tempat mandi milik Hafsa d. Umar dan kami menyiramkan air ke atasnya sampai dia menjerit,”Cukup, cukup!” … lalu dia [Muhammad] berkata, “Allah telah memberikan seorang dari hamba2nya pilihan antara dunia dan apa yang ada bersama Allah dan dia memilih yang terakhir.”

Dari Ibn Hisham halaman 680:

Lalu beberapa istrinya mengelilinginya … ketika pamannya Abbas ada bersamanya, dan mereka setuju untuk memaksanya minum obat. Abbas berkata, “Biar kupaksa dia,” tapi merekalah yang kemudian melakukannya. Ketika dia sembuh dia bertanya siapa yang memperlakukan dirinya seperti itu.
Ketika para istrinya berkata padanya itu adalah perbuatan pamannya, dia berkata, “Ini adalah obat2an yang dibeli para wanita dari negara sana,” dan dia menunjuk arah Abyssinia [Ethiopia].
Ketika dia bertanya pada para istrinya mengapa mereka melakukan hal itu, pamannya menjawab, “Kami khawatir kau akan menderita pleurisy,” Muhammad menjawab, “Itu adalah penyakit yang tidak akan diberikan Allah padaku. Tidak ada seorang pun yang berkunjung ke rumah ini sampai mereka dipaksa makan obat ini, kecuali pamanku.” Maymuna [salah seorang istri Muhammad] dipaksa untuk makan obat itu meskipun dia sedang puasa karena sumpah sang Rasul sebagai hukuman atas apa yang mereka perbuat padanya.
Umm Bishr [ibu orang Muslim yang juga mati setelah makan racun], datang kepada sang Nabi waktu Nabi sedang menderita sakit dan berkata, “O Rasul Allah! Aku tidak pernah melihat demam seperti ini.” Sang Nabi berkata padanya,”Jika cobaan kita dua kali lipat beratnya, maka anugrah kita di surga pun jadi dua kali lipat pula. Apa yang orang2 katakan tentang penyakitku?” Dia (Umm Bishr) berkata, ”Mereka bilang itu pleurisy.” Karena itu sang Rasul berkata, “Allah tidak akan membuat RasulNya menderita seperti itu (pleurisy) karena itu tanda kemasukan Setan, tapi (rasa sakitku adalah akibat) daging yang kumakan bersama-sama dengan anak lakimu. Racun itu telah memotong urat merihku.” Referensi: Ibn Sa'd biography, the "Kitab al-Tabaqat al-Kabir" (Book of the Major Classes), Volume 2.
Pleurisy = infeksi selaput paru2 yang sangat menyakitkan. Tidak jelas bagaimana Muhammad bisa menganggap infeksi seperti ini datang dari Setan, tapi tidak menganggap racun di tubuhnya dari Setan.

Dari Ibn Hisham halaman 682:

…. bahwa dia mendengar Aisyah [salah satu dari istri2 Muhammad] berkata: “Sang Rasul mati di pelukanku saat giliranku [malam gilirannya dikunjungi Muhammad]. Aku tidak berbuat kesalahan apapun terhadap orang lain. Adalah karena ketidaktahuanku dan usia mudaku sehingga Rasul Allah mati di pelukanku.

Dari Ibn Sa'd halaman 322:

Ketika saat terakhir sang Nabi semakin menderita, dia biasa menarik selimut menutupi mukanya; tapi ketika dia merasa tak nyaman, dia menyingkirkannya dari wajahnya dan berkata, [[“Kutukan Allah bagi]][[orang2 Yahudi dan Kristen yang membuat kuburan2 para nabi mereka sebagai tempat keramat.]]”

Diskusi

Apa yang perlu ditelaah adalah keadaan sekitar kematian Muhammad? Kaum Yahudi berencana untuk membunuhnya. Kaum Yahudi percaya bahwa seorang nabi sejati selalu akan tahu terlebih dahulu tentang rencana Yahudi ini. Hanya seorang nabi PALSU yang tidak tahu atau tidak diperingatkan oleh Tuhan. Pihak Muslimpun percaya akan hal ini dan ini tampak saat seorang Muslim yang kemudian mati (Bish*) berkata bahwa dia tidak mengira Muhammad akan memakan sesuatu yang diracuni (lihat kutipan A2).
Dugaan kaum Yahudi benar. Muhammad makan racun itu dan mati karenanya. Mereka membuktikan bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi. Seperti yang mereka sendiri katakan (dari kutipan A1):

“Kami ingin tahu jika kau ini pembohong dan kalau kau memang pembohong, kami akan menyingkirkanmu, dan jika kau memang adalah seorang nabi, maka racun itu tidak akan mempan pada dirimu.”


Kaum Yahudi yakin bahwa nabi sejati tahu apa yang sedang dan akan terjadi. Dalam kasus ini, Muhammad tidak tahu. Hanya setelah Muhammad makan daging domba itulah, domba itu “bicara padanya” …. Ini tidak bisa dianggap sebagai suatu keajaiban karena Muslim lainpun tahu bahwa daging itu “tidak beres” sebelum Muhammad memakannya. Kebanyakan orang dewasa ketika makan akan bisa merasakan jika ada yang tidak beres dalam makanan itu. Bahkan anak kecilpun memuntahkan kembali makanan yang rasanya tidak enak.

Sudah banyak kali sebelumnya Muhammad mengaku dapat “wahyu” yang memperingatkannya akan bahaya. Dia bahkan menggunakan “wahyu” ini sebagai dasar alasan untuk menyerang tempat tinggal kaum Yahudi Banu An-Nadhir. Tapi wahyu di Khaybar terlambat datang: terlambat untuk menyelamatkan nyawanya, terlambat untuk menyelamatkan nyawa Bishr.

Sewaktu sakitnya menjadi-jadi, Muhammad mulai berdoa untuk sembuh – dia bahkan menggosokkan tangannya “yang sanggup menyembuhkan” ke atas dirinya sendiri. JIBRILpun ikut-ikutan berdoa untuk kesembuhannya. (lihat bagian C) Muhammad bahkan mengeluarkan darahnya sendiri (sebagai obat penyembuhan yang paling mujarab)--Lihat A3. Sudah jelas bahwa pada saat itu Muhammad benar-benar ingin sembuh.
Tapi usahanya sia-sia belaka. Sewaktu sakitnya semakin memburuk, Muhammad menyadari bahwa dia sekarat, lalu dia berhenti berdoa untuk sembuh, dan mengaku bahwa Allah memberinya pilihan untuk masuk ke Surga atau diam hidup di bumi. Muhammad berkata bahwa dia ingin pergi ke Surga. Dia sadar bahwa sandiwaranya tamat sudah sehingga dia menggunakan kesempatan terakhir dari situasi buruk ini sebaik-baiknya.

Perasaan awal Muhammad tentang kematiannya terasa bagaikan ramalan ahli nujum. Tiada yang pasti dikatakannya sampai saat dia benar2 akan mati. Mungkin dia pernah melihat proses kematian serupa dan tahu hasil akhirnya. Tidak usah jadi nabi atau terima “wahyu” segala untuk mengetahui kematian sudah di ambang pintu.

Pertanyaan

  1. Jika Muhamad memang benar-benar nabi Allah, mengapa dia tidak tahu akan racun itu sebelum menelannya?

  2. Jika engkau percaya bahwa memang kehendak Allah agar Muhammad makan racun itu, juga bersama dengan Bishr, mengapa dong Muhammad bersusah payah untuk sembuh ? Bahkan Jibrilpun sembahyang untuk Muhammad supaya sembuh, tapi Allah TIDAK mengabulkan doa-doa mereka.

  3. Mengapa Jibril tidak tahu akan kehendak Allah ? Mengapa Jibril berdoa jika Allah memang sudah menentukan kematian Muhammad?

  4. Mengapa Muhammad memaksa para Muslim lain untuk meminum obat yang diberikan kepadanya? Salah seorang dari mereka yang dipaksa adalah istrinya yang sedang puasa (Maymuna). Dia memaksa istrinya untuk batal puasa dan minum obat ini pula. Tidakkah ini tampak jahat dan ngawur?

  5. Mengapa pula pada saat hampir ajalnya, Muhammad mengeluarkan kutukan terhadap orang-orang Kristen dan Yahudi? Tidakkah lebih baik jika Muhammad berdoa untuk jadi panduan bagi mereka ? Kutukan itu kedengarannya bagaikan doa penuh rasa iri dan pahit kepada Allah. Muhammad mendoakan kutuk bagi orang lain dan bukannya meminta Allah untuk membimbing orang lain.

  6. Mengapa pleurisy yang sebenarnya merupakan infeksi paru-paru normal disebut sebagai penyakit dari Setan, tapi racun dibadannya tidak dianggap datang dari Setan?

Kesimpulan

Muhammad bukanlah nabi sejati, dia adalah nabi palsu. Dia mati karena makan daging beracun yang tidak diketahuinya. Daging terlambat “bicara” padanya. Hanya ketika sudah menyadari bahwa akan mati saja, barulah Muhammad mulai berusaha memperlihatkan sisi spiritual penderitaan dan kematiannya yang semakin dekat. Sebelumnya dia sibuk mencoba sembuh.

Musa tahu saat kematiannya yang semakin dekat (Deut 34:1-5). Yesuspun tahu akan kematianNya di masa depan (Markus 8:32, 32). Tapi Muhammad sama sekali tidak tahu sampai akhirnya dia menyadari dia tidak akan sembuh dan akan mati.

Rasul Paulus digigit ular berbisa (Kisah Para Rasul 28:1-6), tapi dia tidak menderita apa-aga akibat gigitan ini. Tuhan melindungi Rasul Paulus untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya. Muhammad tiba2 saja mati sehingga para pengikutnya kebingungan siapa yang harus menjadi pemimpin berikutnya. Sampai hari ini pun kebingungan itu masih tersisa. Dunia Islam terpecah-belah karena masalah ini (Syi'ah vs. Sunni). Mengapa Allah yang benci perpecahan diantara UmatNya tidak melindungi Muhammad sampai cukup waktu untuk menjaga persatuan Ummah dan menetapkan dengan jelas siapa pengganti dirinya ?

Yesus meramalkan tentang nabi-nabi palsu yang akan datang ke bumi dan membuat orang banyak tersesat (Matius 24:24). Muhammad adalah salah satu dari nabi-nabi palsu itu. Baik Yesus maupun Musa mengenal Tuhan secara tatap muka, tapi Muhammad hanya kenal malaikat yang dia panggil sebagai “Jibril” yang diakuinya berbicara padanya. Pada akhirnyapun doa malaikat ini tidak didengar oleh Allah. Mungkinkah hal itu karena “Jibril” yang ini menyampaikan agama sesat (Galatia 1:8 ) kepada Muhammad? Mungkinkah Jibril ini sebenarnya Setan itu sendiri yang menyamar?

Download Faithfreedompedia versi offline (17.7MB):

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money